Tuesday, September 18, 2012

Aryanto, Dulu Loper Koran Kini Bos Rental Mobil Mewah

Kerasnya hidup sering menjadi motor
penggerak seseorang untuk mencapai
keberhasilan atau kehidupan yang
lebih baik. Seperti yang dialami
Aryanto Mangundiharjo. Kerasnya
kehidupan di jalanan membawanya
menuai keberhasilan.

Lahir dari keluarga berada tak
menjamin orang bisa sukses. Tapi,
Aryanto Mangundiharjo membuktikan
bahwa kerja keras dan pengalaman
jatuh bangun merupakan faktor yang
membuatnya sukses walau berasal
dari keluarga berada. Berkat keuletan
dan belajar dari kegagalan,
ia sukses menjadi pemain rental mobil
mewah dengan bendera The Jakarta
Limousine.

Saat ini The Jakarta Limousine mampu
menghasilkan omzet Rp 300 juta
hingga Rp 400 juta per bulan. Selain
beberapa hotel bintang lima, Jakarta
Limousine juga menjadi rekanan
beberapa kedutaan besar seperti
Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan
China. Ada juga kerja sama dengan
BRI dan Bank Indonesia.
Beberapa artis mancanegara seperti
Super Junior, Rihanna, dan Justine
Bieber pernah menggunakan jasa
perusahaan Aryanto. “Selain rental
langsung, saya memasok mobil ke
rental-rental mobil mewah ternama,”
katanya.

Saat ini, ia memang baru
memiliki 16 unit mobil mewah
bermerek Toyota Alphard, Fortuner,
dan Mercedes Benz E Class. Khusus
mobil limousine, biasanya dia
mendapat pinjaman dari orang kaya.

Lahir dari keluarga berada, ayah
Aryanto adalah pengusaha sewa-
menyewa alat berat. Adapun ibunya
seorang pemasok bahan kue di
beberapa pengusaha kue. Tapi, saat
kecil, ia lebih suka bermain dengan
anak-anak loper koran meski sering
dimarahi orang tuanya.
Ternyata pergaulan dengan loper
koran memberi makna lain dalam
kehidupan Aryanto. “Ada
permasalahan keluarga yang
membuat saya kabur dari rumah.
Saya hidup di jalanan dan menjadi
loper koran,” kenang lelaki kelahiran
Jakarta, 14 Mei 1976 ini.
Tak cuma itu, setelah sang ayah
meninggal, ekonomi keluarganya
guncang. Aryanto juga terpaksa
meninggalkan bangku sekolah. “Saat
itu saya sukses menjadi loper berkat
pager. Di antara lipatan koran, saya
selipkan nomor pager saya. Dari situ,
pelanggan bertambah banyak,”
kenangnya.

Dari jerih payahnya itu, Aryanto
berhasil menyewa rumah dan
mengikuti pendidikan kejar paket.
“Karena bosan, usaha loper saya
berikan ke adik. Saya memilih menjadi
satpam,” katanya. Di saat menjadi
satpam, dia belajar menyetir.
Akhirnya, dia berani bekerja sebagai
sopir di perusahaan air minum.
Selanjutnya, ia pindah ke perusahaan
Jepang. Karena kerusuhan tahun
1998, perusahaan Jepang itu bubar. Ia
menjadi sopir taksi di Blue Bird, lantas
hijrah ke Bali menjadi supir taksi
eksklusif.

Di Pulau Dewata, selain sebagai sopir
taksi eksklusif, Aryanto mendapat
tambahan penghasilan sebagai calo
mobil sewaan. Dari situ, dia belajar
soal bisnis penyewaan mobil.
Peristiwa Bom Bali tahun 2002
membuatnya keluar dari pekerjaan
dan kembali ke Jakarta dengan uang
pesangon sebesar Rp 3 juta. Pada saat
yang sama, usaha distributor koran
yang dikelola sang adik juga bangkrut.

Bermodal pesangon itu, Aryanto
memberanikan diri membuka usaha
rental mobil. “Saya tidak punya mobil,
cuma modal nomor telepon. Kalau
ada order, saya akan cari rental lain,”
katanya. Ia mendapat order dari
perusahaan obat nyamuk yang
menyewa 18 mobil untuk kegiatan di
10 kota selama 3 bulan. Dari order ini,
ia mampu membeli mobil Kijang.

Order besar datang lagi dari
perusahaan telepon seluler yang
meminta 40 unit mobil dengan
dibiayai oleh bank. “Saya tidak puas
begitu saja dengan bisnis rental ini.
Saya coba menjadi kontraktor,”
kenangnya. Sayang, baru menggarap
satu proyek di Belitung, Aryanto sudah
kena tipu sebesar Rp 1,4 miliar.

Sementara itu, karena ulah karyawan
yang nakal, 40 unit mobil sewaannya
digelapkan penyewa.
Bangkit dari bangkrut
Utang bank yang menumpuk hingga
menyebabkan rumah Aryanto disita.
Uang hasil penjualan tanah yang
dikelola sang istri lenyap karena kena
tipu penjual valas. Tahun 2004, ia
bangkrut dan terpaksa tinggal di
rumah mertua.

Setahun lebih, Aryanto terpuruk. Pada
pertengahan tahun 2006, dia
mendapat pinjaman Rp 25 juta dari
seorang teman. Bermodal itu, dia
merintis usaha penyewaan mobil lagi
tanpa kendaraan sendiri. Ia
memanfaatkan mobil dari jasa
penyewaan lain.
Suatu saat, dari pelanggannya yang
warga negara asing, Aryanto
mendengar keluhan soal susahnya
mencari rental mobil mewah di
Jakarta. Dari situ, ia tertarik menjajal
bisnis ini. Dia mencari kenalan yang
mau menyewakan mobil mewahnya.
“Banyak yang mau, sebab untuk kelas
Alphard saja, tarif sewa per 12 jam Rp
3 juta. Saya dapat komisi 50 persen,”
katanya. Aryanto lantas fokus
menggarap penyewaan mobil mewah
meski tanpa modal mobil sendiri.

Aryanto akhirnya mendapat order 16
unit mobil mewah dengan masa sewa
10 hari sekaligus. Dalam jangka waktu
itu, ia mengantongi untung Rp 270
juta. “Saya langsung beli rumah dan
mobil Alphard. Dari modal itu, usaha
saya terus bergulir dan kini saya
memiliki 16 mobil mewah,” katanya. (Fransiska Firlana/
Kontan)

sumber: http://m.kompas.com/news/read/2012/08/29/09291773/Aryanto.Dulu.Loper.Koran

No comments: