Pemakaian bahan kimia dan antibiotik berlebihan pada produk pangan kian mengkhawatirkan. Melalui Pronic (Probiotik Organic), Christopher Emille Jayanata memasarkan produk ayam organik yang lebih aman, sehat, dan tetap enak.
Siapa yang tak suka daging ayam? Boleh dikatakan, daging ayam dan olahannya adalah makanan favorit orang Indonesia dari desa hingga kota. Di Jakarta saja, tercatat kebutuhan ayam potong mencapai 1,5 juta ekor per hari. Tak heran, bisnis ayam potong pun banyak dilirik, salah satunya oleh Christopher Emille Jayanata.
Namun, bisnis produk ayam potong yang digeluti pria kelahiran Bogor ini berbeda dari ayam potong kebanyakan. Probio Chicken, demikian produk ini dinamakan, merupakan daging ayam dari peternakan organik yang higienis dan bebas bahan kimia.
“Produk ayam Probio Chicken dijamin bebas antibiotik dan hormon, sedikit lemak, dan rendah kolesterol. Kualitas dan rasanya juga lebih enak,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini.
Christopher mengaku prihatin melihat penggunaan antibiotik pada peternakan ayam yang kian masif dan sangat mengkhawatirkan. Menurut ketentuan, penggunaan antibiotik hanya dibatasi hingga hari ke-20. Nyatanya, ungkap dia, banyak peternak yang terus melakukannya sampai masa panen (30 hari).
“Menurut standar WHO, itu dilarang karena bisa berpengaruh pada kesehatan manusia yang akan mengonsumsinya. Namun, banyak peternak mengabaikan karena khawatir gagal panen dan dia bisa merugi,” ungkapnya.
Berawal dari fenomena tersebut, Christopher lantas berinovasi dengan menciptakan produk ayam potong yang sama sekali bebas antibiotik. Sebagai penggantinya digunakan probiotik, semacam mikroba positif yang berguna untuk kesehatan dan mengoptimalkan pencernaan.
“Saya menamainya dengan probiotik ‘tumbuh’. Probiotik yang telah dibiakkan di laboratorium diteteskan ke mulut ayam untuk menjaga supaya tetap sehat,” katanya.
Christopher menceritakan asal mula perkenalannya dengan teknologi mikrobiotik yang berguna bagi pengembangan produk pertanian dan peternakan itu. Sejak kecil, alumnus arsitektur ini mengaku sudah familier dengan dunia pertanian yang diperkenalkan orang tuanya (keduanya alumnus Institut Pertanian Bogor). Sejak SD, Christopher telah belajar cara berjualan tanaman hias seperti kaktus dan succulents yang eksotis.
Pada 1991 semasa kuliah di jurusan arsitektur, Christopher membangun perusahaan konsultan lanskap dengan nama PT Essicipta Lestari. Krisis moneter yang menghantam Indonesia pada 1998–1999 juga turut dirasakannya. Christopher pun memutar otak mencari lahan bisnis baru yang berbasis pertanian. Setahun kemudian, dia dipertemukan dengan peneliti dari Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi, I Putu Kompiang.
“Beliau sedang meneliti teknologi mikrobiotik yang berguna untuk pertanian. Akhirnya bersama beliau,saya mengembangkan produk probiotik dan kami cobakan ke sentra-sentra pertanian mulai Garut, Wonosobo, Yogyakarta, hingga Malang,” kenangnya.
Pemberian probiotik bagi tanaman padi, sayur, buah, serta produk peternakan dan perikanan, ungkapnya, ternyata hasilnya sangat bagus. Selain itu, mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida.
“Inilah cikal bakal dari pertanian organik, menghilangkan penggunaan bahan kimia dan menggantikannya dengan kekuatan alami probiotik. Pada 2000, pertanian organik memang belum populer di Indonesia,tapi secara tidak sadar saya sudah melakukannya,” tuturnya.
Christopher mengaku prihatin melihat pemakaian bahan kimia pestisida dengan dosis berlebihan pada sebagian besar lahan pertanian. Dia pun berkeinginan mengubah pertanian Indonesia ke arah yang lebih sehat, salah satunya melalui pemakaian probiotik. Namun, dia sadar harus berhadapan dengan industri agrokimia yang telah mendominasi sejak lama.
“Daripada jualan probiotik dan harus bertanding dengan perusahaan agrokimia raksasa, pada 2004 saya putuskan menjual ayam potong hasil peternakan dengan probiotik,” tandas Christopher, yang pada 2007 lantas meresmikan perusahaan baru bernama Pronic sebagai produsen resmi Probio Chicken.
Dia menambahkan, bisnis ayam potong Probio Chicken mulai dipasarkan di Jakarta pada Januari 2004. Namun, distribusinya masih sebatas di Ranch Market kawasan Pejaten. Saat itu, penjualan stabil 20–50 ekor per bulan, dengan harga jual Rp25 ribu-Rp30 ribu per ekor. “Sayangnya saat itu yang beli tidak ada orang Indonesia, kebanyakan ekspatriat karena harganya memang lebih mahal,” ungkapnya.
Periode 2004–2007, permintaan di Ranch Market meningkat. Namun, Pronic hanya mampu menjual maksimum 1.000 ekor per bulan. Pada 2007, kata dia, banyak orang Indonesia yang menanyakan produk ayam organik, terutama para orang tua dari anakanak autis. Karena itu, Pronic pun lantas memperluas distribusi ke supermarket lain.
Minat yang luar biasa terlihat dari angka penjualan. Jika per September 2007 penjualan hanya 1.100–1.200 ekor per bulan, pada September 2008 meningkat 600 persen menjadi 6.000 ekor. Saat ini, Probio Chicken bisa ditemui di hampir semua Ranch Market dan supermarket kawasan Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Lampung, dan Balikpapan.
Angka penjualan juga melejit hingga 12 ribu ekor per bulan dengan omzet pada 2010 mencapai Rp500 juta. “Tahun depan kami ada rencana untuk ekspor,” ujarnya. (inda s) (Koran SI/Koran SI/ade)
sumber: http://economy.okezone.com/read/2011/05/15/22/457245/bisnis-sehat-ayam-organik-beromzet-ratusan-juta
No comments:
Post a Comment