Amalia Thessen adalah satu dari sekian banyak anak muda yang sukses dalam berbisnis. Di usia ke-27 tahun, Amalia mampu memproduksi sekaligus menjual aneka produk fesyen lewat gerai sendiri di Jakarta dan Surabaya. Sejak merintis bisnis fesyen pada 2006 lalu, kini ia telah berhasil mendulang omzet lebih Rp 200 juta per bulan.
Sukses berbisnis di kala usia masih muda memang bukan hal aneh. Namun, sukses itu bakal susah diraih kalau enggan merintis usaha sedari dini. Lihat saja, para pengusaha muda yang sukses, mereka sudah merancang bisnis sejak lulus kuliah atau bahkan di saat masih menjadi mahasiswa.
Salah satu pengusaha muda yang sukses itu adalah Amalia Thessen, pemilik Toko Unik (Tonik) di Jakarta dan Surabaya.
Lewat gerai Tonik itulah, Amalia yang berusia 27 tahun itu mampu menjual beragam produk fesyen yang dia produksi sendiri. Aneka produk fesyen itu seperti baju printing dan lukis, syal, tas wanita, aksesori, serta produk fesyen lainnya.
Lia, begitu sapaan akrabnya, mendirikan Tonik sejak 2006 silam, selepas lulus kuliah dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti. Perempuan ini memilih dunia bisnis karena ogah menjadi anak buah. "Kebetulan saya tipikal orang yang tak ingin terikat waktu dalam bekerja," ucap dara berdarah Belanda ini.
Dara yang pengusaha ini memang punya pengalaman bagaimana tidak enaknya bekerja untuk orang lain. Pengalaman itu ia peroleh ketika mengikuti praktik kerja lapangan (PKL) semasa kuliah. Tiga bulan lamanya Lia magang di perusahaan periklanan. "Dari pengalaman itulah saya memutuskan untuk berwirausaha," tegasnya.
Keputusan Lia itu mendapat dukungan penuh sang orang tua. Apalagi Lia menggeluti usaha fesyen yang memiliki potensi pasar yang luas.
Pilihan Lia ternyata tak keliru. Kini, setelah bisnis fesyen itu berjalan lima tahun, meraup omzet lebih dari Rp 200 juta per bulan bukan lagi perkara sulit. Omzet itu berasal dari tiga gerai Tonik yang berlokasi di Tamini Square, La Piazza Kelapa Gading, Cilandak Town Square (Citos), dan di Surabaya Town Square (Sutos). "Hampir setiap gerai cenderung ramai pengunjung karena kami menyediakan produk remaja hingga dewasa," ujar Lia.
Di gerai Tonik itu, Lia menjual produk fesyen mulai dari harga Rp 10.000, seperti harga tiga pieces gelang, sampai harga termahal berupa tas wanita senilai Rp 175.000 per pieces. Produk andalan Lia adalah kaus printing, yaitu kaus wanita yang dipoles dengan motif yang dicetak secara digital. "Kaus ini kami jual Rp 55.000 per pieces," ungkap Lia.
Selain memasarkan lewat gerai, Lia juga juga memasarkan produk fesyen miliknya itu melalui reseller yang tersebar di kota-kota seperti Makassar, Pekanbaru, Palembang, Bandung, Medan, dan Banjarmasin. Para reseller itu tentu turut menggembungkan omzet Lia.
Ebi Febrian, orang kepercayaan Lia yang sekaligus pengelola jaringan gerai Tonik, mengaku, kunci sukses Lia terletak pada inovasi. Lia menurut Ebi tak pernah berhenti melakukan inovasi desain fesyen. "Kami memiliki tim kreatif dan tim produksi yang selalu bekerja sama," ungkap Ebi.
Masih menurut Ebi, Lia adalah sosok yang tak pernah puas. Itulah yang membuat Lia selalu ingin mencari gagasan baru dalam produk fesyennya. "Perbedaan mendasar kami dengan toko sejenis adalah: kami selalu meluncurkan model dan warna produk baru tiap minggu," ujar Ebi.
Inovasi itu juga yang membuat pelanggan gerai Tonik loyal untuk belanja. Aneka produk dengan desain yang selalu baru membuat banyak pelanggan penasaran dan berniat kembali belanja. Kini, saban bulan, seluruh gerai Tonik itu mampu menjual 4.600 unit produk fesyen. "Hampir 30% omzet disumbangkan oleh reseller kami," terang Ebi.
Lia menambahkan, kelebihan lain dari usahanya terletak pada layanan. Ia mengaku tak sekadar memproduksi dan menjual saja, tapi juga melayani pesanan produk dari pelanggan. "Kalau ditanya apa keunikan gerai Tonik? Maka saya menjawab kami membuat apa yang kalian minta," terang Lia.
Selain itu, Lia menuturkan, kesuksesan dia berbisnis fesyen tidak terletak pada modal. Ia bilang, bisnis fesyen bisa berkembang jika dikerjakan langsung agar bisa melihat antusiasme pasar. "Dengan begitu, kami bisa menerima masukan dari pelanggan tentang produk kami," ucapnya.
Sukses Amalia Thessen dalam membangun bisnis busana dan pernak-pernik bermerek Tonik bukanlah semudah membalik telapak tangan. Dia harus bekerja keras untuk mewujudkan bisnisnya agar bisa seperti sekarang. Amalia mulai membangun bisnisnya itu sedari dia masih menjadi mahasiswa.
Bisa dibilang kesuksesan yang diraih Amalia Thessen dalam mengembangkan jaringan Toko Unik (Tonik) merupakan hasil perpaduan tekad, kemauan, kerja keras, dan keyakinan kuat. Amalia yakin, bisnis yang mampu menggiringnya ke arah sukses adalah bisnis fashion.
Bakat Amelia dalam berbisnis sudah nampak ketika dia masih duduk di bangku kuliah. Saat kuliah di semester lima, dara kelahiran 14 November 1984 ini memulai debut bisnis dengan menjual pin, kalung, dan gelang remaja. Amelia sadar betul bahwa mahasiswa di kampusnya yang cenderung melek mode dan fesyen adalah target pasar yang potensial. "Ternyata feeling saya tak salah, responsnya positif," ucap Lia.
Amelia menjual berbagai produknya juga sepadan dengan isi dompet mahasiswa, yakni mulai Rp 5.000 sampai Rp 35.000. "Saya juga memberi keringanan yang menarik, yakni bisa bayar dua kali," tandasnya.
Dengan jualan barang secara kredit itu, omzet Amelia bisa mencapai Rp 1,5 juta per hari. Ia bilang, dari usaha kecil-kecilan itu bisa membiayai kuliahnya hingga selesai. "Motivasi awal saya berjualan adalah untuk meringankan beban ibu saya yang kebetulan single parent," jelas Amalia.
Saat lulus kuliah pada 2006, keyakinan Amalia makin kuat bahwa bisnis adalah dunianya. Apalagi, sang ibu ketika itu mendukung penuh keinginannya tersebut.
Dengan modal cuma Rp 15 juta, Amalia mulai merintis usaha dengan mengikuti bazar to bazar di berbagai acara. Bagi Amelia tak masalah modal pas-pasan, yang penting dia paham dengan pasar yang bakal dia garap. "Saat itu modal saya belum cukup untuk membuka kios walau Tonik sudah terbentuk," ungkapnya.
Keseriusan Amalia di dunia bisnis itu juga dia tunjukkan dengan master plan bisnisnya. Dia mengungkapkan, Tonik adalah bagian kecil dari bisnis fesyen yang bakal dia tekuni. Namun, dalam jangka waktu berikutnya, Amalia tak sekadar hanya menjadi penjual.
Dia bertekad untuk sekaligus menjadi produsen. Dan Tonik adalah sarana yang tepat untuk menjual berbagai produk fesyennya tersebut.
Bagi Amelia tak ada rumus rugi dalam hitungan bisnisnya. "Saya tak pernah memikirkan rugi," ujar dara muda ini. Amalia beranggapan, asal terus berusaha dan berpikir positif, keberhasilan akan datang. "Wirausaha tak hidup dari gaji, jika tak ingin rugi harus selalu berkembang," imbuhnya.
Terus berkembang. Dua kata itulah yang tertanam dengan baik di benak Amalia. Itulah sebabnya, Amalia tak ragu sedikit pun ketika membuka gerai pertamanya di Tamini Square. Bagaimanapun, "Menjadi produsen bisa untung lumayan besar ketimbang menjadi reseller," tegasnya.
Amalia juga tak mau berpikir ribet dengan modalnya yang cekak. Bagi dia, mengelola modal cekak adalah seni tersendiri. Karena itulah, untuk menghemat modal, Amalia mengaku sengaja memproduksi tiap item barang dalam jumlah terbatas. "Itu cara juga menjadi cara jitu untuk menyiasati tak stabilnya harga bahan baku. Namun, di saat yang bersamaan ini juga menjadi strategi pemasaran bahwa barang yang kami produksi eksklusif atau limited edition," terang Amalia.
Tak heran meski kini ia bisa memproduksi dalam jumlah besar. Ia juga masih mempertahankan tradisi membuat barang dalam jumlah terbatas. "Tonik dikenal karena jumlah produk yang terbatas, jika stigma itu diubah saya khawatir kesan yang muncul adalah produk kami jadi pasaran," imbuhnya.
Strategi jitu yang dia kembangkan itu diakui oleh Yanti Riyanto, reseller Tonik yang telah bekerja sama selama tiga tahun dengan Amalia. Menurut Yanti, Amalia adalah seorang pebisnis muda yang hebat. Amelia selalu terbuka apabila diajak berdiskusi soal cara mengembangkan usaha. "Jarang saya menemukan anak muda seperti dia yang selalu berpikir jauh ke depan," puji Yanti.
Amalia juga sosok pengusaha yang rendah hati dan kreatif. "Amalia merupakan wanita pekerja keras yang selalu pandai memotivasi orang lain untuk terus maju," sanjung Yanti.
Walau Tonik terus berinovasi dari segi produk, model, dan warna, ternyata hal itu belum cukup membuat Amalia Thessen puas. Setelah enam tahun berjalan, ia merasa masih ada hal yang mengganjal dan bisa mempengaruhi kelangsungan bisnisnya ke depan, terutama mengenai manajemen dan pemasaran produk.
Memang bisnis fesyen dan aksesori yang dijual di Toko Unik atau Tonik bisa dibilang telah menimba sukses. Lihat saja, kini jaringan Tonik telah mampu menghasilkan duit ratusan juta rupiah per bulan. Namun kesuksesan itu tak lantas membuat si empunya Tonik, Amalia Thessen puas. Amalia merasa harus ada perbaikan dari segi manajemen agar usahanya ini dapat berkembang lebih melesat lagi.
Amelia mengenang, ketika kuliah, seorang karibnya menasihati, untuk mengembangkan usaha maka perlu manajemen yang baik, terutama mengenai manajemen keuangan. "Sobat saya bilang, usaha sudah punya pelanggan. Karena itu dengan manajemen yang baik pasti akan lebih berkembang," ujar Amelia mengenang nasihat sobatnya itu.
Nasihat itu memang tak berlebihan. Amelia mengakui, dia memang terlalu fokus dalam pengembangan fesyen dan aksesori. Baginya, manajemen maupun pengelolaan pemasaran masih dinomorduakan.
Perempuan yang mengaku idealis dalam hal fesyen ini berniat untuk membenahi dan menyusun sistem manajemen usahanya ini. "Bulan depan kami juga akan menggunakan jasa akuntan untuk mengaudit keuangan," beber Amelia.
Soal pemasaran pun bakal digarap lebih serius. Setelah memasang logo Tonik di paper bag dan produk seperti kaus, tas, dan dompet, kini Amelia berniat memasang logo Tonik di produk aksesori seperti gelang dan kalung. Selain itu, logo Tonik juga bakal mejeng di mana-mana. Kini logo itu baru tertempel di kendaraan operasional atau di lokasi bazar atau pameran.
Menurutnya, sistem manajemen dan pemasaran ini sangat penting. Maklum, pada 2012 nanti, Amelia berambisi membuka toko grosiran yang lebih besar. "Sebelum mencapai itu semua kami harus punya sistem manajemen yang kuat," ungkapnya.
Niat Lia untuk membuka toko grosiran sudah mulai ia rancang. Ia sudah menyiapkan tempat di Mal Ambassador, Jakarta Selatan. Ia menganggap pengunjung mal itu sesuai dengan segmen pasar yang dia garap. "Kami tak asal tunjuk tempat, kami sudah riset sebelumnya bahwa produk kami banyak juga yang dijual di tempat tersebut," tandasnya.
Ambisi Amelia lainnya adalah membuka Tonik di mal premium, sekaliber Grand Indonesia. Ia yakin, produk fesyen yang ditawarkan di Tonik bisa merepresentasikan produk fesyen lokal yang berkualitas yang tak kalah dengan produk impor.
Keyakinan itu dilandasi dari pengalamannya saat memproduksi dan menjual syal ikat dari bahan kaus, pada 2010 lalu. Tak dinyana, "Awal yang tidak disengaja itu ternyata sambutannya luar biasa besar," ujar Amelia.
Dalam sehari syal itu bisa terjual hingga 150 pieces dengan harga Rp 75.000 per buah. Amelia menyatakan, antusiasme pelanggan terhadap produknya itu lantaran syal tersebut hampir memiliki persamaan dengan syal yang dijual di toko retail premium seperti Zara.
Hal itu pun dibenarkan oleh Ebi Febrian, sekondan Amelia dalam mengelola Tonik. Menurut Ebi, produk syal tersebut seharusnya bisa menjadi ikon Tonik. Namun karena buruknya manajemen pemasaran syal tersebut, penjualan syal itu tak berlangsung lama karena kompetitor langsung berbondong-bondong membuat produk serupa. "Bisa dibilang Tonik pernah menjadi trendsetter dalam syal ikat sebelum muncul pemain lain yang ikut memproduksi syal serupa tanpa kami ketahui sebelumnya," ujar Ebi. Manisnya berjualan syal tersebut hanya bisa bertahan selama enam bulan.
Itulah sebabnya, Amelia menegaskan, ketika manajemen Tonik mulai kuat, ia bakal membangkitkan lagi produk yang pernah sukses dibesutnya seperti pin, sepatu lukis, dan syal ikat. "Karena tren pasar saat ini masih ke arah baju dan aksesori," tukas Amelia.
Yanti Riyanto, reseller Tonik di Jakarta menambahkan, kelebihan produk Tonik adalah banyaknya referensi soal model serta kreativitas yang dimiliki oleh Amelia dan tim kreatifnya membuat pelanggan tak pernah jenuh dengan produk yang dihasilkan. "Saya juga nyaman kerja sama dengan Tonik dan Amelia," pungkas Yanti.
Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1322635713/84026/Amalia-Ingin-maju-manajemen-perlu-dibenahi-3
No comments:
Post a Comment