Wednesday, August 31, 2011

Modal Awal Rp 3 Juta, Fatoni Kini Sukses Jaring 205 Mitra dengan Jamur Kriuk

Hanya dengan modal Rp 3 juta, Fatoni berhasil membangun jaringan usaha waralaba penganan Jamur Kriuk dengan investor dari berbagai kota di Indonesia. Lihat saja, hanya butuh waktu 2,5 tahun, ia berhasil menjaring 205 mitra. Selain mendapatkan royalty fee dari mitra Toni juga mendapatkan laba dari penjualan bahan bakunya.

Menjadi wirausaha sukses tentu menjadi idaman banyak orang. Apalagi sukses itu diraih dalam tempo terbilang singkat. Itulah nasib baik yang dialami Fatoni, pemilik CV Manggala Karya Abadi.

Pria yang akrab dipanggil Toni itu hanya butuh waktu 2,5 tahun untuk membangun bisnis kemitraan Jamur Kriuk (Jakri) yang berpusat di Purwokerto, Jawa Tengah. Toni kini memiliki 205 mitra yang berjualan Jamur Kriuk dengan gerobak di banyak kota di Indonesia.

Toni mulanya tidak menyangka, usaha pembuatan olahan jamur itu bisa berkembang seperti sekarang ini. Padahal, ia menemukan racikan olahan jamur itu secara tidak sengaja.

Ketika itu, Toni ingin membuat olahan penganan yang unik. Hingga akhirnya dia memutuskan membuat kudapan berbahan baku jamur. Ternyata masakan coba-coba lezat rasanya. "Mulanya saya hanya ingin membuat usaha yang memiliki racikan berbeda," ujar suami dari Lita Desita Permatasari itu.

Akhirnya, dengan modal cuma Rp 3 juta, Toni memutuskan berjualan olahan jamur dengan gerobak. Ia rela menaruh ijazah Magister Manajemennya di lemari demi berjualan jamur. "Semua saya jalani dengan yakin, bahwa usaha ini akan berkembang," kata alumni Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.

Walaupun sempat laris di awal buka usaha, bukan jaminan usaha itu tetap laku. Penjualan jamur Kriuk milik Toni sempat turun, bahkan pernah ia hanya menjual empat bungkus dengan omzet Rp 20.000 per hari. "Saat itu saya hanya panas dan kehujanan," kenangnya.

Dengan penuh kesabaran, ia berusaha mempertahankan usaha itu hingga omzetnya pelan namun pasti terus menanjak. Begitu omzetnya berkibar, saat itulah banyak investor yang datang dan mereka tertarik menjadi terwaralaba jika Toni mengembangkan usahanya menjadi waralaba.

Toni pun tertarik mengembangkan usahanya ini dalam bentuk waralaba. Dan ketika waralaba ini ditawarkan, gayung bersambung, para investor pun berdatangan. Hanya butuh waktu 2,5 tahun, Toni sudah mampu menjaring 205 terwaralaba, 28 di antara adalah pemegang master franchise. "Mitra terjauh kami saat ini ada di Pekanbaru," kata Toni.

Untuk menjadi pemegang master franchise, Toni mensyaratkan terwaralaba harus setor modal sebesar Rp 30 juta sampai Rp 40 juta. Adapun untuk terwaralaba hanya membenamkan investasi sebesar Rp 6,8 juta.

Sebagai usaha waralaba, tentu juga mengutip royalty fee sebesar 2,5% dari omzet per bulan. Selain itu, ia juga mendulang untung dari penjualan bahan baku. "Setiap bulan ada tujuh sampai delapan terwaralaba baru yang bergabung dengan kami," terangnya.

Tentu, usaha ini juga tak selalu berjalan mulur. Toni mengaku, kini sekitar 15% terwaralaba sudah tidak aktif lagi berbisnis Jamur Kriuk. Buktinya, mereka tak setor royalty fee.

Namun , Toni mengaku setiap gerai Jamur Kriuk yang aktif memperoleh omzet rata-rata Rp 300.000 - Rp 500.000 per hari atau omzet per bulan rata-rata sebesar Rp 4,5 juta.

Agar bisnisnya bisa berkembang, Toni melakukan ekspansi bisnis pada pertengahan Juni 2011 lalu. Ia membuat usaha waralaba baru bernama Pasta Jamur Kriuk (Pasta Jakri). "Gerai ini menjual jamur kriuk memakai bumbu pasta," kata Toni.

Namun, sampai Desember ini, gerai Pasta Jamur Kriuk itu belum mendapatkan terwaralaba. Tapi dari gerai miliknya sendiri, Toni mengaku bisa mendulang omzet hingga Rp 1,5 juta per hari atau sekitar Rp 45 juta per bulan.

Dari seluruh usahanya, Toni mengklaim hanya mendapatkan omzet Rp 125 juta per bulan. "Saya bikin konsep waralaba bukan mencari laba tapi lebih kepada memberikan manfaat bagi orang lain," ujarnya.

Dalam menjalankan usahanya itu, Toni berhasil menyelipkan pesan, jamur bisa diolah menjadi penganan lezat sekaligus menghasilkan laba yang menggiurkan.

Lewat tangan dinginnya, Toni berhasil mengemas jamur dengan aneka rasa seperti: rasa keju, barberque, balado, piza, superpedas, hingga rasa orisinal. "Usaha jamur ini sukses karena tidak ada pesaing," katanya.

Sebelum sukses membangun bisnis waralaba Jamur Kriuk, Fatoni gagal membangun bisnis konstruksi dan penerbitan. Bahkan ia pernah merasakan pahitnya menjadi pengangguran walaupun sudah mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Tapi pintu sukses Fatoni terbuka usai mempersunting gadis idamannya, Lita Desita Permatasari.

Menjadi pengusaha sukses adalah cita-cita Fatoni. Pemilik CV Manggala Karya Abadi (MKA) di Purwokerto, Jawa Tengah, ini sejak kecil memang mendambakan memiliki usaha yang bisa mempekerjakan orang lain.

Demi mengejar cita-cita itu, ketika masih duduk di bangku SMA, Fatoni juga tak sungkan berjualan beras. Ketika itu, untuk melanjutkan sekolah, Fatoni harus indekos di Cilacap. Lantaran kiriman dari orang tua juga pas-pasan, Fatoni pun berjualan beras agar bisa bayar ongkos indekos. "Pelanggan saya adalah para tetangga kos," kata pengusaha waralaba Jamur Kriuk ini.

Tapi, usaha itu tidak bertahan lama. Fatoni terpaksa gulung tikar lantaran ditipu teman kosnya sendiri sehingga modal dagangnya pun melayang. "Berasnya diambil namun tidak dibayar," kenang Fatoni.

Namun pengalaman buruk itu justru semakin melecut pria kelahiran 4 April 1982 itu untuk mendalami ilmu berbisnis. Begitu lulus SMA, Toni melanjutkan kuliah di Yogyakarta sampai meraih gelar magister manajemen.

Merasa ilmunya sudah mumpuni, Fatoni membuka perusahaan patungan bidang konstruksi dan penerbitan bersama sahabatnya. Namun sayang, usaha ini gagal. Saat itu, Fatoni sempat meratapi kegagalannya itu.

Namun ia juga tidak mau berlama-lama larut dalam kesedihan. Fatoni berusaha bangkit lagi dengan mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Tetapi Ibukota tak mampu memberi harapan masa depan untuk Fatoni. Ketika itu, Fatoni sempat melamar ke perusahaan otomotif dan perbankan, namun dua perusahaan itu tak memberinya kesempatan.

Gagal mencari pekerjaan di Jakarta, Fatoni pun terpaksa mudik ke rumah orang tuanya di Purwokerto. Di kampung, Fatoni juga tak punya pekerjaan namun dia tetap percaya diri menikahi gadis impiannya, Lita Desita Permatasari. "Walaupun tidak memiliki penghasilan tetap, jodoh saya ternyata datang," ujarnya, senang.

Dengan sang istri, Fatoni pun memulai lembaran baru dalam hidupnya. Karena tidak memiliki pekerjaan, Toni mengisi hari-harinya membantu usaha mertua berbisnis rumah makan.

Ketika membantu bisnis keluarga istrinya itulah Toni mendapatkan inspirasi untuk berbisnis makanan. Apalagi mertua dan istrinya mahir memasak.

Untuk mewujudkan impian bisnisnya itu, Fatoni berusaha mencari informasi lengkap tentang peluang bisnis makanan dari berbagai literatur. Dari situlah, Fatoni menemukan konsep bisnis waralaba. "Konsep ini saya diskusikan dengan istri, ternyata dia setuju," ujar Fatoni.

Nah, setelah konsep bisnis selesai, Fatoni masih bingung, kira-kira makanan apa yang bisa dijual dan laris manis sehingga dengan gampang bisa diwaralabakan. "Kebetulan ketika itu istri saya memasak jamur goreng dan rasanya enak. Saya pikir, inilah menu yang pas untuk usaha saya," cerita Fatoni, panjang lebar.

Fatoni mulai bereksperimen. Dia meminta sang istri untuk membuat jamur goreng namun dengan aneka varian rasa. Dan ternyata, jamur goreng dengan aneka rasa ini memang enak kalau jamur digoreng kering lagi garing renyah.

Lita Desita, istri Fatoni, menambahkan, ia bersama suaminya tidak membutuhkan waktu lama untuk mengeksekusi bisnis olahan jamur itu. "Setelah konsepnya matang dan produknya sudah ada, kami langsung membuka usaha jamur ini," terang Lita.

Ternyata, perkiraan Fatoni benar, jamur goreng itu laris manis. Berkat pergaulan Fatoni yang luwes, para terwaralaba pun berdatangan. Mereka ingin berbisnis jamur goreng yang kemudian diberi nama Jamur Kriuk ini.

Dalam pandangan sang istri, Fatoni memang sosok yang mudah bergaul. Itulah sebabnya, dia tak kesulitan menjaring investor untuk mengembangkan bisnis ini.

Namun, Lita juga menyadari kelemahan sang suami yang mudah percaya kepada orang lain. "Ini sering disalahgunakan," kata Lita.

Lita menilai kesuksesan sang suaminya itu tak lepas dari kerja keras mereka setelah hidup bersama. "Sebagai kepala keluarga, dia tidak mau ambil keputusan sendiri, tapi lewat diskusi dulu," ungkap Lita.
Fatoni kini memiliki pekerjaan besar, yakni mempertahankan 205 terwaralaba Jamur Kriuk miliknya. Agar bisnis terus bisa berjalan pemilik CV Manggala Karya Abadi itu juga rajin melakukan inovasi produk. Selain itu, ia rajin menyambangi para terwaralaba untuk mengetahui kesulitan mereka.

Seperti kata pepatah, mempertahankan lebih sulit ketimbang merebut. Tamsil inilah yang menjadi tantangan Fatoni dalam mengelola 205 terwaralaba Jamur Kriuk yang tersebar di banyak kota di seluruh Indonesia.

Fatoni memang perlu bekerja keras agar jumlah terwaralabanya tidak menyusut, syukur-syukur kalau jumlahnya malah bertambah.

Namun, menambah jumlah terwaralaba tentu bukan pekerjaan mudah. Apalagi di tengah maraknya tawaran waralaba makanan yang menawarkan paket usaha yang sama-sama menggiurkan bagi investor.

Agar bisnisnya berkembang, Fatoni terus melakukan inovasi produk agar Jamur Kriuk aneka rasa tetap laku di pasaran. Salah satu bentuk inovasi yang ia tawarkan adalah produk baru bernama Pasta Jamur Kriuk.

Menilik namanya, penganan ini memang pengembangan produk Jamur Kriuk sebelumnya. Produk olahan jamur ini terbuat dari campuran jamur dan daging yang dibubuhi bumbu pasta. "Ini bisa menjadi variasi pilihan baru bagi pelanggan setia kami," kata Fatoni.

Inovasi produk itulah yang dipersiapkan untuk menghadapi persaingan di bisnis makanan yang kiat sengit. Jika tidak ada inovasi, Fatoni khawatir pasarnya bakal mengalami kejenuhan. "Walaupun kami punya banyak pelanggan loyal, bisa saja mereka berpaling jika produk kami monoton," tegasnya.

Menurut Toni, produk Pasta Jamur Kriuk itu bukanlah inovasi pertama yang dilakukan sejak ber bisnis Jamur Kriuk. Akhir 2009 lalu, Toni pernah mengeluarkan produk Yoghurt yang didistribusikan lewat gerai terwaralaba Jamur Kriuk yang ada di Purwokerto.

Namun sayang, inovasi produk Yoghurt itu terpaksa ia hentikan sementara karena sulit mempertahankan kualitas Yoghurt agar lebih bisa tahan lama. Maklum, "Yoghurt hanya bisa tahan sehari karena kami tidak memakai pengawet," terang Fatoni.

Namun Fatoni belum menghentikan produk itu sepenuhnya. Ia masih mencari formula yang efektif agar bisa membuat yoghurt yang bisa tahan lebih lama namun tanpa pengawet di dalam minuman itu.

Bagi Toni, kesehatan dan higienitas produk lebih utama ketimbang sekadar mencari laba. Sebagai bukti keamanan produknya, Toni mengklaim memiliki izin edar dari Dinas Kesehatan Purwokerto, Jawa Tengah.

Selain inovasi produk, Fatoni juga tak pernah bosan mengunjungi para terwaralabanya. Di saat pertemuan itu, biasanya mereka sibuk berdiskusi mengenai bagaimana mengembangkan bisnis.

Fatoni perlu bersafari untuk melihat langsung perkembangan bisnis terwaralaba Jamur Kriuk. Selain itu, program ini juga bertujuan mencari solusi bisnis di setiap terwaralaba. "Saya harap mereka berhasil dan untung dengan Jamur Kriuk," harap fatoni.

Yang jelas, ada kabar gembira dari Fatoni, ia tidak memiliki rencana menaikkan nilai investasi bagi calon investor baru. Seperti diketahui, paket investasi Jamur Kriuk saat ini adalah Rp 6,8 juta. Sedangkan nilai Master Franchise mencapai Rp 30 juta sampai Rp 40 juta tergantung lokasi. "Saya percaya usaha besar tidak harus dengan modal besar," ungkap Toni.

Fatoni yakin uang hanyalah modal sekunder dalam berbisnis. Baginya, modal utama dalam berbisnis itu adalah semangat serta kemauan untuk bekerja keras. "Inti bisnis dari waralaba adalah memiliki keinginan untuk berkembang bersama-sama," tandasnya.

Lita Desita Permatasari, istri sekaligus rekan kerja Fatoni, mengaku banyak memetik hikmah dari berbisnis Jamur Kriuk ini. Lita bilang, sejak membuka usaha Jamur Kriuk, suaminya mendapat tawaran menjadi dosen pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sufyan Tsauri Majenang, sekitar tiga jam perjalanan dari Purwokerto.

Toni diberi kepercayaan mengajar bidang studi ekonomi syariah untuk para mahasiswa. Kesempatan itu tidaklah disia-siakan Toni, ia meluangkan waktunya satu hari dalam dua pekan untuk mengajar. "Suami saya mengajar agar ilmunya bisa bermanfaat," kata Lita.

Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1324273099/85547/Fatoni-jaga-bisnis-dengan-inovasi-dan-silaturahmi-3

2 comments:

Catur Wahyono said...

Wah mantab mas bro, bisa terus di share ilmunya..

Nurul Az-Zumrah Al-Fa'izah said...

luar biasa
tertarik dahh
boleh dikirim proposal lengkapnya mas....
ke email saya
nazzumrahalfaizah@ymail.com