Friday, July 6, 2012

Royas Amri Bestian, Pemilik SignDesign Communications: Menjadi JutawanDengan Otak Kanan

Totalitas, gagasan, dan kerja keras berhasil mengantarkan Royas ke jajaran pengusaha industri kreatif di Indonesia. Syaratnya hanya memberdayakan otak kanan yang berperan penting dalam penciptaan kreativitas.

DI SAAT PROFESI sebagai pegawai kantoran sudah tak lagi menggiurkan, pertumbuhan industri kreatif pun kian menjamur di berbagai tempat. Terutama di kalangan anak muda yang memiliki segudang ide serta energi yang meluapluap. Tak heran jika dalam tempo sepuluh tahun terakhir, jumlah pengusaha berusia muda yang menggiati bisnis kreatif di Indonesia meningkat pesat.

Salah satunya adalah Royas Amri Bestian, putra Bekasi kelahiran 1982. Hobi menggambar dan bermain video game menjadi bekal kemampuannya menciptakan komik sejak masih duduk di bangku SMP. Bersama keluarganya, bungsu dari empat bersaudara ini juga merinos usaha pembuatan kaos dengan desain unik yang mengangkat ciri khan daerah asalnya, Madura.

Tamat dari Jurusan Desain Grafis Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, pria yang lulus dengan predikat terbaik di kelasnya ini pun bergabung dengan kedua kakaknya mendirikan SignDesign Communications, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa desain dan komunikasi visual di Jakarta. Bersama anggota tim—yang dijulukinya "Pekerja Otak Kanan", Royas telah menggarap puluhan proyek desain prestisius dari dalam dan luar negeri.



INSPIRASI DARI VIDEO GAME

Menggambar adalah hobi Royas sejak masih balita. Ketika duduk di bangku SD, Royas yang senang nonton film kartun ini sudah mulai membuat komik untuk dibaca oleh teman-teman sekelasnya. Tangan terampilnya pun tak bisa diam. Dari kertas, ia membuat pistol-pistolan dan dompet sederhana. Karena banyak temannya yang suka, ia pun menjual hasil kreasinya itu. "Uang hasil jualan saya belikan camilan di warung sekolah," ajar Royas.



Menunda Kesenangan. Sebelum digunakan untuk membayar gajinya sendiri, pada awalnya keuntungan bisnis Royas cigunakan untuk melengkapi peralatan kantor.



Kesenangan Royas menggambar kian menjadi. Ketika duduk di bangku SMP, buku pelajarannya sampai habis digambari dengan ilustrasi mirip komik. Sambil belajar di kelas, ia juga membuat kartu nama dari kertas yang digambari dengan spidol dan cat poster, dan akhirnya diberi laminasi. Meski awalnya hanya membuat untuk diri sendiri, lama-kelamaan banyak temannya yang minty dibuatkan. Lagi-lagi, Royas berhasil mendapat tambahan uang saku dari hobinya menggambar.

Naik ke bangku SMU, Royas membuat komik "underground" bersama kedua kakaknya yang sudah berstatus mahasiswa, Riga Azhar Firdauzi dan Ogie Urvil R.A. Salah satu komik yang mereka ciptakan berjudul Miskun Gankster Panutant. Ketiganya kemudian membentuk RIROGI Comic, singkatan dari Riga-Royas-Ogle, dan bergabung ke dalam komunitas komik "Karpet Biru". "Bergaul dengan sesama komikus membuat saya kian tertantang meningkatkan keahlian menggambar," kata Royas.

Selanjutnya, RIROGI Comic banyak memproduksi komik menjadi Jutawan dengan Otak Kanan untuk sebuah majalah game yang terbit dua minggu sekali. Komik yang dibuat adalah komik "plesetan" video game populer, seperti Mortal Combat, yang dipelesetkan menjadi Mortal Kontet karena karakternya bertubuh pendek dan cerita yang lucu. Ada juga Virtua Fighter yang dipelesetkan menjadi Virtua Keder. Mereka juga membuat komik panjang bersambung dan mengirimkannya ke sebuah tabloid anak-anak.

Oleh tiga bersaudara ini, penghasilan dari membuat komik dihabiskan hampir seluruhnya untuk melengkapi koleksi video game. Perkembangan video game yang makin cepat dan bertambah mahal, mulai dari Atari, Nintendo, Sega, dan seterusnya, tak menjadi penghalang. "Biar mahal, kami tetap bell juga. Selain karena hobi, bagi kami, permainan video game terbaru merupakan inspirasi dan bahan bakar yang baik untuk berkarya. Banyak pelajaran yang bisa diambil, mulai dari visualisasi yang menakjubkan, cerita yang luar biasa, sampai ilustrasi musik yang bagus," ujar Royas.





BIODATA

ROYAS AMIRI BESTIAN

Bekasi, 7 Juni 1982

Email: hello@disigndesign.com

Pendidikan

S1 Desain Komunikasi Visual, Institut Telknologi Sepuluh November, Surabaya

Nama Usaha

PT Mazaya Asareng (SignDesign Communications)

Website: www.disigndesign.com

Alamat: Kompleks Raya Housing Blok G-4, Pondok Gede, Bekasi

Telp: 021-8461292

Penghargaan

2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri

2010 Runner-up Surabaya Souvenir Contest

2011 Finalis Jakarta Souvenir Design Award



BISNIS KAOS DAN SUVENIR KHAS MADURA

Menyadari minat dan bakatnya yang besar dalam menggambar, lulus SMU Royas memilih kuliah di Jurusan Desain Grafis, InstitutTeknologiSurabaya, Sembari kuliah, bersama kakak-kakaknya di Jakarta, Royas menjalankan usaha pembuatan kaos berlabel Alapola. Berkaca pada brand kaos lokal Dagadu dan lager, ia menjadikan Alapola sebuah produk khas daerah asal keluarga mereka. "Bapak dan ibu saga asli dari Sumenep, Madura. Itu sebabnya kami tergerak untuk menciptakan produk suvenir khas Madura. Modalnya dibantu orangtua," ucap Royas.

Awalnya, produk Alapola hanya dijual di kalangan Leman dan kerabat dekat. Berlanjut, promosi dilakukan melalui' pameran di kampus-kampus dan membuka Stan di Festival Seni Surabaya. Royas, yang ikut bergabung ke dalam perkumpulan warga Madura di Jakarta dan Surabaya, kemudian mempromosikan produk Alapola kepada sesama anggota. Bukan hanya mendapatk,in respons positif, ternyata produk Alapola juga digemari di Jakarta.

Pesanan pun berdatangan dari kalangan mahasiswa, sekolah, perusahaan, bahkan instansi pemerintahan. Selain kaos, barang yang diproduksi juga mencakup pin, mug, stiker, gantungan kunci, topi, sandal, dan lain-lain. Logo Alapola yang dibuat Royas adalah "Little Sakera", tokoh bermata juling yang kocak. "Sakera sengaja dibuat lucu, bertentangan dengan citra orang Madura yang terkenal kasar dan keras. Kami ingin menunjukkan bahwa orang Madura itu ada juga yang punya selera humor tinggi dan ramah," Royas, yang sembari kuliah juga menerima pesanan membuat komik, menjelaskan.



Thinking out of the box. Bukannya mempromosikan usaha di pameran grafis, Royas malah memilih pameran umroh dan Haji. Terbukti, ia berhasil mendapatkan klien di sana.

Lulus kuliah pada pertengahan tahun 2005, Royas kembali ke Jakarta. Di Jakarta, ia bergabung dengan kedua kakak dan seorang teman, Ahmad Arief, membentuk perusahaan yang bergerak di bidang desain. Namanya unik, SignDesign Communications. "Asalnya dari kata "design" 'yang diucapkan dengan gaya pengulangan khas Madura. Kalau diucapkan dengan gaya orang Majengan menjadi sign design, ta'iye ...... ujar Royas tergelak.

Atas saran orangtuanya, Royas tidak terjun ke bisnis 100%, melainkan tetap bekerja di perusahaan lain untuk menggali ilmu dan pengalaman,, sembari mengembangkan SignDesign Communications. Selanjutnya, Royas menciptakan tokoh kartun untuk perusahaan besar, dari produk toiletries ternama untuk anak-anak hingga desain karakter untuk film serial kartun di negara tetangga.

"Pengalaman membangun bisnis sambil berkarier membuat saya belajar banyak. Keduanya sating bersinergi, yaitu melatih sisi bisnis dan mengembangkan skill of art saya," kata Royas, yang 4 tahun kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Art Director perusahaan tempatnya bekerja supaya bisa fokus berbisnis.



Berani tampil beda. Untuk meningkatkan nilai tawar di antara pesaing yang lebih senior, Royas menjual togline "Besok Selesai". la pun bekerja keras untuk memenuhi "janji" tersebut meski harus rela begadang semalam suntuk.



BERANI UNTUNG, BERANI RUGI

Order yang tidak tentu datangnya sempat membuat Royas ragu untuk terus berbisnis. Terlebih ketika ia melihat teman kuliah yang kariernya cepat melesat di media televisi ataupun periklanan. Namun ia tetap optimis dan terus berusaha membuat bisnisnya melaju stabil. Proyek dengan margin keuntungan kecil, seperti merandang kartu undangan pernikahan dan membuat brosur untuk tukang jahit, tetap diterimanya demi mengumpulkan klien dan pengalaman.

Di awal usaha, Royas dan saudara-saudaranya rela tidak gajian dan mengumpulkan keuntungan yang mereka dapatkan untuk memupuk modal. "Kami menginvestasikan semua keuntungan menjadi aset. Berhubung usaha ini hanya dimulai dengan sebuah komputer "jangkrik" rakitan, seluruh uang yang ada kami alokasikan menjadi komputer, laptop, printer, sdanner, kamera digital, dan alat pendukung produksi lainnya. Kami rela menunda kesenangan supaya bisnis ini bisa berjalan," katanya.

Karena usaha ini baru pada tahap rintisan, mereka pun tidak punya anggaran untuk menggaji karyawan. Alhasil semua tugas, sekecil apa pun, mesti dikerjakan sendiri. Mulai dari mendesain dan mengajukan penawaran hingga mengepak dan mengantarkan barang pesanan, semua dilakukan sendiri. "Kami pernah mengepak 3000 buah buku dan menempel nama sales di sampulnya satu-persatu, Pernah juga memasang sendiri 1000 pin secara manual. Meski membosankan dan melelahkan, kami tetap bersabar karena itu semua memang harus dilalui kalau mau berhasil," ucap Royas kalem.

Bukan hanya laba yang tertunda, kerugian material juga pernah mereka alami. Ketika loading pekerjaan tinggi, kesalahan teknis terkadang tak terhindari. "Pengalaman pahit mencetak ulang ribuan brosur dan buku pernah kami rasakan. Tapi kami berusaha keras, meski keuntungan di depan mata terpaksa kandas gara-gara salah cetak. Pengalaman itu jadi pelajaran besar bagi kami untuk terus memperbaiki diri," katanya lagi.

Untuk menggenjot jumlah proyek, teknik "menjemput bola" pun mulai digelar. Salah satunya dengan membuka stan parneran. Tapi, berbeda dengan polo pikir kebanyakan orang, SignDesign sengaja tidak memilih pameran yang bertema grafika, melainkan pameran umroh dan haji yang diikuti oleh banyak perusahaan travel. "Kami sengaja mencari pameran di mana kami bisa menemukan pasar yang membutuhkan jasa kami. Alhamdulillah, ada satu klien biro umroh bintang lima yang memercayakan desain company profile, buku umroh untuk anak, dan multimedia," kata Royas.



Tahan banting. Meski sempat mengalami kerugian besar, Royas tidak putus asa dan menjadikan kegagalannya sebagai pelajaran berharga.



Bukan hanya itu, untuk meningkatkan nilai tawar demi bersaing dengan perusahaan desain yang lebih senior, SignDesign sempat menerapkan tagline "Besok selesai". Jodi, kapan pun order diajukan, solusi desain akan keluar esok harinya. "Tidak jarang kami harus begadang semalam suntuk untuk memenuhi target tersebut. Terutama saat pekerjaan sedang banyak-banyaknya. Tetapi hasilnya setimpal. Klien yang puas menjadi amat loyal dan bahkan merekomendasikan SignDesign kepada rekan dan kerabatnya," kata Royas.

"Saya sudah masuk ke dalam ranah bisnis, ini bukan hanya soal gambar menggambar atau masalah art saja, tapi lebih pada bagaimana membangun bisnis dan mengatur perusahaan menjadi lebih baik dan berkembang. Sehingga saya sadar harus belajar mengenai bisnis, manajemen, financial juga leadership," kata Royas. Dengan bergabung bersama WMM, Royas banyak mendapatkan pelatihan dan coaching mengenai berbagai hal yang dibutuhkan dalam bisnis.

Melalui promosi dari mulut ke mulut, nama SignDesign Communications mulai menjadi jaminan mutu di kalangan para pengguna jasa kreatif. Jumlah klien pun meningkat sehingga tidak semua peluang dapat diambil. "Kami mulai selektif menyeleksi proyek agar dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Dengan menyeleksi, kami juga bermaksud memberikan kesempatan bagi diri kami sendiri untuk menghasilkan karya yang benar-benar berkualitas," kata Royas tegas.



PEKERJA OTAK KANAN

Banyaknya proyek yang masuk ke SignDesign membuat Royas harus memutar otak untuk mendapatkan tenaga. Sejumlah tukang becak yang beroperasi di sekitar rumah keluarga Royas pun diberdayakan untuk membantu mengepak barang. "Alhamdulillah, masalah pengepakan selesai dan kami pun senang karena bisa membantu menambah penghasilan orang lain," ujar Royas.

Seiring waktu, perbaikan demi perbaikan pun terus dilakukan. Untuk me- menuhi persyaratan hukum dan administratif, pada 2007 dibentuklah badan usaha bernama PT Mazaya Asareng. Dua tahun kemudian, jumlah karyawan yang bergabung di SignDesign sudah mencapai 7 orang. Royas menyebut tim kerjanya di SignDesign sebagai "The Right Brain Workers", atau pekerja otak kanan. "Otak kanan adalah simbol kreativitas. Ini melambangkan kekuatan kami di SignDesign," katanya yakin.

Pertambahan jumlah karyawan diikuti pula dengan meluasnya ruang lingkup pekerjaan SignDesign. Bukan hanya jasa desain, namun juga proyek printing, merchandising, video, fotografi, dan ilustrasi. "Basis bisnis SignDesign adalah kreativitas. Jadi, pekerjaan kami intinya adalah menelurkan ide untuk solusi komunikasi sebuah perusahaan. Penerapannya bisa berbentuk apa saja, tetapi jasa kami biasanya digunakan untuk keperluan divisi Sales & Marketing, Services, HRD, Community Development, dan HSE Departement," tutur Royas panjang lebar. Meski demikian, Royas mengaku perusahaannya baru mencapai keuntungan Rp1,2 miliar setiap tahun.

Bukan hanya melayani klien dari dalam negeri, SignDesign juga menangani sejurnlah proyek yang ditujukan untuk pasar luar negeri, seperti ilustrasi untuk buku anak-anak yang diterbitkan di Amerika. Ada pula proyek desain yang digunakan untuk kepentingan pemasaran sebuah produk otomotif di Afrika. Baik proyek berskala lokal maupun internasional, prinsip Royas dalam bekerja tetap sama, yaitu menjunjung tinggi profesionalisme dan etika dalam berbisnis. "Bisnis itu tidak hanya melulu mengenai kepuasan materi, tetapi juga kepuasan batin apabila kita menghasilkan karya yang disukai orang lain," ujarnya.



Menjalin hubungan baik dengan klien. Komunkasi yang lancar mampu meminimalkan terjadinya kesalahpaman dengan klien. Klien yang merasa puas akan bersikap loyal dan bahkan ikut membantu memberikan rekomendasi maupun promosi.



Royas juga punya resep lain untuk menghasilkan karya jempolan. Yaitu memperlakukan tim kerja dan klien layaknya sahabat dan keluarga. Menurutnya, kedekatan yang dijalin dengan klien ampuh mencairkan kekakuan dan melancarkan komunikasi di antara kedua belah pihak. "Komunikasi harus lancar supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Masalahnya, ranah desain itu termasuk ruang ego. Jadi, terkadang apa yang disukai klien berbeda dengan apa yang menurut kita bagus," kata Royas, yang biasa menjamu klien main video game di kantornya ini.

Ke depannya, Royas ingin membangun sebuah 'autopilot' untuk bisnisnya. "Jadi, bisnis ini tetap bisa jalan tanpa ada saya," kata pengagum tokoh industri dunia Soichiro Honda dan Walt Disney ini. Seperb dua tokoh yang dikaguminya itu, selain mengembangkan usaha dari segi bisnis, Royas pun memiliki idealisms lain. "Saga ingin bisnis ini bisa memberikan lapangan kerja bagi banyak orang. Selain itu, saya juga berambisi menciptakan tokoh kartun yang dikenal dunia dan menjadi ikon, sehingga bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan kebaikan," ujarnya penuh harap.



TESTIMONI

Q: Apakah Anda pernah mengalami kegagalan dalam bisnis? Bagaimana Anda mengatasinya?

A: Kami melihatnya bukan sebagai kegagalan, namun lebih kepada pembelajaran. Kesulitan yang terjadi kami anggap sebagai sebuah proses yang harus dilalui dan dihadapi untuk kemudian kami koreksi agar menjadi lebih baik ke depannya.

Q: Mengapa memilih berbisnis di rumah?

A: SignDesign kami tidak membutuhkan tempat yang besar. Yang kami butuhkan adalah sebuah tempat kerja yang nyaman dan sehal untuk membuat karya. Menurut kami, rumah yang dijadikan kantor sangat ideal untuk bekerja karena dekat dengan rumah tinggal kami dan suasananya nyaman serta kondusif untuk kami bekerja.



"Melihat bisnis desain berarti masuk kedalam sebuah industri kreatif Saat ini, negara maju seperti Amerika dan Jepang mempunyai  pendapatan terbesar dari ekonomi kreatif. Industri yang bersumber dari pemikiran kreatif mampu memberikan nilai ekonorni yang luar biasa besar kepada negaranya. Tren ekonomi kreati saat ini telah menjadi isu yang menarik dan akan berkembang Pesat di Indonesia. Eksploitasi sumber daya alam menjadi sesuatu yang terbatas sedangkan industri kreatif akan menjadi tumpuan negara berkembang di masa depan. Indonesia memunyai market yang sangat oesar. Desain akan memainkan peranan yang penting dalam sebuah ekonomi kreatif di Indonesia.





HUKUM WIRAUSAHA #11

Memahami Artpreneurship

"Keuntungan dalam bisnis berasal dari pelanggan tetap, yaitu pelanggan yang menceritakan tentang proyek atau layanan AndA, dAn membawa teman-temannya." —W. Edwards Deming



USAHA YANG DILAKUKAN Royas berkaitan dengan art (seni), yaitu ortpreneur. Ketika pendapatan per kapita masyarakat suatu bangsa mulai menembus USD 3 ribu, maka masyarakat mulai memperhalikan art. Ini berarti bahwa konsumen bukan sekadar membeli produk massal yang dapat ditemui dengan mudah dan murah seperti dalam pop culture, melainkan mulai masuk ke dalam sesuatu yang sifatnya lebih klasik. Dalam hal ini, Royas telah menjadi pengusaha yang berpotensi besar untuk mengarungi area artpreneurship.

Dalam membangun usaha yang berkaitan dengan art, beberapa tips berikut ini dapat dijadikan pegangan:

  • Fokuslah pada orang-orang tertentu yang berperan sebagai 'penjaga pintu gerbang'. Orang-orang yang berada pada posisi ini memiliki peran untuk menghubungkan talent ke dalam dunia bisnis. Jadi, carilah orang-orang semacam itu, dapatkan kepercayaan mereka, dan bangunlah relasi dengan memberikan kualitas sebaik mungkin. Selebihnya, sang penjaga pintu gerbang itulah yang akan menyampaikan secara sukarela kepada orang-orang yang lewat di depan pintunya.

  • Penjaga pintu gerbang biasanya merupakan orang yang memiliki relasi sangat lugs dan sangat penting di sebuah negara. Orang-orang seperti ini sangat menjaga kualitas dan tidak ingin mendapatkan produk atau jasa yang bersifat populer. Karena itu, penuhilah kebutuhan orang-orang ini dengan memberikan pelayanan yang sebaik baiknya. Jadikan ia 'kuda' yang dapat Anda tunggangi untuk mengantarkan usaha Anda ke masa depan.

  • Lakukan promosi pada pameran-pameran yang tidak lazim. Dalam hal ini, Royas justru memilih pameran umroh dan haji. seperti yang telah kita ketahui bersama, mereka yang menjalankan ibadah umroh dan haji—apalagi yang menggunakan jasa travel—adalah mereka yang sudah memiliki pendapatan lebih dan berada pada segmen menengah ke atas. Kelompok ini biasanya sudah masuk dalam kategori the affluent dan memiliki cita rasa yang dapat menikmati karya-karya seni.

  • Seni dapat juga diciptakan dalam bentuk produk-produk yang komunikatif. Seni yang komunikatif adalah seni yang mengikuti perkembangan zaman dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Kalangan pebisnis dalam bidang ini tidak boleh alergi terhadap teknologi baru yang sering kali dilecehkan oleh seniman yang tidak memasuki area bisnis.

  • Jangan alergi terhadap metode-metode atau produk-produk baru yang dianggap tidak populer atau enggan dimasuki oleh para seniman biasa. Karena alergi, maka Bering kali para seniman cenderung bersikap sinis dan menganggap hal baru itu tidak memiliki state of the art. Hal ini juga terjadi dalam industri fotografi, saat dunia fotografi Indonesia berkenalan dengan teknologi digital. Para fotografer 'seniman' awalnya sangat menolak teknologi digital dan beranggapan bahwa teknologi kamera analog jauh lebih powerful, sehingga mereka cenderung lambat dalam mengadopsi teknologi baru tersebut. Dan, belakangan terbukti, perkembangan teknologi digital jauh lebih powerful dibandingkan dengan teknologi analog.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

No comments: