Friday, July 6, 2012

Ikrar Mallarangeng, Pemilik Rumah Kecapi Makasar: Alunan Nada KecapiMakasar

Pria ini membuktikan bahwa alat musik tradisional, seperti kecapi Makasar tak hanya membanggakan tapi juga menguntungkan



LAGU KELONG TURIOLO yang didendangkan lewat permainan musik kecapi Makassar Ikrar Mallarangeng—di tengah penjurian Wirausaha Muda Mandiri tingkat wilayah—memukau hadirin, termasuk para juri. Namun, tentu saja bukan hanya itu yang membuat Ikrar berhasil menjadi salah satu pemenang dan berhak melaju ke tingkat nasional. Usaha menjual kecapi tradisional yang telah dirintisnya sejak 2008 itu mendatangkan keuntungan sekaligus dapat melestarikan kebudayaan lokal.

Adalah permintaan seorang senior di kampus Universitas Indonesia Timor yang membuat Ikrar terpikir untuk berbisnis kecapi. Pasalnya, alat musik petik itu bentuknya menyerupai perahu (phinisi)—merupakan warisan budaya Makassar. Namun, ketika akan menyelenggarakan sebuah pementasan teater, para mahasiswa di lembaga kesenian kampus tersebut—termasuk Ikrar—kelimpungan mencarinya. Di Makassar saja susah, apa lagi di daerah lain," pikir Ikrar—yang masih kuliah di Fakultas Ekonomi semester 6—mengenang.

Pemuda kelahiran Maros, 14 Oktober 1986 itu lantas teringat akan seorang pamannya, Yusri Yusuf, yang piawai membuat kecapi. Segera ia menemui pamannya, memesan kecapi, sambil sekaligus belajar privat cara membuatnya. Awalnya hal ini dilakukan hanya untuk menambah uang jajan dan membiayai kuliah. Ternyata bisnis yang bermodal Rp500 ribu itu berkembang pesat sampai mendatangkan omzet Rp60 juta per tahun dengan keuntungan bersih sekitar sepertiganya.



Saat kesulitan mencari kecapi untuk pentas, ia langsung menemui pamannya untuk belajar membuat dan memain kan kecapi. Itulah awal bisnisnya.

GAMPANG-GAMPANG SUSAH

Memang, proses pembuatan kecapi tidak terlalu mudah. "Dibutuhkan ketelitian dan harus berhati-hati sejak awal. Salah sedikit bisa berdampak besar," kata lkrar. Namun, karena alat dan bahannya sangat mudah diperoleh, ia menganggap potensi bisnisnya bagus—anggapan yang terbukti benar. Bahkan limbah-limbah kayu pun dapat dibentuk menjadi kecapi Makassar. Peralatan yang dibutuhkan hanyalah gergaji, pahal, parang, bor, gerinda, dan skat. Yang mungkin harus dipersiapkan dengan lebih teliti adalah satu batang balok berukuran 10 x 10 cm.

"Setelah itu kita membentuk pola di atas kertas, lalu mulai menggambar di potongan kayu tersebut. Setelah pola jadi, 'badan' kecapi bisa kita buat dengan palu dan pahat. Di sini butuh konsentrasi agar tidak terjadi kesalahan fatal," Ikrar menerangkan panjang lebar, "Usai itu, kita buat lubang resonansi yang berfungsi sebagai tabung suara. Semakin tipis semakin nyaring suaranya,"

Sentuhan selanjutnya adalah menghaluskan kecapi, lalu memberi variasi ukiran dan warna. Yang paling akhir adalah memasang dua buah sonar pada kecapi agar dapat menghasilkan nada dan siap dimainkan. "Karena proses pembuatannya cukup rumit itulah yang menyebabkan harganya tidak murah-murah amat. Kami jual mulai dari Rp300 ribu sampai jutaan rupiah," Ikrar menambahkan.

Menurut dia, kecapi Makassar memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan kecapi dari daerah lain. Keunikan itu terletak pada corak ukiran atau model yang biasanya dipengaruhi oleh lokasi asal dan pengrajinnya sendiri.



SEBUAH TELEPON PENTING

Dada awalnya, sukses tampak jauh dari jangkauan, seberapa pun Ikrar berusaha agar usahanya cepat berkembang. Setiap kali ada pementasan musik tradisional maupun teater, ia dan pamannya menitipkan produk mereka untuk dipamerkan. Saat itu, segmen yang ia sasar masih difokuskan kepada seniman dan budayawan daerah.

Setelah beberapa lama, usaha itu belum juga kelihalan lepas landas. Bayangan kegagalan sempat muncul di mata anak daerah yang pernah hijrah ke Bogor selama setahun untuk ikut les Bahasa Inggris ini. la teringat pengalaman masa lalu, dari berjualan telur asin hingga berdagang pulsa. Usaha yang hasil akhirnya tak memuaskan alias jeblok.



BIODATA

IKRAR MALLARANGENG

Maros, 14 Oktober 1986

Pendidikan

S1 Ekonomi, Universitas Indonesia Timur, Makassar

Nama Usaha

Rumah Kecapi Makassar (produksi Miniatur, Alat MusikTradisional Makassar, Souvenir)

Website: www.kecapimakassar.co.cc

Alamat: A Dr. Ratulangi No. 44, Maros, Sulawesi Selatan

Penghargaan

2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri



Untunglah sel-sel kelabu di otak anak muda ini terus berfungsi. Akhirnya, terpikir oleh Ikrar untuk membuat sebuah blog yang memuat konten dagangannya. Sebab, selama ini produksi kebanyakan dilakukan berdasarkan pesanan karena sulitnya modal. Dengan adanya blog untuk ruang pamer yang gampang diakses siapa pun yang melek teknologi, produksi kecapinya akan lebih cepat berkembang. Ditambah, teman-temannya yang berkecimpung di lembaga kesenian juga rajin mempromosikan kecapi buatannya.

Strategi membuat blog itu mendatangkan hasil. Suatu hari, teleponnya berdering. Tak dinyana, itulah telepon yang menjadi titik batik perjalanan usaha Ikrar. Telepon dari Kementerian Perindustrian RI itu mencari informasi tentang kecapi Makassar dan apakah dapat dibeli dalam jumlah banyak untuk diikutsertakan dalam pameran pariwisata di Shanghai.

"Mereka juga meminta kami melakukan pementasan sederhana menggunakan alat musik tersebut untuk diliput dan dibawa serta sebagai promosi," kenang Ikrar. Tentu saja mudah diduga, cara ini benar-benar tepat sasaran. Satu buah kecapi berhasil dijual Rumah Kecapi Makassar–itulah nama yang dipilih Ikrar–seharga Rp2 juts. Bukan hanya itu, rumah kecapinya menjadi akrab dengan para pejabat yang datang membeli kecapi. Alhasil, setiap pameran yang diselenggarakan di kota Makassar, Rumah Kecapi Makassar selalu diundang.



SEGMENTASI DAN INOVASI

Seiring dengan perkembangan usahanya, segmen pasar pun mengalami perubahan. Dengan jell, Ikrar mulai membidik sekolah-sekolah yang telah menerapkan pembelajaran musik daerah dalam muatan lokalnya, mulai dari sekolah dasar hingga menengah. Memang tidak semua membeli, namun branding telah dikibarkan.

Membidik sekolah-sekolah yang telah menerapkan pembelajaran musik daerah dalam muatan lokalnya, mulai dari sekolah dasar hingga menengah.



Kendati perkembangan itu masih belum dipercaya oleh sebuah bank plat merah–permohonan kredit Ikrar ditolak karena tidak memiliki agunan–lkrar tak menyerah. Bank menolak, partner usaha bisa dicari. la tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah setempat karena memang tak pernah terwujud. "Mereka hanya menutup mata tanpa pernah memikirkan misi pelestarian budaya kami. Mereka hanya bisa datang untuk meminjam produk jika akan mengikuti pameran-pameran," kata Ikrar lugas.

Di awal tahun 2009, Ikrar mulai berinovasi. Bukan hanya alat musik yang dibuatnya, tapi ia juga memproduksi miniatur kecapi Makassar dari berbagai ukuran untuk dijadikan souvenir. Dibarengi dengan lokasi usaha yang tepat strategis karena terletak di tengah kota, kendati merupakan rumah orangtuanya sendiri–inovasi ini menuai hasil. Papan nama pun dipampang agar bisnisnya makin terekspos dan dapat dilihal oleh siapa pun yang lalu lalang dari Makassar menuju Tanah Toraja maupun sebaliknya. Wisatawan domestik maupun mancanegara mulai melirik gantungan kunci dan miniatur kecapi untuk dijadikan buah tangan.

Setelah Ikrar mengikuti beberapa seminar kewirausahaan, kemudian lolos menjadi finalis Wirausaha Muda Mandiri, usaha ini mulai terorganisasi dengan baik. Mulai dari pembenahan tempat usaha, membangun team work, hingga melakukan inovasi serta pelayanan baru kepada pelanggan. la mulai menentukan visi perusahaan, membentuk komitmen timnya, membangun sistem, serta merekrut tenaga penjualan dan promosi. "Selain rekan-rekan finalis yang saya temui, kegiatan di Rumah Perubahan juga memberi saya banyak hal tentang pengelolaan perusahaan," imbuh Ikrar.



Untuk memperluas pasar ke luar negeri, ia membuat situs agar konsumen dapat langsung melihat dan memesan.



MENUAI MERDUNYA KECAPI

Jerih payah itu kini telah siap dituai. Sekarang, sebuah alat kecapi buatan Rumah Kecapi Makassar baru dapat diperoleh setelah Anda merogoh uang di kantong sebanyak Rp5OO ribu-6 juta. Jumlah yang cukup banyak dan cukup `serius' untuk mendapatkan oleh-oleh yang sesuai dengan budaya lokal. Tak heran jika si empunya usaha dapat menuntaskan kuliah tanpa banyak kesulitan dalam hal biaya, sebab bisnisnya ini benar-benar sudah mampu mendatangkan untung.

Tahun ini, kemerduan alat musik kecapi–dan miniaturnya– mendorong Ikrar membuat target lebih tinggi. Tak tanggung-tanggung, anak pasangan BM. Lala dan Rosmayani ini menginginkan usahanya bisa ekspor ke luar negeri. "Soalnya sekarang ini banyak konsumen yang membeli kecapi dan dibawa ke luar negeri, seperti Australia, China, dan Ceko. Ada yang beli banyak untuk dijual ulang di sana," ungkapnya.

Untuk mengawal targetnya ini Ikrar terus giat berinovasi. Misalnya, ia membuat situs tersendiri agar konsumen dari seluruh dunia dapat langsung melihat dan memesan lewat www.kecapimakassar.co.cc. Enam orang tenaga kerja direkrutnya, empat pekerja tetap sedangkan dua lagi pekerja lepas, yang bertugas membuat dua ukiran. "Saya merekrut anak-anak putus sekolah yang berada di lingkungan kami. Daripada mereka berkeliaran, ada baiknya punya aktivitas, apalagi ini menghasilkan uang," katanya beralasan. Dari setiap alat musik yang dibuat, anak-anak itu memperoleh upah Rp50 ribu-100 ribu.

Kini, lkrar mampu memproduksi 4 alat musik kecapi tiap bulan, ditambah 25-30 miniatur. Tokonya tak hanya menjual kecapi saja, tapi juga merambah gambus, keno-keno, suling, dan gendang, supaya dagangannya semakin lengkap. Miniaturnya pun ada yang dijadikan sebagai gantungan kunci.

Sistem pembayaran pun ia permudah. Dulu, ia hanya menerima uang kontan. Sekarang, konsumen yang terpercaya dapat mengangsur 2-3 kali. Ketua Maros Entrepreneur Club ini juga mengembangkan sebuah sekolah musik tradisional Sulawesi Selatan. Di situ para pelajar dan mahasiswa menikmati kursus gratis dari tim Rumah Kecapi Makassar. Syaratnya, beli dulu satu alat musik saja. Sungguh sebuah inovasi yang memukau.

Tentu ada hal lain yang membantunya untuk maju seperti sekarang. Di antaranya adalah selalu berusaha berpikir positif, optimistic, melakukan inovasi, dan ... "mengutamakan pelayanan dan konsumen," kata Ikrar. Sumringah

.

Tokonya tak hanya menjual Kecapi saja, tapi juga merarnbah gambus, keso-keso, suling dan gendang, supaya cagangannya semakin lengkap. Miniaturnya pun ada yang dijadikan adikan sebagai gantungan kunci.

TESTIMONI

Q: Mengapa Anda beranggapan bahwa bisnis ini memiliki peluang?

A: Bisnis alat musik tradisional dan souvenir ini hampir punah dan memiliki peluang yang sangat baik karena di Sulawesi Selatan hanya saya yang memproduksinya. Alat musik ini cenderung telah terlupakan namun sekarang ini permintaannya naik terus.

Q: Dari mana inspirasi untuk terjun dalam bisnis ini?

A: Terinspirasi scat rekan-rekan di beberapa lembaga kesenian kebingungan mencari alat musik ini, karena sudah tidak ada lagi yang memproduksinya. Saya melihatnya sebagai sebuah peluang yang harus saya jalankan.

Q: Jadi, produk ini termasuk langka?

A: Alat musik tradisional ini sekarang tergolong langka dan memiliki desain yang artistik bila dibandingkan dengan alat musik tradisional lainnya. Kecapi mencirikan kekhasan suku. Lagi pula, produk saya ini memiliki ukiran serta dibuat dari hasil pahatan kayu tanpa tempelan.



“Saya terlahir dari keluarga sederhana. Ayah saya seorang PNS yang juga berwirausaha. Sejak kecil saya selalu diajak ikut keluar daerah untuk mencari bahan baku bisnisnya. Dan sejak saya kuliah, usaha orang tua saya bangkrut hingga saya berinisiatif membuka usaha kecil-kecilan untuk sekedar menambah uang jajan. Namun, efek dari usaha iseng-iseng tersebut sangat berdampak besar hingga menjadikan saya seorang wirausahawan seperti sekarang ini.”



Tips        

HUKUM WIRAUSAHA #17

Masalah = Peluang Usaha

"Setiap kali seorang individu atou sebuah bisnis memutuskan bahwa keberhasilan telah dicapai, kemajuan akan berhenti Saat itu juga," — Thomas J. Watson



BANYAK ORANG YANG mengalami kesulitan untuk memulai usaha, padahal setiap hari Tuhan selalu mengirimkan peluang kepada kita dalam bentuk yang sangat beragam. Sayangnya, hanya sedikit sekali orang yang mampu melihat peluang tersebut, dan kemudian mengembangkannya. Seperti kata Seneca, luck is somewhere when opportunities meet preparations. Maka, keberuntungan hanya akan datang pada orang-orang yang mampu membaca peluang dan mempersiapkan dirinya sedari awal.

Ikrar Mallarangeng diberikan kesempatan untuk melihat peluang dari masalah yang dia hadapi, yaitu adanya kebutuhan terhadap hiburan tradisional dan tidak ditemukan lagi orang yang bisa memainkan kecapi Makassar. Masalah timbul ketika baik alat musik maupun pemainnya sudah nyaris punah. Berbeda dengan banyak orang yang melihat masalah ini sebagai constraint dan tidak tahu harus berbuat apa, lkrar segera mempersiapkan diri dengan mendatangi orang-orang yang diketahuinya memiliki kapasitas untuk membuat dan memainkan kecapi Makassar. Dan, orang itu tidak lain adalah pamannya sendiri. Tentu saja ketika ia memulai usaha ini pasarnya nyaris punah. Tetapi seperti kata Seneca, keberuntungan akan berpihak pada orang yang mempersiapkan diri sebaik mungkin, maka ia pun bergerak sampai saat keberuntungan itu datang.

Melihat contoh seperti lkrar ini, berarti sebenarnya setiap orang bisa memulai usahanya dari mana saja. Meski tidak tahu bisnis Anda nantinya akan bermuara di mana, tetapi setiap orang harus memulainya. Berikut ini adalah tips untuk memulai usaha:

  • Anda dapat memulainya dari pikiran Anda. Orang-orang yang berpendidikan biasanya melakukan analisis kebutuhan-kebutuhan serta tren yang diprediksi akan muncul di kemudian hari. Analisis seperti ini biasanya membutuhkan banyak data. Bagi orang yang benar-benar terpanggil, mereka biasanya belum berhenti sebelum menemukan jalan untuk mengembangkan usahanya.

  • Memulai dari masalah. seperti dalam contoh yang dihadapi oleh lkrar dan banyak orang lainnya, mereka memulai usahanya dari masalah yang begitu kasat mata dan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memandang masalah sebagai suatu peluang, bukan sesuatu yang perlu dikeluhkan. Masalah adalah kebutuhan yang bersifat laten karena belum ada orang yang mau menyediakan jasa atau produk yang mampu menjadi solusi. semakin besar 'bunyi' masalah tersebut, berarti semakin besar pula peluang yang tersedia di balik masalah tersebut. Temukanlah.

  • Mulailah dengan bergerak. Saya tidak tahu Anda mau bergerak ke mana, tetapi Anda harus bergerak, ke Utara atau ke Selatan, tidaklah begitu penting. Yang penting Anda mendatangi sesuatu, berbicara, dan berinteraksi. Dengan berbicara dan berinteraksi, Anda akan mendapatkan respons. Dari respons itulah Anda akan melihat ada sesuatu yang membuat hidup Anda bergairah dengan cara menyediakan produk atau jasa tertentu. Anda akan semakin bergairah ketika gerakan Anda itu direspons oleh pasar dan pasar memberikan imbalan kepada Anda.

  • Mulailah dari hal yang kecil, karena hal yang kecil cenderung mudah dijalankan, tidak berisiko besar. Lagi pula, bila Anda merasa tidak cocok, Anda tidak akan menyesal telah memulainya. Apa pun yang Anda lakukan di tahap awal tidak akan selamanya membuat Anda berada di situ. Karena itu, apa yang Anda kerjakan tidaklah begitu penting. Yang penting adalah apa yang dapat Anda pelajari dan kerelaan Anda untuk berevolusi atau beradaptasi. Dan, sekalipun mulainya dari skala atau langkah kecil, ingatlah hal ini: Mimpi Anda atau pikiran Anda haruslah besar. Pikirkanlah bahwa Anda kelak memiliki sesuatu yang besar!

  • Mulailah berevolusi. Sejak awal memulai usaha, Anda sudah harus berpikir tentang pentingnya evolusi. Evolusi akan mengajarkan Anda untuk memperbaharui, memperluas, mengembangkan, dan mencoba hal-hal yang lebih baru lagi. Namun, seperti juga makna evolusi itu sendiri, semuanya harus dilakukan secara perlahan.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

2 comments:

ikrar said...

Salam...
Ikrar Mr

wirasmada said...

Wah...ini mas Ikrar yg ada di artikel ini ya? :) moga bisnisnya makin berkembang