Tuesday, September 25, 2012

Ingin Bermanfaat Bagi Sesama dengan Menjadi Pengusaha, Afit Sukses Lewat Steak Holycow

Berawal dari kesukaan menyantap
steik, Afit Dwi Purwanto sukses
mengembangkan bisnis steik di
Jakarta. Bisnisnya maju lantaran
menjadikan steik wagyu sebagai
menu andalan dengan harga murah.
Dalam sebulan, ia menghabiskan 3
ton daging sapi dengan omzet
ratusan juta.

Para pecinta daging bakar alias
steik (steak ) mungkin sudah tak
asing lagi dengan menu steik
wagyu. Steik dengan bahan dasar
daging sapi wagyu sudah sangat
tenar karena rasanya yang lezat
dengan tekstur daging daging yang
lembut.
Dahulu, steik wagyu merupakan
menu istimewa yang banyak dijual
di restoran-restoran ternama.
Harganya pun tidak murah.

Namun, di tangan Afit Dwi
Purwanto, santapan untuk kalangan
jetset itu bisa dinikmati juga oleh
kalangan menengah. Di bawah
bendera usaha Holycow!
Steakhouse, ia menghadirkan steik
wagyu dengan harga jauh lebih
murah ketimbang resto.
Rasanya juga tak kalah lezat
dibandingkan dengan buatan
restoran. Dengan terobosannya ini,
boleh di bilang, kedai steik-nya
merupakan kedai pertama yang
menjual steik wagyu berkualitas
tinggi dengan harga terjangkau.
Untuk dapat menikmati seporsi
wagyu di Holycow! Steakhouse,
pengunjung cukup membayar Rp
35.000 – Rp 150.000.

Tak ayal, pelanggan pun rela
mengantre demi menikmati wagyu
lezat ala Holycow! Steakhouse.
Bahkan, tak jarang, konsumen
mengantre hingga 30 menit
sebelum warung Holycow!
Steakhouse buka. Untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, Afit
menghabiskan sekitar 2,5 ton
hingga 3 ton daging sapi setiap
bulannya.
Lantaran peminatnya tinggi, bisnis
steik Afit ini terus berkembang.
Setelah membuka kedai pertama di
di Senopati, Jakarta Selatan, tahun
ini ia juga membuka gerai baru di
Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Dari usaha ini, omzetnya mencapai
ratusan juta per bulan. Bisnis ini
dipilihnya karena dia memang
penyuka steik. Ide bisnisnya sendiri
muncul setelah ia menyantap steik
wagyu di salah satu restoran di
Jakarta. "Saya pernah makan wagyu
di salah satu restoran di Plaza
Senayan seharga Rp 900.000 per
porsi," kata Afit.

Ia mengaku, lezatnya steik wagyu
tersebut membuatnya tidak bisa
tidur pada malam itu. Keesokan
harinya, ia pun mencari bahan baku
wagyu dengan harga jauh lebih
murah dan ia olah dengan bumbu
racikannya sendiri.
Sejak itu, ia terbiasa memasak
wagyu sendiri, minimal sekali
dalam sebulan. Dari sekadar coba-
coba meracik bumbu, ia kemudian
menjajakan steik buatannya itu
kepada rekan dan koleganya.

Tak dinyana, semua suka dan
memuji kreasi Afit dalam mengolah
daging sapi yang lezat. Mendapat
peluang, mulailah, ia kemudian
melayani pesanan katering.

Akhirnya, pada Maret 2010, ia
memutuskan untuk membuka
Holycow! Steakhouse.
Sejak awal, Afit memang mengusung
konsep warung untuk
mengembangkan bisnis steiknya ini.

Pasalnya, Holycow! Steakhouse
berangkat dari ide “Wagyu For
Everyone!”. Jadi, menu yang
dihidangkan di tempat itu bisa
dinikmati dengan harga yang
terjangkau.

Sejak masih kuliah, Afit Dwi
Purwanto, pemilik Holycow!
Steakhouse, sudah bercita-cita
menjadi seorang pengusaha.
Namun, setelah lulus kuliah ia tidak
langsung mewujudkan mimpinya ini.

Ia justru memilih bekerja di
beberapa perusahaan media di
bagian pemasaran. Setelah beberapa
tahun menjadi karyawan, barulah ia
memutuskan untuk terjun ke dunia
bisnis.
Keinginannya untuk berbisnis tidak
lepas dari pesan ibunya. "Ibu saya
pesan sebaik-baiknya manusia ialah
manusia yang bisa memberi
manfaat bagi orang lain," ujarnya.

Bagi Afit, menjadi pegawai memang
bisa memberi manfaat bagi
keluarganya. Akan tetapi, ketika
berbisnis, ia bisa memberi manfaat
kepada lebih banyak orang.
Misalnya, dengan memberi lapangan
pekerjaan. Selain itu, dengan
berbisnis, ia juga bisa mengatur
kehidupannya secara bebas dan tak
terikat kepada institusi atau
perusahaan mana pun.
Afit sendiri mengaku tidak memiliki
latar belakang bisnis sama sekali.
Namun, ia mengenal cukup banyak
teman yang juga punya bisnis.
Didukung dengan informasi dari
buku atau internet, ia pun
menerapkan segala hal yang
dipelajarinya tentang bisnis.

Kata Afit, hal utama yang harus
dilakukan pebisnis ialah
menentukan segmen pasar, sehingga
target pasarnya tidak terlalu lebar.
Ini penting karena akan berkaitan
dengan pemasaran atau marketing.
Setelah menentukan segmen pasar,
ia pun melakukan diferensiasi, baik
dari segi konsep rumah makan
maupun harga.

Dari segi harga, misalnya, ia
menawarkan harga murah untuk
seporsi steik (steak) wagyu, yang
selama ini terkenal mahal.
Konsep rumah makannya juga
dibuat sedeharna ala kedai atau
warung. "Tidak memakai pendingin
ruangan (AC)," ujar Afit. Ia sendiri
menyebut warungnya sebagai camp.
Sementara konsumennya dengan
sebutan carnivores. Dengan adanya
diferensiasi itu, konsumen pun
cepat mengenali usahanya. “Dalam
bisnis, kreativitas itu perlu,”
ucapnya.

Untuk urusan pemasaran, Afit
menyerahkan kepada istrinya, Lucy
Wiryono. Sejak awal warungnya
berdiri, Lucy kebagian mengurus
pemasaran dan relasi dengan media.
Pekerjaan Lucy sebagai presenter di
beberapa stasiun televisi cukup
membantu memudahkan tugasnya
sebagai seorang pemasar.

Promosi
juga gencar dilakukan di beberapa
situs jejaring sosial, seperti
facebook dan twitter.
Dengan promosi yang gencar,
Holycow! Steakhouse kini sudah
semakin dikenal. Terbukti, dua gerai
di Senopati dan Kelapa Gading,
Jakarta, selalu ramai dikunjungi
pembeli.

Bagi
Afit
Dwi
Purwanto, berbisnis bukan semata-
mata mencari keuntungan untuk
diri sendiri. Tapi, juga harus bisa
memberikan manfaat bagi orang
lain. Bagi pemilik Holycow!
Steakhouse ini, dampak positif dari
bisnisnya adalah memberikan
lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Dalam mencari karyawan, ia fokus
merekrut lulusan sekolah menengah
atas (SMA). Hal itu dilakukannya
untuk memberi kesempatan kerja
bagi mereka yang tidak memiliki
biaya untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang lebih tinggi.

Ia juga sangat memperhatikan
kesejahteraan karyawannya. "Gaji
karyawan saya 25% lebih tinggi dari
pasaran," ujarnya. Dengan gaji lebih
tinggi, karyawan pun lebih
semangat dan betah bekerja
dengannya. Terbukti, sangat sedikit
karyawannya yang pernah
mengajukan pengunduran diri.
"Turn over karyawan di Holycow!
Steakhouse sangat rendah, hanya di
bawah 10% yang mengundurkan
diri," ujarnya.

Menurut Afit, kini sudah ada
beberapa karyawannya yang
melanjutkan kuliah atau membeli
motor sendiri. Bahkan, ada yang
berinvestasi dengan membeli tanah.
Hal itu menjadi kebanggaan
tersendiri bagi Afit sebagai pebisnis.

Di sisi lain, ia juga memperlakukan
karyawannya sebagai keluarga.
Dengan pola hubungan
kekeluargaan, karyawan pun bisa
melayani pelanggan dengan sepenuh
hati.
Sampai saat ini, total karyawan
yang bekerja dengannya berjumlah
60 orang di dua cabang di Senopati
dan Kelapa Gading, Jakarta.

Holycow! Steakhouse buka setiap
hari pada pukul 11.00 WIB hingga
14.00 WIB. Setelah itu, buka lagi
sore hari pukul 17.00 WIB sampai
steik terjual habis. Di warung steik
ini, pelanggan tidak bisa melakukan
reservasi.
Jadi, mereka yang datang diawal
langsung dilayani terlebih dahulu.
Menurut Afit, ini dilakukan karena
setiap setengah jam sebelum
warungnya buka, sudah ada antrean
pelanggan. Ia tidak memberlakukan
reservasi agar pelanggan yang
sudah mengantri merasa
diperlakukan dengan adil.
Kebijakan ini berlaku tanpa pandang
bulu.

Bahkan, bila teman-teman dekatnya
mau makan di Holycow!
Steakhouse, mereka pun tetap harus
antri. Afit bercerita, pernah juga
ada seorang menteri harus antri
untuk bisa menikmati steiknya.
Tidak hanya mengantre, menteri itu
pun harus berbagi meja dengan
pelanggan lain.
Daya tampung di setiap outlet
sekitar 60 kursi. "Karena selalu
ramai, jadi pelanggan biasanya
berbagi meja dengan pelanggan
lain," ucapnya.

Untuk mengembangkan bisnisnya,
Afit sedang mempertimbangkan
untuk menambah gerai di Jakarta.
Hal itu dilakukan karena daya serap
steik di ibukota masih sangat tinggi.

Untuk membuka tawaran kemitraan
atau waralaba, ia mengaku masih
belum tertarik. Sebelum menuju ke
sana, ia ingin fokus memperkuat
jaringan bisnis dan brand.

"Mungkin kalau Holycow!
Steakhouse sudah belasan tahun,
kami baru mau membuka tawaran
kemitraan atau waralaba," katanya.

Selain membesarkan bisnis steiknya,
ia juga ingin merambah bisnis lain
yang masih berhubungan dengan
kuliner. Namun, ia belum mau
memberi bocoran. Tapi ditargetkan,
rencana ekspansi itu bisa
direalisasikan tahun ini. ( Marantina)

Sumber: http://mobile.kontan.co.id/news/afit-bangga-bisa-memajukan-kehidupan-karyawan-3/2012/09/19

No comments: