Bisnis makanan cukup banyak
menelurkan kisah sukses. Salah
satunya adalah kisah sukses
Nazliana Lubis, pemilik usaha aneka
kue di Medan, Sumatra Utara.
Berkat ketekunan dan kerja keras,
dia berhasil membesarkan toko kue
Nazwa Aneka Kue hingga
menghasilkan omzet ratusan juta
rupiah per bulan. Salah satu kue
khas yang diolahnya dan menjadi
terkenal adalah cake pisang yang
diberi nama Blondi Pisang
Barangan.
Toko kue milik Nazliana atau yang
kerap disapa Nazwa yang terletak di
Jl. Kapten Muchtar Basri No. 110,
Medan itu cukup kondang di
Sumatra Utara. Beberapa hotel
berbintang di Medan sudah menjadi
pelanggan tetap, seperti Hotel JW
Marriot, Hotel Ina Dharmadeli,
Hotel Tiara, Hotel Danau Toba, dan
Madani Hotel.
Hotel-hotel memesan kue Nazwa
sedikitnya sebanyak 600 potong
sekali event. “Padahal, saban hari,
satu hotel bisa menyelenggarakan
sampai tiga kali event,” jelasnya.
Bukan hanya hotel, Nazwa juga
rutin mendapat pesanan dari
beberapa bank, perusahaan swasta,
sekolah, dan instansi pemerintah di
Sumatra Utara. “Sekarang bisa
menghabiskan 3.000 telur dan 8
karung tepung atau sekitar 200
kilogram (kg) tepung per hari,” kata
wanita berkerudung ini. Selain kue
dia juga menerima pesanan nasi
boks. Perusahaan atau pemda biasa
memesan 1.000 hingga 1.800 nasi
boks.
Sebelum menjadi juragan kue,
lulusan D3 Pariwisata Universitas
Sumatra Utara tahun 1989 ini
sempat bekerja di bagian ticketing
di sebuah biro perjalanan selama
tiga tahun. Tahun 1991, dia pindah
ke perusahaan maskapai
penerbangan Sempati Air. Jabatan
terakhirnya, supervisor. “Kerja di
perusahaan penerbangan itu
memiliki gengsi tersendiri. Saya
punya kesempatan untuk jalan-jalan
ke berbagai daerah,” kata
perempuan kelahiran Medan, 23
Januari 1965 ini.
Sayangnya, kebanggaannya bekerja
di industri penerbangan harus
berakhir. Nazwa kena Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) karena
Sempati Air tak beroperasi lagi mulai
tahun 1997. “Saya sempat stres dan
labil, malu sama teman-teman dan
lingkungan,” ujarnya.
Selama enam bulan, Nazwa depresi.
Akhirnya, dia menemukan semangat
setelah mengamati lingkungan
rumahnya yang berdekatan dengan
kampus Universitas Muhammadiyah
Sumatra Utara. “Saya perhatikan,
kok di kawasan kampus tidak ada
yang jual jajanan berat semacam
kue. Saya pun terpikir untuk buka
usaha kue,” kenangnya.
Nazwa mulai mengulak-alik aneka
buku resep masakan untuk mencari
dan belajar mengolah aneka kue.
Maklum, dia tidak punya keahlian
memasak sehingga mengandalkan
buku resep. “Saya pilih jualan donat
sebab proses pembuatan lebih
mudah ketimbang membuat kue
yang lain dan di sekeliling kampus
belum ada yang jualan donat,” ujar
istri dari Fadlin ini.
Pada Juli 1997, Nazwa nekat jualan
donat bermodal dana kurang dari
Rp 100.000. Kala itu, dia menjual
sepotong donat seharga Rp 350.
“Omzetnya baru Rp 70.000 per
hari. Rasa dan bentuk donatnya pun
belum konsisten karena saya
masih belajar membuatnya,”
katanya sambil tertawa.
Nazwa terus mengasah kemampuan
membuat kue. Dia mengikuti aneka
kursus pembuatan kue di Medan
hingga Bandung. Karena usaha kue
itu belum menghasilkan pendapatan
besar, Nazwa menerima tawaran
mengajar mahasiswa D3 dan D1
Pariwisata di salah satu perguruan
tinggi di Medan. Dia mengajar mata
kuliah pelayanan di perusahaan
penerbangan.
Setengah tahun berjalan, penjualan
usaha toko kue Nazwa belum
meningkat. Justru lebih sering
merugi lantaran saat itu terjadi
krisis moneter tahun 1998. “Saya
tidak menghentikan usaha ini meski
rugi. Ini demi eksistensi usaha,”
katanya.
Bayaran tak pasti
Nazwa mulai berani menitipkan
kuenya di toko-toko kue. Dari sini,
produksi dan omzet mulai
berkembang. Tahun 2000, ia
berhenti mengajar, fokus mengelola
toko dan mulai mengajukan
proposal penawaran ke beberapa
hotel di Medan.
Pada tahun 2003, Nazwa berhasil
mendapatkan pesanan dari sebuah
hotel. ”Meskipun pesanan hanya
bika ambon setengah loyang, 20
potong tahu isi, dan 20 potong kue
lumpur, saya menerima pesanan
itu,” ujarnya. Ia gigih memasok
kuenya ke hotel yang memesan
meskipun hanya dalam jumlah
kecil. Menurut dia, yang paling
penting adalah kepercayaan dari
konsumennya, meskipun dia harus
menerima bayaran dua bulan sekali
dari hotel.
Suatu saat, hotel JW Marriot Medan
memiliki acara seminar Ikatan
Dokter Indonesia selama seminggu
dan mengorder aneka snack ke
Nazwa. Ia harus memasok 22 item
jajanan pasar dengan jumlah 2.600
pieces per item . “Dari situ,
pesanan besar dari hotel mulai
berdatangan. Nazwa Aneka Kue
mulai dikenal dan dipercaya
konsumen,” jelasnya. Dia juga mulai
mendapat order katering untuk
pesta yang nilainya Rp 40 juta
hingga Rp 50 juta per klien.
( Fransiska Firlana)
Sumber: http://mobile.kontan.co.id/news/nazwa-pernah-labil-dan-stres-kini-juragan-kue-suk/2012/09/07
No comments:
Post a Comment