KOMPAS.com — Awalnya, Zakiyah
Fitri dan orangtuanya hanya
berprofesi sebagai tukang jahit.
Namun, ia akhirnya
memberanikan diri membuka
usaha baju muslimnya sendiri.
Dengan modal awal sebesar satu
buah motor, ia kini berhasil
meraih omzet hingga Rp 50 juta
per bulan.
"Sudah 10 tahun usaha. Awal baju
muslim anak," sebut Zakiyah
kepada Kompas.com , di sela-sela
pameran kerajinan, di Jakarta,
beberapa waktu lalu.
Ia bercerita, sebelumnya, dia dan
orangtua mempunyai usaha jasa
terima jahitan baju. Jahitan yang
diterima misalnya baju seragam.
Setelah itu, ia pun termotivasi
untuk membuka usaha sendiri.
Zakiyah punya niatan untuk
menggeluti usaha baju muslim.
Tetapi, ia mengawalinya untuk
segmen anak-anak.
Ibu dari tiga anak ini mengaku
menemui kesulitan ketika memulai
usaha yang dinamakannya Alifah
Collection. Kesulitannya adalah
permodalan. "Modal awal saya
jual motor," sambung dia.
Hasil penjualan motor itu lantas ia
belikan dua buah mesin jahit.
Kedua mesin itu dibelinya dengan
harga sekitar Rp 1,4 juta. Setelah
sekian lama membuat baju
muslim anak, ia pun tertantang
membuat baju untuk orang
dewasa. Alasannya, kurang variatif
kalau hanya menyasar anak-anak.
"Enggak pede ," kata dia.
Kesulitan kembali ditemuinya.
Modal yang dibutuhkan tentu kian
besar seiring dengan usaha yang
semakin berkembang. Ia butuh
mesin dan tenaga kerja yang lebih
banyak. "Modal awal enggak
banyak, cuma untuk merintis bisa
jadi besar itu susah," sambung
Zakiyah.
Untuk bisa menggarap kedua
segmen, ia menambah tenaga
kerjanya. Sekarang ada sekitar 25
tenaga kerja yang direkrut.
Sebanyak 15 orang penjahit
bekerja di depan rumahnya
sebagai tempat produksi. Dan, ia
juga merekrut tenaga kerja lepas
sebanyak 10 orang. Tenaga kerja
ini menjahit di rumahnya masing-
masing.
Selain tenaga kerja, ia pun butuh
mesin tambahan. Dari informasi
seorang teman, Zakiyah
mendaftar untuk menjadi mitra
binaan Perusahaan Gas Negara di
Surabaya. Setelah melalui proses
yang cukup selektif, ia pun
tercantum sebagai mitra binaan
sejak tahun 2006. "Dari teman,
waktu itu ikut forum pengusaha
pemuda produktif," ujarnya.
Bergabung sebagai mitra binaan,
ia pun mendapatkan sejumlah
keuntungan. Mulai dari pelatihan
tentang manajemen hingga
diikutsertakan dalam sejumlah
pameran di Jakarta-Bandung.
Selain dua hal itu, ia yang
merupakan sarjana ekonomi
pembangunan pun mendapatkan
hibah peralatan dari PGN, yakni
tiga set mesin dan bahan seharga
Rp 20-Rp 25 juta.
Peralatan itu digunakannya untuk
membuat baju dari bahan kaus.
Dengan peralatan dan tenaga
kerja yang ada, ia bisa
menghasilkan 700 potong baju
baik dewasa dan anak per
bulannya. Ia memasang harga
baju buatannya, paling mahal Rp
200.000. Produk jilbab merupakan
barang termurah dengan harga
Rp 40.000.
Penjualan dilakukannya melalui
toko-toko baju, pameran, ataupun
pemesanan melalui telepon.
Sistem pembayarannya adalah
konsinyasi. "Ada yang sistemnya
bayar mundur 2-3 bulan. Terima
barang bayarnya mundur, yang
enggak laku tetap dibeli, tapi
dibayar mundur," ucapnya.
"Omzetnya bisa Rp 50 juta per
bulan," tambah Zakiyah.
Persaingan tentu ada, bahkan
cukup sengit. Tetapi, ia menyiasati
itu dengan berusaha membina
hubungan baik dengan
pelanggan. Zakiyah juga
berinovasi dengan model-model
baju terbaru. Ke depan, ia pun
berniat merambah pasar negara
tetangga, seperti Malaysia.
"Kepengin ke Malaysia, tapi
jembatannya enggak ada,"
pungkasnya.( Ester Meryana )
Editor: Erlangga Djumena
Sumber: http://m.kompas.com/news/read/2012/06/04/09161945/bermodal.jual.motor..kini.zakiyah.cetak.omzet.puluhan.juta
1 comment:
good article, keep writing yo...
Post a Comment