Tuesday, October 23, 2012

Awalnya Usaha Skala Kecil, Kini Hinda Bisa Hasilkan Omset Ratusan Juta dari Usaha Dodol Garut-nya

KOMPAS.com - Berawal dari
bantu-bantu bisnis orangtua,
Hinda Japar kini sukses menjadi
pengusaha dodol di Garut, Jawa
Barat. Dari usaha ini ia meraup
omzet hingga Rp 400 juta per
bulan.

Ada banyak variasi olahan
makanan khas Kota Garut yang
dipasarkannya dengan merek
Pusaka dan Pusaka JS. Dodol
Garut Pusaka merupakan bisnis
yang dirintis oleh orang tua
Hinda sejak tahun 1970-an.

Awalnya dodol Pusaka
merupakan usaha rumahan
dengan skala kecil. Hinda
kemudian mengambil alih bisnis
orangtuanya itu pada 2005.
Hingga saat ini, Hinda menjabat
Direktur Perusahaan Dodol
Garut Pusaka.

Dalam sehari, pabrik dodol
milik Hinda bisa memproduksi
rata-rata 1 ton dodol. Harga
dodol di tingkat pabrik Rp
16.500 – Rp 17.000 per
kilogram (kg). “Jadi, omzet saya
dalam sebulan mencapai Rp 400
juta,” kata Hinda.

Selain pabrik, Hinda juga
memiliki dua toko untuk
memasarkan produk dodol
buatannya itu. Di dua toko itu,
ia menjual pelbagai varian
dodol, seperti dodol dengan
rasa buah-buahan dan rujak
dodol.

Pria 43 tahun ini sudah mulai
membantu bisnis orang tuanya
sejak tamat dari bangku SMA
pada tahun 1989. Tapi, baru
tahun 2005 ia memegang
tampuk kepemimpinan di
perusahaan keluarga itu.

Saat mulai dikendalikannya,
usaha warisan orang tua ini
memiliki kelemahan di bidang
pemasaran. Ketika itu, Dodol
Pusaka hanya dipasarkan di
wilayah Garut. Namun, setelah
beberapa tahun dikelola Hinda,
wilayah pemasarannya meluas
hingga ke Jakarta, Bandung,
Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Kalimantan.

Kebanyakan, konsumennya
merupakan pedagang makanan
di daerahnya masing-masing.
Biasanya, mereka menjual lagi
dodol buatannya dengan harga
Rp 30.000 hingga Rp 60.000
per kotak.

Menurut Hinda, pelanggannya
di Kalimantan ada yang
memasok dodolnya ke beberapa
pusat perbelanjaan. Sementara
pelanggannya di Jawa Timur ada
yang memasok ke toko oleh-
oleh di beberapa tempat wisata.

---

Hinda Japar sudah ikut
membantu kedua orang tuanya
mengelola usaha pembuatan
dodol sejak masih duduk di
bangku sekolah dasar (SD).

Tepatnya sejak tahun 1970-an.
"Saya hanya bertugas
membantu produksi di pabrik
kecil milik orang tua," katanya.
Sebagai anak pertama di
keluarganya, Hinda memang
dipersiapkan untuk meneruskan
bisnis orang tuanya ini. Di
tahun 1970-an itu, menurut
Hinda, bisnis dodol Pusaka
milik orang tuanya masih skala
kecil.

Baru di tahun 1990-an, merek
dodol Pusaka dikenal oleh
masyarakat Jawa Barat. Sejak
saat itu, dodol Pusaka
diproduksi dalam jumlah besar.

Makanya, ketika lulus sekolah
menengah atas (SMA) pada
1989, Hinda memutuskan untuk
tidak melanjutkan sekolah. Ia
memilih fokus membantu orang
tuanya membesarkan usaha.

Oleh orang tuanya, ia diberi
tugas mengurus produksi dan
pemasaran dodol Pusaka. Pada
tahun 2005, usaha dodol ini
baru diwariskan ke Hinda.
Langkah pertama yang
dilakukannya saat menerima
usaha ini adalah memperkuat
produksi. "Saat itu saya
langsung membangun pabrik
sendiri," ujarnya.

Hinda sempat mengalami
kekurangan dana untuk
membangun pabrik. Pasalnya, ia
butuh pabrik skala besar yang
bisa memproduksi dodol dalam
jumlah banyak. Selain biaya
buat membangun pabrik, ia juga
perlu biaya lumayan besar buat
membeli tanah.

Untungnya, kekurangan dana
bisa tutup dari pinjaman dari
bank. “Karena usaha orang tua
saya ini sudah terkenal, bank
percaya saja meminjamkan uang
kepada saya,” ucapnya.
Kini, pabrik barunya itu mampu
memproduksi dodol sebanyak 1
ton per hari. Setelah pendirian
pabrik selesai, ia terus mencari
strategi untuk mengembangkan
pemasaran dodol Pusaka.

Salah satunya dengan rajin
mengikuti pameran kuliner di
Jakarta. Dari pameran ini,
produk dodolnya semakin
dikenal luas. Selain di Jawa
Barat, ia sekarang sering
mendapat pesanan dari daerah-
daerah.
Hingga saat ini, Hinda terus
berupaya untuk memperluas
pemasaran dodol Pusaka.

Menurutnya, tidak cukup hanya
mengandalkan penjualan dari
toko. Soalnya, penjualan toko
sangat bergantung kepada
musim liburan.“Biasanya baru
ramai pembeli kalau libur
sekolah dan banyak yang
berkunjung ke Garut saja,”
katanya.

Apalagi, sekarang di Garut
semakin banyak kompetitor di
bidang usaha yang sama.
Bahkan, di daerahnya itu kini
banyak muncul produsen dodol
dengan kualitas rendah yang
merusak pasar.

---

Sukses di bisnis dodol Garut
dengan omzet ratusan juta, tak
membuat Hinda Japar cepat
puas. Ia masih berambisi untuk
terus membesarkan usaha
pembuatan dodol Garut
peninggalan orang tuanya itu.

Hinda mengaku, ingin sekali
mengekspor produk dodol
Garut merek Pusaka buatannya
ke luar negeri. Ia menargetkan,
rencana ekspor itu bisa
terwujud tahun ini juga. Hinda
mengaku, saat masih menjadi
mitra binaan PT Krakatau Steel
pernah mengekspor dodol
Pusaka ke Dubai, Uni Emirat
Arab.

Ekspor ke Dubai itu berlangsung
sekitar tahun 2000-an. Namun,
ekspor terpaksa dihentikan
karena keterbatasan
manajemen. Pengalaman itu
juga yang mendorongnya untuk
mencoba kembali melakukan
ekspor.
Ia optmistis, keinginan untuk
ekspor tahun ini bisa
terealisasi. "Soalnya, sekarang
ini saya sudah mendapatkan
satu calon buyer dari
Singapura," katanya.

Namun, rencana ekspor ini
bukannya tanpa halangan. Salah
satunya di bidang kemasan.
Untuk ekspor diperlukan
kualitas kemasan agak bagus.
Namun, biayanya tentu besar.
Nah, ia khawatir ongkos
produksi bakal membengkak.

Makanya, sekarang ia sedang
mencari cara untuk
menurunkan ongkos produksi
ini. Tidak hanya itu, ia juga
masih merasa perlu melakukan
inovasi produk. Menurutnya,
varian dodol Pusaka masih
kurang beragam. Sejak
meluncurkan varian rujak dodol
tahun lalu, ia belum
menemukan lagi varian baru
untuk dikembangkan.

Sampai saat ini ia masih terus
berusaha menemukan resep
baru untuk produk dodolnya
tersebut. Lantaran perhatiannya
masih terfokus kepada usaha
dodolnya, ia mengaku belum
berencana merambah bisnis
lain.

Bagi Hinda, bisnis dodol sendiri
penuh dengan tantangan.
Selama mengelola usaha ini, ia
pernah beberapa kali dirugikan
oleh agen, terutama agen-agen
kecil.

Soalnya, mereka ini sering telat
melakukan pembayaran.
Bahkan, ada juga yang tidak
melakukan pembayaran sama
sekali. Padahal, produk sudah
terlanjur dikirim.

Agen besar juga pernah mangkir
dari kewajiban membayar. Hal
itu pernah dilakukan agen besar
di wilayah Surabaya, Jawa Timur
dan Cianjur, Jawa Barat. "Alasan
mereka saat itu sudah bangkrut,
sehingga tidak memiliki uang
lagi untuk membayar saya,"
ujarnya.

Kini, Hinda lebih berhati-hati
dalam memilih agen yang akan
memasarkan produknya.
(Marantina/ Kontan)

sumber: http//bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/10/13/22152215/Hinda.Raup.Omzet.Rp.400.Juta.dari.Bisnis.Dodol.Garut.

1 comment:

Jefry said...

sebuah usaha sederhana hanya melalui dodol namun bila ditekuni lebih menghasilkan pendapatan yang berlimpah
sangat inspiratif..