Tuesday, October 23, 2012

Badroni Yuzirman, Jatuh Bangun di Bisnis Garmen, Hingga Keberhasilannya Mendirikan Komunitas Tangan Di Atas

Sesuai namanya, komunitas Tangan
di Atas (TDA) terus menanamkan
nilai saling memberi dan berbagi
ilmu kepada anggotanya. Mereka
percaya, dengan berbagi kepada
sesama, rezeki akan semakin
berlimpah. Semangat itulah yang
membuat jumlah anggota TDA terus
berkembang pesat. Kini sekitar 20
ribu orang berjiwa entrepreneur
tergabung dalam komunitas yang
didirikan pada 2006 tersebut.

BADRONI Yuzirman tak pernah
mengira kegagalannya menjalankan
bisnis garmen di Pasar Tanah Abang
ternyata berbuah sangat manis.
Tidak hanya berhasil bangkit
dengan memanfaatkan toko online,
kini pria yang akrab disapa Roni itu
juga sukses menyebarkan virus
entrepreneurship kepada anak-anak
muda yang ingin sukses
membangun kerajaan bisnis.

Ya, Roni "panggilan Badroni" yang
kini menekuni bisnis pakaian
busana muslim di Jakarta tersebut
adalah pendiri komunitas TDA.
"Sebenarnya angka 20 ribu itu
jumlah anggota yang keluar masuk
di TDA karena memang pintunya
banyak. Ada yang masuk lewat
milis, blog, Twitter, Facebook, dan
lainnya," katanya saat ditemui di
rumahnya, kawasan Ulujami Jaksel,
Kamis (26/7).

Kini, kata Roni, TDA berupaya
menertibkan seluruh anggotanya
dengan membuat kartu anggota
resmi. Sampai saat ini, sudah
sekitar 2 ribu anggota yang
memiliki kartu anggota. Anggotanya
pun terdiri atas berbagai latar
belakang. Mulai entrepreneur di
bidang IT yang bisnisnya
berhubungan dengan alat-alat
canggih hingga pengusaha makanan
yang sekelas warteg (warung tegal).
"Pokoknya, di sini pengusaha yang
omzetnya miliaran sampai
pengusaha yang masih nol ada
semua," ujarnya lantas tertawa.

Di TDA-lah mereka yang sudah
merasakan sukses dan mapan harus
menyebarkan ilmu serta resep
kesuksesannya. Setidaknya mereka
bisa bertukar pengalaman antara
satu dan lainnya untuk menambah
jaringan bisnis di antara mereka.

Sejak 2009, TDA mulai
mengembangkan diri dan membuka
"cabang" di berbagai daerah.
Hingga kini, TDA tercatat ada di 30
kota/kabupaten. Setiap wilayah
memiliki program serta kegiatan
tersendiri.
"Awalnya kami terpusat di Jakarta.
Tapi, karena jumlah orang yang
bergabung semakin banyak dan dari
berbagai wilayah, akhirnya kami
membuka di wilayah-wilayah yang
sudah siap," imbuh bapak dua anak
itu.

Meski menjadi orang penting di
antara ribuan pengusaha sukses,
Roni tetap hidup sederhana.
Rumahnya yang cukup luas
didesain simpel dan minimalis.

Halamannya dibiarkan hijau dengan
ditumbuhi rumput yang tertata
rapi. Di sudut halaman, Roni
membangun arena bermain untuk
anak-anaknya yang masih kecil.
Ruang tamu di rumah tersebut juga
tak kalah sederhana. Di sana hanya
ada sebuah sofa mungil serta
beberapa kursi. Sebuah lemari kecil
dan beberapa hiasan rumah
menyambut tamu yang berkunjung.

Saat menemui Jawa Pos, Roni
bergaya santai dengan mengenakan
batik ungu yang dipadu blue jeans.
Roni mengaku, saat ini dirinya
memang mengutamakan kualitas
hidup. Sehari-hari dirinya tidak
hanya menghabiskan waktu untuk
mengembangkan bisnis, tapi juga
berupaya mendekatkan diri dengan
keluarga.

Dia lantas menceritakan awal mula
merintis komunitas TDA. Lulusan
Jurusan Manajemen Trisakti
tersebut menggeluti bisnis pakaian
muslim sejak 2001. Kala itu, dia
menyewa kios di Pasar Tanah
Abang. Letaknya di Blok F yang
memang khusus pakaian.
Nah, karena Roni mengutamakan
kualitas dan pelayanan kepada
pelanggan, bisnisnya cepat maju.
Perlahan-lahan dia terus
menambah kios. "Puncak bisnis
saya tahun 2003. Saya menyewa
tiga kios," katanya.

Seiring dengan pesatnya
perkembangan bisnisnya, Roni juga
mendapat banyak "gangguan". Di
antaranya, dirinya berselisih
dengan pengelola pasar. Dia merasa
diperlakukan tidak adil. "Saya
termasuk salah seorang pedagang
yang vokal melawan perlakuan
pengelola yang saat itu tidak adil,"
kenangnya.

Perselisihan tersebut tak kunjung
selesai hingga 2004. Bahkan
semakin runcing. Akhirnya, 3 Maret
2004, Roni diusir dari Pasar Tanah
Abang. Dia diminta keluar dan tidak
lagi diizinkan untuk berdagang di
pasar besar itu. Roni awalnya ingin
melawan melalui jalur hukum. Tapi,
setelah berpikir dua kali, dia
memilih untuk mengalah.

Dia lantas mengontrak rumah kecil
di kawasan padat penduduk
Kemandoran, Jaksel. "Di sana, saya
benar-benar memulai usaha dari
nol lagi. Tapi, saya tetap yakin bisa
kembali bangkit," imbuhnya.
Di kontrakan tersebut, Roni
memanfaatkan garasi untuk
merintis usahanya. Lantaran
tempatnya yang kurang strategis
dibanding kiosnya di Tanah Abang,
mau tidak mau Roni harus terus
memutar otak. Akhirnya, dia
"menemukan" solusi dengan
berbisnis via online.

Dia lalu membuat situs
www.manetvision.com yang
merupakan lapak busana muslimnya
di dunia maya. "Saya sebenarnya
iseng. Sebab, saat itu kalau berbau
www.com dianggap sudah keren.
Apalagi saat itu belum banyak toko
online," tuturnya lantas tertawa.

Sejak saat itu Roni kerap
menghubungi teman-temannya,
jaringan, serta para pelanggan
untuk memberi tahu agar membuka
lapaknya di internet. Dia terus
berusaha mengenalkan lapak itu
secara luas. Tak diduga, keisengan
tersebut berbuah manis. Jualannya
laris. Bahkan, Roni mengaku
bisnisnya terus berkembang dan
semakin maju. Keuntungan yang
diraup dari berjualan online tidak
kalah dibanding berjualan di tiga
kiosnya di Tanah Abang.
"Bayangkan, di Tanah Abang saya
harus menghabiskan Rp 200 juta
setiap tahun untuk sewa tiga kios.
Tapi, di kontrakan kecil itu, saya
hanya membayar Rp 12 juta untuk
sewa," ungkapnya.

Sejak merasakan sukses di bisnis
online, Roni ingin membagi
pengalaman dan ilmunya kepada
orang lain. Caranya masih tetap via
dunia maya. Dia membuat blog
roniyuzirman.com pada 2
November 2005. Di blog itulah dia
menceritakan semua
pengalamannya jatuh bangun
menjalankan bisnis, mulai di Pasar
Tanah Abang hingga sukses
menempuh jalur toko online.
Curahan pengalaman di blog yang
sebenarnya juga iseng itu ternyata
banyak dibaca orang. Tidak sedikit
yang akhirnya mengirim komen
atau bertanya jawab dengan Roni.
Dari situ, Roni kemudian
memutuskan untuk membuat milis
yang dikhususkan untuk orang-
orang yang biasa berdiskusi di
blognya.

Milis bisnis online itu pun sangat
ramai. Karena itu, pada 22 Januari
2006, Roni memberanikan diri
untuk kopi darat dengan para
anggota. "Saat itu jumlahnya masih
40 orang," ujarnya.
Dalam pertemuan tersebut, Roni
mengajak seorang pengusaha Pasar
Tanah Abang yang sangat sukses.
Pengusaha itu akrab disapa Haji
Alay. Dia punya puluhan kios di
Pasar Tanah Abang. Haji Alay
diminta menjadi narasumber.

Pertemuan tersebut membicarakan
berbagai pengalaman masing-
masing anggota dalam berbisnis,
mulai mengikrarkan niat hingga
memulai usaha. Ternyata,
pertemuan itu tidak berhenti
sampai di situ. Mereka lalu
melanjutkan dalam diskusi serta
seminar yang mengundang
pengusaha-pengusaha kondang
sebagai pembicara.
Para anggota komunitas tersebut
menyadari pentingnya sebuah
wadah untuk berbagi di antara
mereka yang ingin menjadi
pengusaha sukses. Karena itu, lalu
dipilihkan kata Tangan di Atas
sebagai nama komunitas.

Tahun demi tahun kelompok
tersebut terus berkembang hingga
jumlah anggotanya mencapai
ribuan. "TDA bisa besar bukan
karena kecanggihan teknologi. Tapi,
kami memiliki nilai lebih. Yaitu,
saling memberi. Kami mengajak
member untuk selalu berbagi.

Kami
percaya, alam semesta ini
berlimpah dan akan makin
berlimpah meski setiap hari kita
bagi," tutur suami Ely Febrita itu.
Kini TDA sudah menyerupai
perusahaan. Mereka memiliki
pengurus di pusat dan wilayah.
Roni menjadi ketua Majelis Wali
Amanah yang dalam struktur
perusahaan biasa disebut
komisaris. "Seluruh pengurus tidak
dibayar. Sebab, prinsip kami untuk
berbagi," imbuhnya.

Eksistensi TDA yang militan menarik
perhatian Menteri BUMN Dahlan
Iskan. Kementerian BUMN akan
menjadikan TDA sebagai mitra
kerja. Sebagian CSR (corporate
social responsibility) perusahaan-
perusahaan BUMN akan disalurkan
melalui TDA.
"Pak Dahlan sudah menyatakan
ingin menjadi mitra kerja TDA.
Kami sangat menyambut,"
tegasnya. (*/c5/ari)( THOMAS KUKUH)

sumber: http://www.jpnn.com/read/2012/07/29/135159/Kerja-Keras-Badroni-Yuzirman-Membangun-Komunitas-Tangan-di-Atas-

3 comments:

Batik Jambi Ariny said...

di Jambi sdh ada gak ya TDA ? gmn cara gabungnya

wirasmada said...

coba ditanyakan ke akun twitter-nya TDA di http://twitter.com/tangandiatas dan sila dibuka situsnya http://tangandiatas.com

gadgetsunik.net said...

bisnis yang mantap....
makasih buat informasinya