Tuesday, September 25, 2012

Modal Awal dari Pinjaman, Kini Isam Sukses Berdayakan Puluhan Warga Lewat Usaha Kain Sutera Garut

Terjun ke usaha pembuatan kain
sutra sejak 2008, Isam Samsudin
sukses memperkenalkan kain sutra
khas Garut hingga ke seluruh
penjuru Nusantara. Konsumennya
mulai pengusaha batik, desainer,
dan masyarakat umum.
Sejak dahulu, Kabupaten Garut,
Jawa Barat sudah terkenal sebagai
daerah penghasil sutra. Daerah ini
punya industri tenun sutra yang
telah ada sejak puluhan tahun
silam.

Salah satu perajin yang sukses
mengibarkan sutra khas Garut ini
adalah Isam Samsudin. Sejak tahun
2008, ia memperkenalkan sutra
Garut ke seluruh penjuru
Nusantara.

Di bawah bendera usaha Gallery
Sutra Garut, kain sutra buatannya
kini banyak dipesan para perajin
batik, desainer pakaian, dan juga
masyarakat umum penyuka sutra
dari seluruh Indonesia.

Salah satu yang menjadi nilai
tambah kain sutra buatan Isam
adalah proses pembuatannya yang
dilakukan secara handmade dengan
bantuan peralatan tradisional.

Lantaran itu kain sutra buatannya
dikenal sebagai kain sutra ATBM
alias alat tenun bukan mesin.
"Semua proses pengerjaannya
dilakukan secara tradisional, jadi
lebih eksklusif dan kualitasnya juga
terjamin," ujarnya.

Karena kelebihannya, kain sutra
buatan lelaki 36 tahun ini banyak
disukai. Dengan dibantu 40
karyawan, Isam mengaku mampu
menghasilkan rata-rata lebih dari
2.300 meter kain saban bulannya.

Tidak hanya kain sutra polos, ia
juga memproduksi kain sutra yang
sudah diberi warna dan motif
tertentu. "Untuk kain polos kami
menjualnya sekitar Rp 85.000
hingga Rp 125.000 per meternya,"
ungkapnya.
Selain kain yang masih polos, Isam
juga memproduksi kain sutra yang
sudah diberi warna dan motif batik.

Bahkan, ada juga yang dibuatnya
menjadi pakaian kemeja dan lain-
lain.
Isam mengklaim, seluruh hasil
karya desain batik sutranya
merupakan kreasi sendiri dengan
memadukan motif batik khas
Cirebon. "Selebihnya merupakan
hasil imajinasi saya sendiri,"
ujarnya.
Bila sudah diberi motif batik,
harganya jauh lebih mahal dari kain
yang masih polos. Untuk kain sutra
batik, misalnya, dibanderol mulai
Rp 1,5 juta-Rp 3,5 juta per pieces.

Sementara yang sudah menjadi
pakaian jadi dihargai hingga Rp 5
juta per lembar. Dari usaha ini,
omzet yang dikantonginya dalam
sebulan mencapai sekitar Rp 150
juta. Adapun laba bersihnya sekitar
40% dari omzet.
Isam mengaku, selama hampir
empat tahun menjalani usaha ini,
penjualan dan permintaan kain
sutra terus meningkat.

Pencapaian
yang diraih Isam saat ini terbilang
cukup baik mengingat ia hanya
memiliki bekal pendidikan Diploma
I (D1) Ilmu Perhotelan.

Pengalaman bergelut di usaha ini
dapatnya dari bekerja pada usaha
pembuatan kain sutra ATBM milik
kakak kandungnya sendiri pada
tahun 2001 hingga 2008.

Selama bekerja dengan kakaknya, ia
mengaku banyak belajar tentang
proses pembuatan kain sutra.
Lambat-laun minta dan
kecintaannya terhadap kain sutra
terus tumbuh. "Saya tak pernah
terpikir akan masuk ke bidang ini
sebelumnya," ucapnya.

Berbekal kecintaan dan
keterampilan membuat kain sutra
inilah ia memutuskan untuk
membuka usaha sendiri. Bisnis ini
dirintisnya dengan modal awal Rp
60 juta dari hasil pinjaman ke
beberapa teman dan saudaranya.

Kesuksesan bisa diraih dengan tekad
dan keyakinan yang kuat. Meskipun
modal usaha harus meminjam pada
beberapa orang, namun dengan
kerja keras semuanya bisa terbayar.

Begitulah yang dilakukan Isam
Samsudin, pemilik Gallery Sutera
Garut, saat awal-awal merintis
usaha. Bisnis ini dirintis dengan
modal awal Rp 60 juta ini mulai
ditekuni Isam pada 1 Februari
2008.

Modal awal tersebut didapat dari
hasil meminjam ke teman dan
kerabat keluarganya. Uang tersebut,
ia gunakan untuk membeli lima alat
tenun dan merekrut lima karyawan.

Selain itu, ada juga yang dipakai
buat membeli bahan, seperti
benang. Di masa awal merintis
usaha, Isam getol menawarkan kain
buatannya ke pasar.

Sempat dilanda dilema ketika harus
bersaing head to head dengan sang
kakak, namun Isam mengaku tetap
menaruh hormat pada kakaknya
yang juga menekuni usaha
pembuatan kain sutera. "Kami
bersaing cukup sehat meski kadang
ada konflik namun itu bisa
teratasi," tandasnya.

Persaingan sehat itu dibuktikan
Isam dengan memilih segmen pasar
yang berbeda dengan sang kakak. Ia
fokus memproduksi kain sutera
dengan grade kualitas lebih tinggi
dari yang diproduksi kakaknya.
Maka itu, harga kain sutera buatan
Isam dijual lebih mahal dari
kakaknya. Meski lebih mahal bukan
berarti Isam sepi pembeli.

Munculnya para desainer muda dan
para pengrajin batik mendatangkan
berkah bagi dia. Terbukti, sejak
awal memulai usaha, ia telah rutin
memasok kebutuhan sutera untuk
mereka. Tak heran, bila dalam
waktu tiga bulan, ia sudah bisa
mengembalikan pinjaman modal
usaha. Kemudian delapan bulan
setelah usaha Isam berjalan, ia
meningkatkan kapasitas produksi
dengan menambah alat tenun dan
juga merekrut karyawan baru.

Kendati bisnis terus berkembang,
Isam tidak lantas terlena. Sebagai
pengusaha fesyen, ia menyadari
pentingnya inovasi produk dan
mengikuti tren perkembangan
zaman. Makanya, pada tahun 2011,
pria yang hobi berolahraga ini
mulai berkreasi dengan kain sutera
buatannya itu. Sekitar 25% kain
sutera hasil produksinya kala itu
diberi motif sendiri.

Motifnya bisa berupa batik, garis-
garis, atau kotak-kotak. Sementara
sisanya tetap dipasarkan dalam
bentuk kain sutera polos. Kain
polos ini untuk memenuhi
permintaan para pembatik dan
desainer. Lantaran diminati pasar,
Isam kini mengubah fokus usaha.

Sejak 2012, sebanyak 75% kain
suteranya sudah diberi motif
sendiri. Dari 75% itu, sekitar 25%
dibuat menjadi kemeja pria, sarung,
dan selendang dengan motif batik.
"Ke depan kami akan membuat
desain batik untuk pakaian wanita,"
tuturnya.
Empat tahun berjalan, Isam
mengaku mendapatkan kepuasan
batin yang tak diperoleh saat masih
bekerja dengan sang kakak dulu.

Menurutnya, menikmati tahap demi
tahap dalam merintis usaha
merupakan proses pembelajaran
yang tak bisa ditemukan
dimanapun. "Karena jika kita
mengelola bisnis sendiri, bukan
sekedar keterampilan yang
bertambah, naluri dan insting bisnis
pun dapat terbentuk," ungkapnya.

Di
bawah bendera usaha Gallery Sutera
Garut, Isam Samsudin sukses
memperkenalkan kain sutera khas
Garut ke seluruh penjuru
Nusantara. Di daerahnya, kini Isam
dikenal sebagai salah satu produsen
kain sutera yang cukup mapan.
Tapi, bukan itu satu-satunya tujuan
Isam terjun ke usaha pembuatan
kain sutera. Melalui usaha yang
ditekuninya ini, ia juga ingin
melestarikan kerajinan kain sutera
ATBM alias alat tenun bukan mesin.
Sejak lama, kerajinan ini telah
menjadi warisan budaya khas Garut.
Motivasi lain adalah membuka
lapangan pekerjaan bagi warga di
sekitarnya.

Berkat usaha pembuatan kain
sutera, kini ia telah berhasil
merealisasikan seluruh keinginannya
itu. Dari segi finansial, Isam
mengaku penghasilannya lebih dari
cukup untuk menghidupi keluarga
serta para karyawannya.
Dalam upaya pelestarian budaya, ia
juga telah sukses mempertahankan
tradisi produksi kain sutera tanpa
mesin. "Semua pelanggan saya
mengakui bahwa sutera ATBM lebih
baik ketimbang mesin pabrikan,"
ujarnya.
Keunggulan sutera ATBM bukan
hanya dari kualitas produknya yang
lebih baik dibanding buatan mesin.

Tapi, hasil produksinya juga lebih
maksimal karena tidak banyak
bahan baku benang yang terbuang.
Namun ada juga kelemahannya.
Yakni, kapasitas produksi yang tidak
bisa sebanyak mesin. "Soalnya,
ATBM banyak menggunakan tenaga
manusia," ujarnya.

Hal lain yang mendatangkan
kepuasan bagi Isam adalah
kemampuannya menyediakan
lapangan pekerjaan. Dari awalnya
hanya mempekerjakan lima orang
karyawan, kini total karyawan yang
dimilikinya sudah 42 orang. Dengan
semakin berkembangnya bisnis kain
suteranya, tidak menutup
kemungkinan semakin banyak
tenaga kerja yang akan diajaknya
bergabung.

Usahanya ini sedikit banyak telah
membantu mengurangi
pengangguran di Desa Karya Jaya,
Kecamatan Bayongbong, Garut.
"Beberapa pemuda di kampung ini
sering datang ke saya menanyakan
pekerjaan, dan jika memang sedang
membutuhkan saya tak bisa
menolaknya," jelasnya.

Menurut Isam, sebagian besar
karyawannya, awalnya tidak memiki
keterampilan memproduksi kain
sutera. Namun ia tidak ragu
mempekerjakan mereka. Sebab,
Isam memang ingin menularkan
keterampilan membuat kain sutera
ke warga desa. "Saya dulu juga
bekerja di usaha ini tanpa
keterampilan, tapi semuanya bisa
dipelajari asalkan ada niat,"
lanjutnya.

Isam sendiri masih memiliki
sejumlah rencana untuk
membesarkan usahanya. Dalam
waktu dekat ia akan membuka galeri
khusus untuk memajang kain sutera
buatannya.( Fahriyadi )

Sumber: http://mobile.kontan.co.id/news/isam-berdayakan-warga-sekitar-3/2012/09/02

1 comment:

Anonymous said...

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Data pribadi
negara: Indonesia
Nama: Queen Jamillah
Alamat: Nusa Lembongan
Telepon: +62 856-9328-4991
WhatsApp:+62 856-9328-4991
https://twitter.com/queen_jamillah
e_mail: queenjamillah09@gmail.com

ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY
e_mail: [iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]
Sudah dua tahun sekarang saya telah memberikan kesaksian tentang bagaimana saya meminjam 700 juta dari Perusahaan Pinjaman Iskandar Lestari dan beberapa orang meragukan saya karena tingkat penipu online saya dapat membuktikan kepada Anda semua bahwa Bunda Iskandar bukan pemberi pinjaman yang curang. telah memberi saya satu hal lagi untuk tersenyum karena setelah menyelesaikan angsuran bulanan pinjaman yang saya pinjam sebelum saya memohon kepada ibu bahwa saya ingin pergi untuk ekspansi bisnis saya lebih lanjut sehingga saya menyerahkan 2,7 miliar setelah melalui proses hukum saya transaksi telah disetujui oleh otoritas dan dalam waktu tiga hari proses hukum untuk menyalurkan pinjaman saya ke rekening Bank Rakyat Indonesia saya dicapai dengan mudah. Saya tidak memiliki tantangan dengan Bank Indonesia karena Ms. Iskandar dan tim Manajemen dari ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY telah dianggap sebagai pemberi pinjaman yang sah sehingga tidak ada masalah sama sekali untuk bantuan keuangan, hubungi Pemberi Pinjaman ISKANDAR hari ini
e_mail: [iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.