Darjat, Raja Bengkel di Pelabuhan Ratu
Jalan di Pelabuhan Ratu, Jawa
Barat yang tidak mulus ternyata
mendatangkan berkah bagi pria
ini. Ketiga bengkelnya menguasai
sepanjang jalan di kawasan tepi laut
pantai selatan.
Kisah sukses pria berusia 53 tahun ini bisa
membuat decak kagum. Ayah dari 6 anak
ini memulai usahanya dengan menjadi
nelayan sejak tahun 1970, yang kemudian
berkembang menjadi bisnis pengangkutan ikan
ke Jakarta hingga ke luar negeri. Dari bisnis
ikan inilah dia bisa membangun tiga bengkel
besar, yang kini beroleh omzet Rp 50 juta setiap
harinya.
DARI NELAYAN MENJADI PENGEKSPOR IKAN
Sejak tahun 1970, Darjat sudah menjadi nelayan.
Lalu, dengan modal Rp 1,42 juta dari ayahnya, ia
memulai bisnis ikan dengan membeli dari para
nelayan, kemudian memasarkannya ke Muara
Baru dan Muara Angke di Jakarta. Sejak pukul
05.30 WIB, seusai salat Subuh, setiap harinya
ia berangkat ke pasar ikan untuk membeli ikan
segar yang baru turun dari laut. Selain membeli
dari para nelayan, Darjat sendiri juga memiliki 7
kapal penangkap ikan.
Usahanya ini berkembang pesat, hingga pada
tahun 1982 ia bisa mengirim ikan pindang ke
daerah Bogor. Bahkan, tahun 1985 dia sudah
merambah ekspor ke Cina dan Korea. Pintarnya
lagi, Darjat juga mampu melihat peluang untuk
menjual ikan beku di Pelabuhan Ratu. Jika
mobilnya ke Jakarta mengangkut ikan layur
segar dari Pelabuhan Ratu, dalam perjalanan
kembali dari Jakarta mobil tersebut membawa
ikan tongkol yang sudah dibekukan. Kemudian,
sekitar 600 anak buahnya siap memasarkan
ikan beku tersebut di kawasan sekitar Pelabuhan
Ratu.
Demi mempertahankan kesegaran, ikan dari
pelelangan disusun dan dimasukkan ke dalam
gudang pendinginnya, lalu dibekukan dengan
suhu minus 45 derajat Celcius. Setelah kira-kira
12 jam, ikan tersebut dikemas dalam plastik,
kemudian karton, lalu dipres. Selanjutnya, ikan
beku dalam kemasan tersebut dimasukkan
ke dalam gudang penyimpanan yang bersuhu
minus 20 derajat Celcius. Darjat memiliki dua
gudang berkapasitas 100 ton ikan. Untuk proses
pembekuan ini, dia mempekerjakan sekitar 20 orang.
Bisnis ikan ini pernah mengalami masa surut saat
Darjat hanya mampu mengirim 1 kontainer yang berisi
24 ton ikan dalam setiap satu-dua minggu. Ini terjadi
di tahun 1986-1989. Di waktu normal
ia bisa mengirim 2 kontainer dalam seminggu, bahkan 3
kontainer di masa panen ikan. Setelah mengalami masa surut
itu, Darjat sempat memutuskan untuk beristirahat dari
bisnis ikan. Namun, setahun kemudian ia segera bangkit
kembali. Bahkan Darjat mulai membeli mobil angkutan ikan
sendiri. Jumlahnya pun terus bertambah. Dengan jumlah
armada yang besar, ongkos perawatannya pun tidak sedikit.
Karena seringnya ban mobil menghajar aspal yang kurang
bagus, Darjat harus rutin berurusan dengan penggantian
ban. Dari sinilah muncul ide membuat bengkel sendiri.
BUKAN PENGGEMAR MAYANGSARI
“Tahun 1980 sampai 2000 itu saya punya banyak
kendaraan untuk membawa ikan dari Pelabuhan Ratu
ke Jakarta. Jadi barang sendiri, mobil sendiri. Saya
harus membeli ban di luar Pelabuhan Ratu. Beli apa-apa
di luar. Pikir-pikir, saya buka toko ban saja, lah.
Sekalian jual onderdil. Saya beli dengan harga segini,
untungnya ketahuan. Mendingan buka saja sama istri.
Itu tahun 2001,” tutur Darjat menceritakan ide
mendirikan bengkel yang di berinya nama Mayang Sari itu.
Soal nama perusahaannya, Darjat tidak mengambilnya
dari penyanyi kondang, istri Bambang Trihatmodjo. Nama
tersebut diambil dari nama kapal milik mantan bosnya
yang disingkat MS. Oleh Darjat kemudian dipanjangkan
menjadi Mayang Sari. Semenjak itu, seluruh armada
usahanya dinamai Mayang Sari.
Bengkel pertama Darjat berdiri di Jalan
Batu Sapi, Pelabuhan Ratu, seluas 629 meter
persegi. Dengan modal Rp 300 juta, bengkel itu
menyediakan suku cadang, ban, servis, hingga
cuci mobil, dan steam. Darjat menyerahkan
pengelolaan bengkel tersebut kepada istrinya
yang piawai mengurus manajemen dan keuangan.
Tak dinyana, usaha bengkelnya semakin
maju. Bahkan mereka sanggup memberi jasa
spooring dan balancing yang dilakukan dengan
komputer. Saat itu layanan ini belum tersedia di
bengkel mana pun di Sukabumi.
Kesuksesan bengkel pertama berlanjut dengan
dibukanya bengkel kedua pada tahun 2005.
Usaha bengkel yang berdiri di tanah seluas 546
meter persegi di Jalan Pelabuhan Ratu Jayanti itu
diserahkan kepada anak lelakinya yang sulung.
Jasa layanannya pun sama. Hanya saja, bengkel
ini mengkhususkan layanan untuk kendaraan
berbahan bakar bensin. Untuk mengembangkan
bengkel keduanya, Darjat mendapatkan bantuan
pinjaman dari bank bjb sebesar Rp 500 juta.
Sementara bengkel ketiga baru dibangunnya
pada Maret 2011, juga di Jalan Pelabuhan Ratu
Jayanti. Jasa yang disediakan pun sama, hanya
saja pelayanan servisnya ditujukan untuk mobil
berbahan bakar solar. Dan, hampir semua pemilik
angkutan umum melakukan servis kendaraannya di
bengkel seluas 1.305 meter persegi
Pemisahan pelayanan mobil berdasarkan bahan
bakarnya ini pun cukup menarik. Di bengkel
kedua, hampir 90 persen pelanggannya adalah
pemilik mobil pribadi. Sementara di bengkel
khusus mobil berbahan bakar solar, 50 persen
pelanggannya adalah pemilik mobil angkutan.
Dengan jajaran bengkel di sepanjang jalan
Pelabuhan Ratu ini, Darjat berhasil menggaet
para pemilik mobil di kawasan Sukabumi dan
sekitarnya. Bukan hanya mobil angkutan ikan
milik Darjat, teman-temannya sesama pengusaha
ikan pun membawa mobilnya ke bengkel Darjat.
Untuk ketiga bengkel tersebut, Darjat mempekerjakan
41 orang. Di bengkel pertama ada
i6 orang, bengkel kedua 13 orang, dan bengkel
ketiga 12 orang. Kebanyakan pekerjanya diambil
dari orang sekitar Pelabuhan Ratu, yang
sebelumnya telah dididik untuk mendapatkan
keterampilan standar tentang mobil.
“Kebanyakan untuk bagian cuci mobil, bantu-bantu
bagian sayap, dikerjakan anak sini semua.
Enggak ada yang orang jauh. Untuk
mesin, orang sekitar kan jarang, jadi saya ambil
dari kota yang profesional, yang benar-benar
sudah bagus. Kalau untuk bawahan, roda, dari
orang sini semua. Dididik sama saya. Semuanya
dari sini,” terang Darjat yang mengaku juga
mengetahui sedikit soal mesin.
Pembayaran upah karyawan di pelelangan
ikan dilakukan setiap hrin, sementara untuk
karyawan bengkel dilakukan setiap bulan.
Tanggal pembayarannya tergantung dari tanggal
si karyawan masuk kerja. Kalau mulai kerja
pada tanggal 1, maka gajinya setiap bulan akan
diserahkan setiap tanggal 1. Kalau masuk kerja
mulai tanggal 6, maka digajinya setiap tanggal
6 pula. Namun, urusan gaji karyawan ditangani
langsung oleh sang istri.
Darjat kerap mengumpulkan para karya
wannya seminggu sekali atau maksimal sebulan
sekali untuk diberikan pengarahan. Apalagi
untuk karyawan baru perlu lebih diarahkan.
“Kendalanya ada saja. Namanya juga manusia
pasti ada perbedaannya. Terkadang membuat
saya pusing juga. Kalau di pelelangan malah
lebih susah. Biasanya kalau sudah pusing
ngadepinnya, saya berikan peringatan sampai 3
atau 4 kali. Kalau tidak nurut juga ya terpaksa
saya keluarkan dan ganti yang baru. Itu hanya
untuk yang nakal dan tidak bisa dibilangin,”
tutur Darjat.
BENGKEL TANPA PESANG
Omzetnya yang mencapai Rp 50 hingga Rp
60 juta per hari sebagian besar didapatkan
dari penjualan suku cadang yang diambilnya
dari pemasok di Bandung, Jakarta, dan Bogor.
Namun penjualan oli, cuci mobil dan steam,
spooring dan balancing, ganti ban, hingga
servis juga cukup diminati. Malah, alat spooring
seharga Rp 160 juta bisa dikatakannya tidak
sebanding dengan tarif seharga Rp 85 ribu
yang diberikannya untuk setiap mobil yang di
spooring. Apalagi, pekerja yang bisa melakukan
layanan tersebut harus didatangkan dari luar
Sukabumi. Tetapi, yang penting pelanggan datang
terus, demikian prinsip Darjat. Apalagi,
alat canggih tersebut hanya ada di bengkelnya.
Untuk saat ini Darjat belum tergerak lagi untuk
menggunakan teknologi lain dalam bengkelnya.
Beruntungnya, untuk layanan cuci mobil dan
steam, Darjat tidak perlu keluar biaya untuk
mendapatkan air. Sebab, ia hanya tinggal
mengambil dari jalur mata air Gunung Gayanti yang
mengalir di hadapannya. Untuk layanan cuci
steam ini, rata-rata ketiga bengkel tersebut
melayani loo mobil per hari, dengan tarif Rp
25 ribu per mobil. Selain itu, dia pun tidak
perlu membayar sewa tanah, mengingat ketiga
bengkelnya dibangun di atas tanahnya sendiri.
Dengan mengandalkan pelayanan yang baik
demi memuaskan pelanggan, Darjat tidak perlu
bersusah payah membesarkan bengkelnya.
Promosi otomatis berjalan dan mulut ke mulut.
Selain itu, tidak adanya bengkel besar
di sepanjang Jalan Raya Pelabuhan Ratu juga
sangat menguntungkan usaha bengkelnya.
“Tanpa saingan di Pelabuhan Ratu ini, cuma
sendiri. Makanya saya bikin 3, di sana jual ban,
di sini juga jual ban. Semua isinya ban!” cetusnya
senang.
Hingga saat ini, bengkel pertama adalah
yang paling menguntungkan. Dia menganggap
kesuksesan itu berkat istrinya yang pintar
mengelola keuangan hingga kemudian muncul bengkel
kedua dan ketiga. Meski bengkelnya telah
maju pesat, namun Darjat tidak meninggalkan
usaha ikan yang menjadi penopang awal usaha
bengkelnya. Apalagi menurut dia, usaha ikan
lebih cepat menghasilkan ketimbang bengkel.
Khusus untuk administrasi keuangan, Darjat
memercayakan kepada istrinya. Baik usaha ikan
maupun bengkel, termasuk urusan pembelian
ban hingga suku cadang, semuanya ditangani
sang istri yang dinilai cukup berpengalaman
soal administrasi dan keuangan. Darjat pun
bersyukur karena jiwa usahanya dan istrinya
sama-sama kuat dan sudah menyatu. Bahkan
dirinya terdorong dan termotivasi oleh sang
istri. Meski demikian, ada saja masalah antara
urusan keluarga dengan usaha. Kalau sudah
begini, Darjat dan istri memerlukan waktu
untuk cooling down.
“Pasti ada sajalah, masalahnya. Gara-gara
urusan dagang dibawa ke rumah, kadang bentrok
ya ada saja itu mah. Kalau istri mulai ngomel,
saya ambil mobil; jalan atau makan ke mana.
Saya tinggal saja gitu, menenangkan diri Kalau
saya yang ngoceh, istri saya diam saja di kamar.
Kalau enggak, dia masak atau main dengan
anak. Dia pelampiasannya seperti itu,” ujar
Darjat tersipu. Setelah masing-masing cooling
down, permasalahan yang memicu kejengkelan
hati malah tidak dibahas lagi. Urusan keluarga
dan bisnis pun berjalan normal lagi.
“Karena dengan istri itu saya banyak
keperluan urusan usaha, istri saya juga begitu.
Makanya saya enggak memperpanjang masalah,
cukup sampai situ aja. Kalau sudah sampai
di rumah lagi, ketemu, ya ngomongin bisnis
lagi. Kekurangan ini-itu, ya sudah lupa dengan
masalah yang tadi,” ujar Darjat sambil tertawa
ringan.
MANAJEMEN USAHA
Bisnis ikan dan bisnis bengkel adalah dua hal
yang berbeda. Ketika masa krisis moneter
menghantam Indonesia tahun 1998, Darjat
mengaku malah mendapat berkah. Dengan
ekspor ke Cina dan Korea, dia berhasil
mendapatkan keuntungan Rp 300-500 juta per
harinya. Ikan dibelinya dari nelayan dengan
kisaran harga Rp 3 ribu sampai Rp 4 ribu per
kilogram, lalu dijual untuk ekspor dengan harga
Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram.
“Sebab waktu itu harga dolar bisa sampai
Rp 13 ribu atau Rp 15 ribu. Benar-benar itu
rezeki nomplok namanya,” ujar Darjat. Selain
mengekspor ikan segar ke Cina dan Korea, Darjat
juga mengimpor ikan olahan dari kedua negara
itu, yang selanjutnya dipasarkan ke Jakarta dan
Pelabuhan Ratu.
Hanya saja, pelan-pelan dia mulai menyerahkan
bisnis ikannya tersebut kepada kedua
orang adiknya. “Sedikit-sedikit sudah dilempar
ke adik-adik saya. Belum loo persen, sih.
Baru sekitar 30 persen, biar berkembang. Biar
dia tahu segala sesuatunya, baru saya lepas.
Mungkin enggak cukup 3,4, atau 5 tahun,” ucap
Darjat. Adiknya mulai dibimbing bagaimana
berbisnis ikan laut, mulai pembelian ikan dari
nelayan hingga dijual ke luar negeri. Selain
membutuhkan waktu cukup lama untuk belajar,
bisnis ikan tetap mernbutuhkan trik-trik di
masa surut. Misalnya saja saat tangkapan ikan
tidak banyak.
Dulu, Darjat memang lebih fokus ke bisnis
ikan. Menurutnya usaha ini murni berasal
dari modal sendiri; punya kapal sendiri, lalu
menangkap ikan dan menjualnya sendiri.
“Penjualan ikan lebih cepat, hari ini dapat ikan,
ya hari ini atau selambatnya besok sudah terjual.
Kalau di bengkel, perputarannya agak lambat.
Perlu waktu 5 atau 6 bulan untuk menjual suku
cadang,” jelasnya.
Karena merasa sudäh capek dan tua,
apalagi dengan tanggungan anak-anak yang
masih kecil—anak tertua kelas 3 SMA dan
termuda kelas 2 SD—Darjat sebenarnya belum
ingin meluaskan usahanya. Namun, bukan
wirausahawan namanya jika tidak melihat
peluang bisnis di depan matanya.
Darjat memiliki dua rencana di dalam
benaknya. Pertama, membuat showroom
mobil bekas, dan yang kedua membuka usaha
alat-alat konstruksi atau alat-alat bangunan
seperti besi-besi kecil sampai baja ukuran besar
untuk bangunan. Alasannya jelas, belum ada
yang memiliki usaha seperti itu di Pelabuhan
Ratu. Darjat ingin segera merealisasikan
penjualan peralatan konstruksi bangunan
karena kebutuhan di tempatnya sangat tinggi.
Sedangkan untuk showroom mobil bekas
diperkirakan agak lama prosesnya karena
kondisi kawasannya masih cukup primitif.
Namun, ia berharap showroom tersebut selesai
pada tahun ini. Di tanah seluas 1 hektar itu akan
dibangun bangunan seluas 836 meter persegi.
“Tanahnya sudah diuruk, sudah difondasi.
Sebetulnya kalau saya tidak ke Tanah Suci
kemarin, showroom ini sudah bisa selesai.
Karena pergi haji, pekerjaan ini ditunda dulu
selama 2 bulan, sekalian saya istirahat di
rumah. Selain itu saya juga sedang membangun
pesantren. Rencananya penyelesaian pesantren
dan showroom dibuat bersamaan. Tapi karena
anak saya ingin pesantrennya cepatjadi—soalnya
santrinya sudah banyak, sudah penuh—jadi saya
bangun pesantren duluan. Setelah pesantren
selesai, insya Allah saya bangun showroom.
Saya bilang sama anak saya targetnya tahun ini
untuk showroom,” papar Darjat.
Untuk bisnis showroom ini, Darjat sudah mengetahui
tempat mendapatkan mobil bekas, berbekal
pengalamannya pernah bekerja dengan
seorang bos yang sukses berbisnis jual beli mobil
bekas tahun 1992. Dia pun sedikit-sedikit tahu,
mengerti, dan sudah mendapat sela-selanya ber
bisnis mobil bekas. “Untung saya pernah punya
banyak bos, dari Cina, Korea, dan Jakarta. Ilmu
ilmu mereka saya ambil, kebanyakan dari bos
yang orang Cina,” tutur Darjat mengisahkan
perjalanan menimba ilmu bisnis berbagai
bidang usaha.
Untuk bisnis showroom ini kelak,
Darjat memperkirakan modal yang harus
dikeluarkan sekitar Rp 1-1,5 miliar. Darjat
berharap modalnya bisa didapat dari bisnis
ikan dan bengkel, tanpa perlu meminjam
lagi ke bank. Namun diakuinya, bisnis
dengan mendapatkan pinjaman dan bank
membuatnya lebih bersemangat ketimbang
modal sendiri.
“Kalau punya utang saya akan hati-hati berusaha.
Harus benar berusaha, memikirkan
punya utang. Tapi kalau enggak punya utang,
agak tenang-tenang gitu di rumah,” kata Darjat.
Namun di balik semua itu, menurutnya uang
bukanlah modal sukses utama. Niat baik dan
doa lebih penting, sementara uang nomor
sekian. “Jadi benar-benar harus dipakai yang
itu,” yakinnya.
Catatan Rhenald Kasali
Di dunia ini selalu kita temui dua jenis nelayan, yaitu nelayan yang
mau berubah dan yang tidak mau berubah. Tentu saja kita juga temui tukang
becak, sopir angkot, pemulung, tukang sate, petambak garam, dan banyak lagi
profasi kerakyatan lainnya yang masuk dalam kedua kategori tadi. Manakah
yang lebih banak?
Anda mungkln sepakat, sabagian besar yang kita temui adalah mereka yang
stagnan, memeluk selimut rasa aman, diam dí tempat, tidak berubah. Malahan
mereka semakin miskin, tua, renta dan tergusur. Mareka sangat
membutuhkan uluran tangan Anda. Kapan? Tentu saja sesegera mungkin.
Dalam buku ini Anda menemukan contoh-contch orang yang kedua yaitu mereka
yang mau barubah, mengubah nasib dari rakyat jelata menjadi kelas menengah
yang mandiri. Namun untuk keluar dari ‘perangkap’ masa lalu itu, seseorang
pertama-tama harus mengubah cara berpikirnya dahulu. Selama cara
berpikirnya sama, maka tindakannya pun akan tetap sama. Dan, dari tindakan
yang sama hasil yang didapat pun pasti tetap sama.
Pertanyaannya, mengapa manusia sulit mengubah cara berpikirnya?
Jawabannya adalah karena otak manusia sangat manipulatif. Seseorang bisa
menjadi ‘korban tipuan’ dari otaknya sendiri. Otak itu dibentuk bukan
oleh kemampuannya sendiri melainkan oleh ‘setting-an’ yang dilakukan
oleh orang-orang yang berada di sekitar dan membentuk diri seseorang. Hasil
tes kecerdasan dan tes bakat adalah setting ilmiah yang manipulatif. Guru
dan orangtua adalah setter yang merasa paling berhak membentuk
anak-anaknya. Sahabat, buku, para role model, dan banyak hal lagi juga
turut membentuk masa depan Anda.
Namun otak juga berinteraksi dengan mereka yang melakukan satting-an. Dan,
Tuhan sesekali membukakan mata Anda melalui ‘pengalaman’. Kalau otak Anda
‘terbuka’, maka la akan mendorong Anda untuk berubah. Dan, berbeloklah
pikiran Anda ke tempat yang lain dan nasib Anda pun berubah.
Maka janganlah menjadi dan menjadikan anak-anak Anda manusia dogmatik dalam
hal apa pun. Buatlah otak Anda tetap terbuka dan siap belajar hal-hal baru.
Maka hidup Andapun akan berubah.
Dari Buku: Cracking Entrepreneurs, Penyusun: Rhenald Kasali. Penerbit: Gramedia: 2012
Showing posts with label Jasa. Show all posts
Showing posts with label Jasa. Show all posts
Saturday, April 13, 2013
Wednesday, March 13, 2013
Yulia Astuti, Profesional Muda yang Beralih Menjadi Pengusaha Sukses Salon Khusus Wanita ‘MOZ5’
Bisnis salon memang sudah bertebaran di
mana-mana, tetapi salon yang khusus membidik
pangsa pasar Muslimah belum banyak ditemukan.
Berawal dari pengalaman Yulia Astuti saat kesulitan
mencari salon yang sesuai dengan keinginannya, dia
memutuskan untuk membuka bisnis salon khusus
buat para Muslimah. “Sebagian orang berjilbab
seperti saya, ingin dilayani oleh sesama wanita.
Para Muslimah berjilbab juga akan merasa lebih
nyaman jika tidak tercampur dengan laki-laki saat
melakukan perawatan diri di salon,” ujar Yulia yang
selalu tampil chic ini.
Usai lulus kuliah dari Fakultas Sastra Universitas
Indonesia pada Januari 2000, Yulia langsung
diterima bekerja di sebuah perusahaan manufaktur
asal Jepang. Pada bulan itu juga dia menikah
dengan seorang pria asal Solo yang berprofesi
sebagai akuntan. Saat sedang
semangat-semangatnya meniti karier, Yulia
melahirkan anak pertamanya pada November 2000.
Dia pun sangat menikmati peran barunya sebagai
seorang ibu, selain sebagai profesional.
Dua peran tersebut mau tidak mau menuntut
Yulia untuk bisa menjalankan keduanya dengan baik
dan seimbang. Pekerjaan di kantor menuntut
perhatian, energi, dan sikap profesional. Sementara
peran sebagai ibu tidak kalah mulia, juga menuntut
perhatian ekstra. Seiring perjalanan waktu, akhirnya
naluri keibuan Yulia ternyata lebih mendominasi
dirinya.
“Saya lebih condong memilih peran sebagai ibu,”
jawab wanita cantik kelahiran 1976 ini ketika
ditanya mengenai prioritasnya.
“Seprofesional apa pun kita mengatur waktu dan
peran, kadang kita menghadapi dilema. Ada saja
bentrokan yang terjadi. Misalnya ketika bersiap
pulang kerja pada jam enam sore, sering kali
tiba-tiba atasan memberi pekerjaan. Padahal, anak
saya di rumah sudah menunggu seharian untuk
mendapatkan kasih sayang,” kata Yulia mengenang.
Mulai saat itu muncul keinginannya untuk menjadi
pengusaha. Yang ada dalam pikirannya waktu
itu, menjadi pengusaha itu enak. Lebih bebas
mengatur waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan
pekerjaan. Bahkan, bisa ikut mengatur orang lain.
Sayangnya, dia belum mempunyai keberanian untuk
segera memulai.
Sampai akhirnya Yulia membaca Rich Dad Poor
Dad karya Robert T. Kiyosaki. Merasa mendapatkan
pencerahan baru, Yulia pun langsung
mempraktikkannya dengan mencoba terjun sebagai
investor. Tidak tanggung-tanggung, dia
berinvestasi pada sektor agrobisnis, walaupun
sebetulnya dia masih “buta” dengan dunia itu.
“Jangankan untuk beragrobisnis ria, berkebun saja
sebetulnya saya tidak terlalu tertarik,” ujar nyonya
Ari Nugroho ini.
Keputusan Yulia yang tampak tergesa-gesa
tersebut membuatnya harus mau menelan “pil pahit”.
Hanya perlu tiga bulan untuk memastikan
bahwa uangnya akhirnya lenyap tak berbekas.
Padahal, nilai investasi yang dia tanamkan besar
untuk ukuran dia saat itu.
Pengalaman pahit sebagai investor tersebut
menginspirasi Yulia untuk mencoba berbisnis sendiri.
Dia ingin mengelola modalnya sendiri, bukan hanya
sebagai investor lagi. Keputusan dalam memilih
usaha pun diambilnya dengan sangat hati-hati. Dia
tidak ingin membuat keputusan gegabah yang
berujung pada kegagalan seperti pengalaman
sebelumnya.
Yulia pun mencoba untuk terus menggali potensi
yang ada dalam dirinya. Dia melakukan
inventarisasi berbagai kegemarannya. Dari hasil
eksplorasi diri tersebut, Yulia menyadari kalau dari
dulu dia suka dengan aktivitas yang berhubungan
dengan perawatan diri. Sejak SMP dia sudah
senang dengan maskeran wajah, senang dipijat,
dan luluran. Yulia mengaku merasa enjoy dengan
perasaan nyaman setelah melakukan perawatan diri
di salon. Dia juga merasa nyaman saat menyentuh
kulit yang halus dan bersih. Bahkan untuk
memuaskan kegemarannya, Yulia senang meracik
berbagai ramuan kesehatan untuk dipakai sendiri.
Akhirnya, Yulia mendapatkan sebuah ide bisnis
yang prospektif. Dia mulai berpikir kenapa tidak
memulai bisnis dari yang apa dia sukai saja.
Walaupun bukan termasuk orang yang maniak
salon, tapi dia amat suka dengan aktivitas yang
berbau perawatan diri. Apalagi selama ini, dia sering
mengalami kesulitan mencari salon yang dijamin
tidak ada laki-laki di dalamnya. Hal itulah yang
mendasani dia ingin mempunyai usaha salon Muslimah.
Hambatan pertama saat akan memulai usaha
salon tersebut langsung menghadang. Yulia tidak
punya cukup modal karena tabungannya telah
terkuras habis saat gagal dalam bisnis sebelumnya.
Namun, Yulia tidak menyerah begitu saja. Dia pun
mencarii jalan keluar dengan mengajak
teman-temannya untuk bergabung sebagai mitra.
Setelah mendapatkan mitra, Yulia pun mulai
melakukan persiapan teknis pembukaan salon
pertamanya. Dia mulai hunting ke beberapa pusat
grosir, membeli handuk di ITC Mangga Dua, beli
kosmetik di Pasar Baru, cari gorden di Tanah
Abang, dan pesan furniture di Klender,
sampai menawar AC ke Glodok, meskipun pada
akhirya dia tahu, beli AC di Depok ternyata
ada yang lebih murah. Kehujanan saat
membagikan brosur dan dikejar-kejar satpam
gara-gara nekat membagikan brosur di
mal juga turut mewarnai persiapan membuka salon.
“Yang pasti, semua itu merupakan pengalaman
yang sangat seru bagi saya,” ungkap mama Caca ini.
Semua persiapan tersebut dikerjakan sendiri
oleh Yulia sambil terus bekerja. Bayangkan saja,
dia tinggal di Tanjung Priok, tiap hari berangkat
bekerja ke Cengkareng, dan kini merintis usaha di
daerah Depok.
Walaupun dia sudah mempersiapkan dengan
baik, tidak semuanya berjalan mulus. Kendala yang
muncul selalu ada. Masalah datang silih berganti.
Namun, dia tidak mau terlalu fokus pada masalah
yang timbul. Dia memilih untuk fokus dan teguh
pada impiannya. Yulia mengaku, berkat
kesungguhannya, banyak pihak yang mau
membantu. Sering kali dia memperoleh kemudahan
yang muncul dengan tiba-tiba.
Singkat cerita, salon yang diberi nama MOZ5
(baca: moslima) tersebut berhasil dibuka pada 9
Mei 2002. MOZ5 itu sebenarnya dari kata
Muslimah. Biar terdengar funky dan mudah diingat
orang, Mus saya ubah jadi Moz, dan 5 untuk kata
limah. Ciri khusus salon ini adalah hanya melayani
perawatan khusus bagi para Muslimah,” ujar anak
pertama dari pasangan Jusuf A. Haras dan Syamsiah ini.
Keputusan Yulia untuk membuka Salon MOZS di
Jalan Margonda Raya No. 455 Depok ini, tentu
dengan pertimbangan yang mendalam. Kawasan
Margonda merupakan daerah yang sangat strategis,
beberapa kampus universitas ternama berada di
sekitarnya. Banyak mahasiswa dan pekerja yang
bermukim di Depok sehingga potensi pasar di daerah
ini sangat luar biasa.
Bersama tiga orang karyawan, Yulia siap menerima
tamu pertama. Perasaannya waktu itu
campur aduk jadi satu. Saat tamu pertama datang,
dia dan para karyawannya pun sempat gugup.
Namun, semua itu berhasil diatasinya dengan
memberikan pelayanan yang ramah dan
menyenangkan. Setelah tamu pertama, tamu
berikutnya datang menyusul silih berganti. Hari
pertama langsung berhasil “pecah telor”.
Kesibukan yang bertambah setelah mempunyai
usaha sampingan membuat Yulia terus belajar
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jika
sebelumnya jam istirahat kantor biasa dipakai untuk
tidur siang, kini digunakannya untuk memantau
perkembangan salon.
Selain sibuk menelepon, waktu istirahatnya
juga sering dimanfaatkan untuk membuat rencana
pengembangan bisnis dan laporan. Dampaknya,
kejenuhan yang dulu sering menghinggap, kini
berangsur mulai hilang. Begitu ada waktu luang, dia
langsung memanfaatkannya untuk melakukan
berbagai aktivitas yang menunjang kemajuan
salonnya. Mulai bikin resep kosmetik dan
bahan-bahan tradisional, sampai bikin draft
newsletter untuk promosi.
Seiring berjalannya waktu, euforia memulai bisnis
sendiri mulai hilang. Kualitas masalah yang
dihadapi juga terus meningkat mengikuti
pertumbuhan bisnisnya. Yulia tidak lagi terlalu
dipusingkan oleh berbagai masalah teknis
sehari-hari. Dia mulai berlatih membuat prioritas. Dia
mulai memusatkan perhatiannya pada seputar
masalah karyawan, kepuasan pelanggan,
peningkatan kualitas pelayanan, dan sebagainya.
Hal ini membuat cara berpikirnya jauh lebih maju
dari sebelumnya.
Yulia juga selalu memikirkan nasib para karyawan.
Bagaimanapun keluarga mereka
menggantungkan hidup dari usaha salonnya.
Pekerjaan inilah yang paling menantang sekaligus
paling menyentuh sisi kemanusiaannya. Hubungan
baik yang dibangunnya tidak sekadar hubungan
antara bos dan karyawan, atau hubungan antara
salon dengan pelanggan. Namun, lebih kepada
hubungan sebagai mitra, hubungan sesama manusia
sebagai seorang pribadi yang unik dan spesial.
Sebagai pemimpin, Yulia berusaha memberi
contoh yang baik bagi para anggota tim salon
MOZ5. Dia menyadari, cara dia berinteraksi akan
memengaruhi bagaimana para karyawan bersikap
dengan para pelanggan. Apalagi membina hubungan
dengan para pelanggan sangat memengaruhi
kelangsungan bisnis ini. Para pelanggan adalah urat
nadi dalam setiap bisnis, terutama dalam bisnis jasa
seperti salonnya.
Perlahan tapi pasti, Yulia mulai membangun
sistem yang lebih baik. Sistem tersebut sangat
berbeda dengan pola yang dibangunnya saat
pertama memulai bisnis. Saat pertama kali memulai
bisnis, dia merasa sangat sibuk. Tenaga dan
pikirannya terkuras habis. Bahkan, dia pun sempat
bertanya-tanya, beginikah rasanya jadi pengusaha?
Mengapa tidak seindah yang dibayangkan
sebelumnya? Hidupnya seperti dikejar-kejar. Pada
awal berbisnis, kesibukan yang menggunung antara
membangun bisnis, bekerja, dan keluarga, membuat
kualitas hidupnya serasa menurun.
Berkat pembelajaran yang tiada henti, sistem
yang dibangunnya sudah mulai berjalan dengan
baik. Saat ini, dia tidak harus datang ke salon
setiap waktu. Semua pekerjaan sudah bisa
didelegasikan kepada para karyawan. Dengan
begitu Yulia bisa lebih berkonsentrasi untuk
memikirkan hal-hal yang lebih bersifat strategis.
Untuk mencapai tahap tersebut, Yulia tidak
segan-segan belajar manajemen salon
kepada orang yang lebih profesional. Walaupun
untuk itu dia harus merogoh kocek sekitar
Rp300 ribu untuk setiap jam konsultasi.
Baginya investasi yang telah
dikeluarkannya tersebut sangat worth it. Hal itu
lebih baik daripada dia harus trial and error sendiri
yang justru bisa mengakibatkan biaya kegagalan
yang jauh lebih mahal.
Dengan terus belajar dari berbagai pengalaman, buku,
seminar, sharing, dan bergaul
dengan orang-orang sukses, kemampuan bisnis
Yulia semakin terasah. Yulia juga selalu
mendisiplinkan diri untuk teachable dan rendah hati.
Hasilnya dia mulai tahu, apa yang harus dia
lakukan. “I can see the whole picture. Business is
just a game,° tandas wanita yang gemar makan cakes ini.
Pada 2004 Yulia mengundurkan diri dari statusnya
sebagai karyawan dan memutuskan untuk
terjun sepenuhnya sebagai pengusaha. Salah satu
hal yang menjadi pertimbangannya, perusahaan itu
bisa mendapatkan banyak penggantinya dalam
waktu singkat. Tapi kalau salon MOZ5, siapa yang
bisa menggantikannya? Siapa yang bisa mengambil
alih dreams, passion, dan harapannya? Bagaimana
dengan nasib beberapa karyawan yang masa
depannya bergantung pada salon MOZ5?
Pertimbangan itulah yang menguatkan tekadnya
untuk secara full time mengelola dan mengembangkan
salon MOZS. Namun, Yulia tetap menghargai setiap waktu
yang dia habiskan pada pekerjaannya dulu. Begitu
banyak pelajaran yang dia dapatkan, yang mungkin
tidak akan didapatkan di luar. Membina hubungan
dengan atasan dan bawahan serta antar-sesama
karyawan. Belajar Strategic Management, Production
Management, Human Resources Management,
Planning, TQM, ISO, visi, dan misi perusahaan.
Tentu saja semua itu akan sangat bermanfaat jika
diaplikasikan ke bisnis sendiri. Dia menganggap saat
bekerja tersebut serasa mengambil kuliah di sekolah
management secara gratis, bahkan digaji.
Perkembangan salon MOZ5 di Depok yang sangat
bagus, membuat Yulia berpikir untuk
mengembangkan salonnya di wilayah lain.
Berhubung rumahnya cukup jauh dari Margonda,
pada awal 2006, dia memutuskan untuk mendirikan
cabang di kawasan Plumpang, Jakarta Utara. Lokasi
yang dipilih Yulia persis di Jalan Plumpang Raya
nomor 19 A. Selain strategis karena dekat jalan
raya, tempatnya juga bersih dan nyaman bagi pengunjung.
Menghadapi persaingan dalam bisnis salon ini,
Yulia mengaku cukup percaya diri dan optimistis.
Dia yakin bahwa setiap orang mempunyai rezeki
masing-masing. Yang penting baginya, selain
memberikan pelayanan yang istimewa, bagaimana
selalu menciptakan produk, atau pelayanan terbaru
untuk memanjakan para pelanggan.
Menurut wanita yang pernah memperoleh
beasiswa sekolah ke Jepang ini, segala usaha yang
telah dilakukannya tidak lepas dari dukungan
orangtua, suami, dan anak-anaknya. Apalagi usaha
yang digelutinya, ada hubungannya dengan masa
kecilnya.
Pada waktu itu, ibunya hanya memberi uang
jajan yang sedikit sekali. Bahkan, waktu sekolah
dasar pun ia tidak pernah dikasih uang jajan. Saat
itu timbul dalam benak Yulia, bagaimana caranya
mendapatkan uang sendiri. Dia pun mencoba
berjualan stiker atau gambar tempel, kartu, dan
menyewakan komik. Uang dari berjualan itu akhirnya
bisa buat jajan sendiri, tanpa harus minta dari
orangtua.
Begitu pun sewaktu SMP, Yulia berjualan makanan kecil,
donat dan buku. Hasilnya buat jajan
dan nonton bersama teman-temannya. Dia sempat
merasakan bahwa ternyata enak juga bisa
menghasilkan uang sendiri.
Dengan berbisnis, Yulia kini bisa lebih menikmati
hidupnya. Dia menyadari sepenuhnya apa yang dia
jalani, bukan sekadar menjalani layaknya air
mengalir. “Everyday is my journey of learning,
learning of life itself,” ungkapnya dalam bahasa
Inggris yang fasih. Setiap hari, dia merasa sedang
kuliah di universitas kehidupan. Dia semakin
mengenal dirinya sendiri.
Yulia menyadari apa yang dia lakukan, tidak
cuma akan memengaruhi keadaannya sendiri, tapi
juga memengaruhi banyak orang. Dia menyadari
bahwa dia akan mendapatkan karyawan, partner
bisnis, dan customer yang baik jika dia juga mampu
menunjukkan sikap yang baik. Untuk itulah dia
selalu meningkatkan kualitas diri.
Walaupun sekarang Yulia memang belum mendapatkan
semua yang dia inginkan, setidaknya apa
yang dia jalankan adalah pilihannya sendiri. “Saat
kita melakukan sesuatu atas pilihan kita sendiri,
maka semuanya menjadi sangat indah,” tegasnya.
Dalam bisnis dia juga belajar bersabar, ikhlas,
dan legowo. Sering kali segala sesuatu berjalan
tidak sesuai dengan harapan, bahkan jauh dari
harapan. Justru di situlah dia belajar berbagai hal.
“Di saat kita tidak mendapatkan apa yang kita
inginkan, kadang justru kita mendapatkan sebuah
pembelajaran yang luar biasa,” ungkapnya bijaksana.
Yulia mengajak para karyawan untuk mempunyai
mimpi yang besar. Seberapa kuat mimpi tersebut
akan terlihat dari seberapa besar hasrat untuk
mewujudkannya. Yulia menyadari betapa
keberhasilan yang diraihnya tidak lepas dari dream,
atau mimpi yang dibangunnya. Dream yang kuat
dan dipadukan dengan knowledge dan skill yang
tinggi akan menghasilkan kebiasaan bagus yang
mengantarkan kepada sebuah kesuksesan.
“Knowledge atau pengetahuan bisa didapat dari
seminar, buku, film, cd, kaset, dan sharing dengan
orang-orang sukses. Kuncinya ada pada sikap
open mind. Selalu mau belajar dari kesuksesan orang
lain. Pakai saja prinsip ATM (Amati Tiru Modifikasi),”
papar Yulia membagikan tips sukses.
Bagi mereka yang ingin berbisnis, Yulia
menganjurkan untuk memulai dari sesuatu yang
benar-benar disukai. Tidak sekadar mengikuti tren
yang bermunculan di masyarakat. Bisnis yang
berawal dari hobi akan menghasilkan ketekunan dan
lebih tegar diterjang badai. Walaupun kadang
mungkin merugi, pebisnis yang berawal dari hobi,
biasanya tetap senang menjalankan bisnisnya
karena pada dasarnya dia memang hobi dalam
bidang tersebut. “Dengan ketekunan dan kesabaran
yang terus dibangun, suatu saat bisnis tersebut
pasti akan berhasil juga,” ujar Yulia meyakinkan.
Pertengahan 2007, Yulia kembali mengembangkan
usaha salonnya dengan membuka cabang
ketiga di kawasan Harapan Indah Bekasi. Salon
yang ketiga ini menjadi pilot project untuk sistem
franchise yang akan dikembangkannya. Yulia
berharap dengan mewaralabakan MOZ5,
keinginannya untuk membuka cabang MOZ5 di
berbagai daerah akan lebih cepat terwujud.
Yulia bangga menjadi seorang pengusaha.
Ternyata, uang hanya salah satu risiko yang dia
dapatkan dalam berbisnis. Yulia mulai memasuki
tahap di mana baginya, bisnis bukan lagi sekadar
money machine saja. Selebihnya banyak perubahan
diri dan pelajaran hidup yang didapatnya. Yulia
bersyukur bisa memberikan manfaat dan menjadi
saluran rezeki bagi orang lain.
Di satu sisi, Yulia tetaplah seorang ibu, istri,
anak, sahabat, dan seorang Yulia bagi dirinya
sendiri. Banyak aspek lain yang juga sangat penting
dalam hidupnya. Bagi Yulia, bisnis hanyalah
jembatan menuju impian-impiannya. Bisnis hanyalah
salah satu penggembira dalam hidupnya. Karena
perannya sebagai ibu, istri, anak, sahabat, dan bagi
dirinya sendiri, jauh lebih penting dan berharga.
“Apa pun peran kita, semuanya tetap saja
menuntut nilai-nilai yang sama. Karena itu,
semuanya bisa berjalan berbarengan dan saling
beriringan,” papar Yulia dengan mantap.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
mana-mana, tetapi salon yang khusus membidik
pangsa pasar Muslimah belum banyak ditemukan.
Berawal dari pengalaman Yulia Astuti saat kesulitan
mencari salon yang sesuai dengan keinginannya, dia
memutuskan untuk membuka bisnis salon khusus
buat para Muslimah. “Sebagian orang berjilbab
seperti saya, ingin dilayani oleh sesama wanita.
Para Muslimah berjilbab juga akan merasa lebih
nyaman jika tidak tercampur dengan laki-laki saat
melakukan perawatan diri di salon,” ujar Yulia yang
selalu tampil chic ini.
Usai lulus kuliah dari Fakultas Sastra Universitas
Indonesia pada Januari 2000, Yulia langsung
diterima bekerja di sebuah perusahaan manufaktur
asal Jepang. Pada bulan itu juga dia menikah
dengan seorang pria asal Solo yang berprofesi
sebagai akuntan. Saat sedang
semangat-semangatnya meniti karier, Yulia
melahirkan anak pertamanya pada November 2000.
Dia pun sangat menikmati peran barunya sebagai
seorang ibu, selain sebagai profesional.
Dua peran tersebut mau tidak mau menuntut
Yulia untuk bisa menjalankan keduanya dengan baik
dan seimbang. Pekerjaan di kantor menuntut
perhatian, energi, dan sikap profesional. Sementara
peran sebagai ibu tidak kalah mulia, juga menuntut
perhatian ekstra. Seiring perjalanan waktu, akhirnya
naluri keibuan Yulia ternyata lebih mendominasi
dirinya.
“Saya lebih condong memilih peran sebagai ibu,”
jawab wanita cantik kelahiran 1976 ini ketika
ditanya mengenai prioritasnya.
“Seprofesional apa pun kita mengatur waktu dan
peran, kadang kita menghadapi dilema. Ada saja
bentrokan yang terjadi. Misalnya ketika bersiap
pulang kerja pada jam enam sore, sering kali
tiba-tiba atasan memberi pekerjaan. Padahal, anak
saya di rumah sudah menunggu seharian untuk
mendapatkan kasih sayang,” kata Yulia mengenang.
Mulai saat itu muncul keinginannya untuk menjadi
pengusaha. Yang ada dalam pikirannya waktu
itu, menjadi pengusaha itu enak. Lebih bebas
mengatur waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan
pekerjaan. Bahkan, bisa ikut mengatur orang lain.
Sayangnya, dia belum mempunyai keberanian untuk
segera memulai.
Sampai akhirnya Yulia membaca Rich Dad Poor
Dad karya Robert T. Kiyosaki. Merasa mendapatkan
pencerahan baru, Yulia pun langsung
mempraktikkannya dengan mencoba terjun sebagai
investor. Tidak tanggung-tanggung, dia
berinvestasi pada sektor agrobisnis, walaupun
sebetulnya dia masih “buta” dengan dunia itu.
“Jangankan untuk beragrobisnis ria, berkebun saja
sebetulnya saya tidak terlalu tertarik,” ujar nyonya
Ari Nugroho ini.
Keputusan Yulia yang tampak tergesa-gesa
tersebut membuatnya harus mau menelan “pil pahit”.
Hanya perlu tiga bulan untuk memastikan
bahwa uangnya akhirnya lenyap tak berbekas.
Padahal, nilai investasi yang dia tanamkan besar
untuk ukuran dia saat itu.
Pengalaman pahit sebagai investor tersebut
menginspirasi Yulia untuk mencoba berbisnis sendiri.
Dia ingin mengelola modalnya sendiri, bukan hanya
sebagai investor lagi. Keputusan dalam memilih
usaha pun diambilnya dengan sangat hati-hati. Dia
tidak ingin membuat keputusan gegabah yang
berujung pada kegagalan seperti pengalaman
sebelumnya.
Yulia pun mencoba untuk terus menggali potensi
yang ada dalam dirinya. Dia melakukan
inventarisasi berbagai kegemarannya. Dari hasil
eksplorasi diri tersebut, Yulia menyadari kalau dari
dulu dia suka dengan aktivitas yang berhubungan
dengan perawatan diri. Sejak SMP dia sudah
senang dengan maskeran wajah, senang dipijat,
dan luluran. Yulia mengaku merasa enjoy dengan
perasaan nyaman setelah melakukan perawatan diri
di salon. Dia juga merasa nyaman saat menyentuh
kulit yang halus dan bersih. Bahkan untuk
memuaskan kegemarannya, Yulia senang meracik
berbagai ramuan kesehatan untuk dipakai sendiri.
Akhirnya, Yulia mendapatkan sebuah ide bisnis
yang prospektif. Dia mulai berpikir kenapa tidak
memulai bisnis dari yang apa dia sukai saja.
Walaupun bukan termasuk orang yang maniak
salon, tapi dia amat suka dengan aktivitas yang
berbau perawatan diri. Apalagi selama ini, dia sering
mengalami kesulitan mencari salon yang dijamin
tidak ada laki-laki di dalamnya. Hal itulah yang
mendasani dia ingin mempunyai usaha salon Muslimah.
Hambatan pertama saat akan memulai usaha
salon tersebut langsung menghadang. Yulia tidak
punya cukup modal karena tabungannya telah
terkuras habis saat gagal dalam bisnis sebelumnya.
Namun, Yulia tidak menyerah begitu saja. Dia pun
mencarii jalan keluar dengan mengajak
teman-temannya untuk bergabung sebagai mitra.
Setelah mendapatkan mitra, Yulia pun mulai
melakukan persiapan teknis pembukaan salon
pertamanya. Dia mulai hunting ke beberapa pusat
grosir, membeli handuk di ITC Mangga Dua, beli
kosmetik di Pasar Baru, cari gorden di Tanah
Abang, dan pesan furniture di Klender,
sampai menawar AC ke Glodok, meskipun pada
akhirya dia tahu, beli AC di Depok ternyata
ada yang lebih murah. Kehujanan saat
membagikan brosur dan dikejar-kejar satpam
gara-gara nekat membagikan brosur di
mal juga turut mewarnai persiapan membuka salon.
“Yang pasti, semua itu merupakan pengalaman
yang sangat seru bagi saya,” ungkap mama Caca ini.
Semua persiapan tersebut dikerjakan sendiri
oleh Yulia sambil terus bekerja. Bayangkan saja,
dia tinggal di Tanjung Priok, tiap hari berangkat
bekerja ke Cengkareng, dan kini merintis usaha di
daerah Depok.
Walaupun dia sudah mempersiapkan dengan
baik, tidak semuanya berjalan mulus. Kendala yang
muncul selalu ada. Masalah datang silih berganti.
Namun, dia tidak mau terlalu fokus pada masalah
yang timbul. Dia memilih untuk fokus dan teguh
pada impiannya. Yulia mengaku, berkat
kesungguhannya, banyak pihak yang mau
membantu. Sering kali dia memperoleh kemudahan
yang muncul dengan tiba-tiba.
Singkat cerita, salon yang diberi nama MOZ5
(baca: moslima) tersebut berhasil dibuka pada 9
Mei 2002. MOZ5 itu sebenarnya dari kata
Muslimah. Biar terdengar funky dan mudah diingat
orang, Mus saya ubah jadi Moz, dan 5 untuk kata
limah. Ciri khusus salon ini adalah hanya melayani
perawatan khusus bagi para Muslimah,” ujar anak
pertama dari pasangan Jusuf A. Haras dan Syamsiah ini.
Keputusan Yulia untuk membuka Salon MOZS di
Jalan Margonda Raya No. 455 Depok ini, tentu
dengan pertimbangan yang mendalam. Kawasan
Margonda merupakan daerah yang sangat strategis,
beberapa kampus universitas ternama berada di
sekitarnya. Banyak mahasiswa dan pekerja yang
bermukim di Depok sehingga potensi pasar di daerah
ini sangat luar biasa.
Bersama tiga orang karyawan, Yulia siap menerima
tamu pertama. Perasaannya waktu itu
campur aduk jadi satu. Saat tamu pertama datang,
dia dan para karyawannya pun sempat gugup.
Namun, semua itu berhasil diatasinya dengan
memberikan pelayanan yang ramah dan
menyenangkan. Setelah tamu pertama, tamu
berikutnya datang menyusul silih berganti. Hari
pertama langsung berhasil “pecah telor”.
Kesibukan yang bertambah setelah mempunyai
usaha sampingan membuat Yulia terus belajar
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jika
sebelumnya jam istirahat kantor biasa dipakai untuk
tidur siang, kini digunakannya untuk memantau
perkembangan salon.
Selain sibuk menelepon, waktu istirahatnya
juga sering dimanfaatkan untuk membuat rencana
pengembangan bisnis dan laporan. Dampaknya,
kejenuhan yang dulu sering menghinggap, kini
berangsur mulai hilang. Begitu ada waktu luang, dia
langsung memanfaatkannya untuk melakukan
berbagai aktivitas yang menunjang kemajuan
salonnya. Mulai bikin resep kosmetik dan
bahan-bahan tradisional, sampai bikin draft
newsletter untuk promosi.
Seiring berjalannya waktu, euforia memulai bisnis
sendiri mulai hilang. Kualitas masalah yang
dihadapi juga terus meningkat mengikuti
pertumbuhan bisnisnya. Yulia tidak lagi terlalu
dipusingkan oleh berbagai masalah teknis
sehari-hari. Dia mulai berlatih membuat prioritas. Dia
mulai memusatkan perhatiannya pada seputar
masalah karyawan, kepuasan pelanggan,
peningkatan kualitas pelayanan, dan sebagainya.
Hal ini membuat cara berpikirnya jauh lebih maju
dari sebelumnya.
Yulia juga selalu memikirkan nasib para karyawan.
Bagaimanapun keluarga mereka
menggantungkan hidup dari usaha salonnya.
Pekerjaan inilah yang paling menantang sekaligus
paling menyentuh sisi kemanusiaannya. Hubungan
baik yang dibangunnya tidak sekadar hubungan
antara bos dan karyawan, atau hubungan antara
salon dengan pelanggan. Namun, lebih kepada
hubungan sebagai mitra, hubungan sesama manusia
sebagai seorang pribadi yang unik dan spesial.
Sebagai pemimpin, Yulia berusaha memberi
contoh yang baik bagi para anggota tim salon
MOZ5. Dia menyadari, cara dia berinteraksi akan
memengaruhi bagaimana para karyawan bersikap
dengan para pelanggan. Apalagi membina hubungan
dengan para pelanggan sangat memengaruhi
kelangsungan bisnis ini. Para pelanggan adalah urat
nadi dalam setiap bisnis, terutama dalam bisnis jasa
seperti salonnya.
Perlahan tapi pasti, Yulia mulai membangun
sistem yang lebih baik. Sistem tersebut sangat
berbeda dengan pola yang dibangunnya saat
pertama memulai bisnis. Saat pertama kali memulai
bisnis, dia merasa sangat sibuk. Tenaga dan
pikirannya terkuras habis. Bahkan, dia pun sempat
bertanya-tanya, beginikah rasanya jadi pengusaha?
Mengapa tidak seindah yang dibayangkan
sebelumnya? Hidupnya seperti dikejar-kejar. Pada
awal berbisnis, kesibukan yang menggunung antara
membangun bisnis, bekerja, dan keluarga, membuat
kualitas hidupnya serasa menurun.
Berkat pembelajaran yang tiada henti, sistem
yang dibangunnya sudah mulai berjalan dengan
baik. Saat ini, dia tidak harus datang ke salon
setiap waktu. Semua pekerjaan sudah bisa
didelegasikan kepada para karyawan. Dengan
begitu Yulia bisa lebih berkonsentrasi untuk
memikirkan hal-hal yang lebih bersifat strategis.
Untuk mencapai tahap tersebut, Yulia tidak
segan-segan belajar manajemen salon
kepada orang yang lebih profesional. Walaupun
untuk itu dia harus merogoh kocek sekitar
Rp300 ribu untuk setiap jam konsultasi.
Baginya investasi yang telah
dikeluarkannya tersebut sangat worth it. Hal itu
lebih baik daripada dia harus trial and error sendiri
yang justru bisa mengakibatkan biaya kegagalan
yang jauh lebih mahal.
Dengan terus belajar dari berbagai pengalaman, buku,
seminar, sharing, dan bergaul
dengan orang-orang sukses, kemampuan bisnis
Yulia semakin terasah. Yulia juga selalu
mendisiplinkan diri untuk teachable dan rendah hati.
Hasilnya dia mulai tahu, apa yang harus dia
lakukan. “I can see the whole picture. Business is
just a game,° tandas wanita yang gemar makan cakes ini.
Pada 2004 Yulia mengundurkan diri dari statusnya
sebagai karyawan dan memutuskan untuk
terjun sepenuhnya sebagai pengusaha. Salah satu
hal yang menjadi pertimbangannya, perusahaan itu
bisa mendapatkan banyak penggantinya dalam
waktu singkat. Tapi kalau salon MOZ5, siapa yang
bisa menggantikannya? Siapa yang bisa mengambil
alih dreams, passion, dan harapannya? Bagaimana
dengan nasib beberapa karyawan yang masa
depannya bergantung pada salon MOZ5?
Pertimbangan itulah yang menguatkan tekadnya
untuk secara full time mengelola dan mengembangkan
salon MOZS. Namun, Yulia tetap menghargai setiap waktu
yang dia habiskan pada pekerjaannya dulu. Begitu
banyak pelajaran yang dia dapatkan, yang mungkin
tidak akan didapatkan di luar. Membina hubungan
dengan atasan dan bawahan serta antar-sesama
karyawan. Belajar Strategic Management, Production
Management, Human Resources Management,
Planning, TQM, ISO, visi, dan misi perusahaan.
Tentu saja semua itu akan sangat bermanfaat jika
diaplikasikan ke bisnis sendiri. Dia menganggap saat
bekerja tersebut serasa mengambil kuliah di sekolah
management secara gratis, bahkan digaji.
Perkembangan salon MOZ5 di Depok yang sangat
bagus, membuat Yulia berpikir untuk
mengembangkan salonnya di wilayah lain.
Berhubung rumahnya cukup jauh dari Margonda,
pada awal 2006, dia memutuskan untuk mendirikan
cabang di kawasan Plumpang, Jakarta Utara. Lokasi
yang dipilih Yulia persis di Jalan Plumpang Raya
nomor 19 A. Selain strategis karena dekat jalan
raya, tempatnya juga bersih dan nyaman bagi pengunjung.
Menghadapi persaingan dalam bisnis salon ini,
Yulia mengaku cukup percaya diri dan optimistis.
Dia yakin bahwa setiap orang mempunyai rezeki
masing-masing. Yang penting baginya, selain
memberikan pelayanan yang istimewa, bagaimana
selalu menciptakan produk, atau pelayanan terbaru
untuk memanjakan para pelanggan.
Menurut wanita yang pernah memperoleh
beasiswa sekolah ke Jepang ini, segala usaha yang
telah dilakukannya tidak lepas dari dukungan
orangtua, suami, dan anak-anaknya. Apalagi usaha
yang digelutinya, ada hubungannya dengan masa
kecilnya.
Pada waktu itu, ibunya hanya memberi uang
jajan yang sedikit sekali. Bahkan, waktu sekolah
dasar pun ia tidak pernah dikasih uang jajan. Saat
itu timbul dalam benak Yulia, bagaimana caranya
mendapatkan uang sendiri. Dia pun mencoba
berjualan stiker atau gambar tempel, kartu, dan
menyewakan komik. Uang dari berjualan itu akhirnya
bisa buat jajan sendiri, tanpa harus minta dari
orangtua.
Begitu pun sewaktu SMP, Yulia berjualan makanan kecil,
donat dan buku. Hasilnya buat jajan
dan nonton bersama teman-temannya. Dia sempat
merasakan bahwa ternyata enak juga bisa
menghasilkan uang sendiri.
Dengan berbisnis, Yulia kini bisa lebih menikmati
hidupnya. Dia menyadari sepenuhnya apa yang dia
jalani, bukan sekadar menjalani layaknya air
mengalir. “Everyday is my journey of learning,
learning of life itself,” ungkapnya dalam bahasa
Inggris yang fasih. Setiap hari, dia merasa sedang
kuliah di universitas kehidupan. Dia semakin
mengenal dirinya sendiri.
Yulia menyadari apa yang dia lakukan, tidak
cuma akan memengaruhi keadaannya sendiri, tapi
juga memengaruhi banyak orang. Dia menyadari
bahwa dia akan mendapatkan karyawan, partner
bisnis, dan customer yang baik jika dia juga mampu
menunjukkan sikap yang baik. Untuk itulah dia
selalu meningkatkan kualitas diri.
Walaupun sekarang Yulia memang belum mendapatkan
semua yang dia inginkan, setidaknya apa
yang dia jalankan adalah pilihannya sendiri. “Saat
kita melakukan sesuatu atas pilihan kita sendiri,
maka semuanya menjadi sangat indah,” tegasnya.
Dalam bisnis dia juga belajar bersabar, ikhlas,
dan legowo. Sering kali segala sesuatu berjalan
tidak sesuai dengan harapan, bahkan jauh dari
harapan. Justru di situlah dia belajar berbagai hal.
“Di saat kita tidak mendapatkan apa yang kita
inginkan, kadang justru kita mendapatkan sebuah
pembelajaran yang luar biasa,” ungkapnya bijaksana.
Yulia mengajak para karyawan untuk mempunyai
mimpi yang besar. Seberapa kuat mimpi tersebut
akan terlihat dari seberapa besar hasrat untuk
mewujudkannya. Yulia menyadari betapa
keberhasilan yang diraihnya tidak lepas dari dream,
atau mimpi yang dibangunnya. Dream yang kuat
dan dipadukan dengan knowledge dan skill yang
tinggi akan menghasilkan kebiasaan bagus yang
mengantarkan kepada sebuah kesuksesan.
“Knowledge atau pengetahuan bisa didapat dari
seminar, buku, film, cd, kaset, dan sharing dengan
orang-orang sukses. Kuncinya ada pada sikap
open mind. Selalu mau belajar dari kesuksesan orang
lain. Pakai saja prinsip ATM (Amati Tiru Modifikasi),”
papar Yulia membagikan tips sukses.
Bagi mereka yang ingin berbisnis, Yulia
menganjurkan untuk memulai dari sesuatu yang
benar-benar disukai. Tidak sekadar mengikuti tren
yang bermunculan di masyarakat. Bisnis yang
berawal dari hobi akan menghasilkan ketekunan dan
lebih tegar diterjang badai. Walaupun kadang
mungkin merugi, pebisnis yang berawal dari hobi,
biasanya tetap senang menjalankan bisnisnya
karena pada dasarnya dia memang hobi dalam
bidang tersebut. “Dengan ketekunan dan kesabaran
yang terus dibangun, suatu saat bisnis tersebut
pasti akan berhasil juga,” ujar Yulia meyakinkan.
Pertengahan 2007, Yulia kembali mengembangkan
usaha salonnya dengan membuka cabang
ketiga di kawasan Harapan Indah Bekasi. Salon
yang ketiga ini menjadi pilot project untuk sistem
franchise yang akan dikembangkannya. Yulia
berharap dengan mewaralabakan MOZ5,
keinginannya untuk membuka cabang MOZ5 di
berbagai daerah akan lebih cepat terwujud.
Yulia bangga menjadi seorang pengusaha.
Ternyata, uang hanya salah satu risiko yang dia
dapatkan dalam berbisnis. Yulia mulai memasuki
tahap di mana baginya, bisnis bukan lagi sekadar
money machine saja. Selebihnya banyak perubahan
diri dan pelajaran hidup yang didapatnya. Yulia
bersyukur bisa memberikan manfaat dan menjadi
saluran rezeki bagi orang lain.
Di satu sisi, Yulia tetaplah seorang ibu, istri,
anak, sahabat, dan seorang Yulia bagi dirinya
sendiri. Banyak aspek lain yang juga sangat penting
dalam hidupnya. Bagi Yulia, bisnis hanyalah
jembatan menuju impian-impiannya. Bisnis hanyalah
salah satu penggembira dalam hidupnya. Karena
perannya sebagai ibu, istri, anak, sahabat, dan bagi
dirinya sendiri, jauh lebih penting dan berharga.
“Apa pun peran kita, semuanya tetap saja
menuntut nilai-nilai yang sama. Karena itu,
semuanya bisa berjalan berbarengan dan saling
beriringan,” papar Yulia dengan mantap.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
Rizky Pohan, Sejak Masih SMA Sudah Merintis Usaha, Kini Berkibar Lewat Bisnis Rental Audio System ‘Pe Plus’
Rizky Pohan adalah seorang pria sukses yang
terjun bebas ke dunia rental audio system. Ia
pemilik Pe Plus Audio System Rental dan memiliki
studio rekaman yang sedang menggarap album
Ballads of The Cliché.
Cerita sukses Rizky Pohan dimulai sejak ia masih
duduk di bangku SMA, saat itu, dengan
bermodalkan peralatan home theatre milik
temannya dan sepasang lampu disko yang terkenal
pada zamannya, ia mulai menggeluti dunia
penyewaan audio system. Dengan peralatan minim
itu, la mencoba menawarkan jasa penyewaan
kepada remaja-remaja putri SMA Jakarta yang
menggandrungi dance. Pada saat itu, orderan
memang tidak banyak, tapi hasilnya lumayan, dari
mulut ke mulut akhirnya lumayan dikenal di
SMA-SMA daerah Jakarta Selatan.
Dari awalnya hanya sekadar have fun, namun
melihat adanya peluang bisnis yang menggiurkan,
Rizky mulai berpikir untuk serius menekuni bidang
ini. Maka semenjak kuliah, ia dan temannya, mulal
mengabdikan diri pada pekerjaan ini. Dengan modal
yang didapat dari investor, maka mulal dirintislah
usaha rental audio system itu. Ia juga melihat,
pada waktu ia memulal empat tahun yang lalu,
belum banyak rental audio system yang
bermunculan di Indonesia.
Menjalankan bisnis sambil kuliah jelas tidak
mudah, itu juga dialami Rizky pada awalnya.
Pengorbanan paling besar adalah waktu, karena
bisnis ini sangat menuntut waktu untuk menyiapkan
segalanya, “Weekend yang seharusnya bisa
jalan-jalan, gue keja. Pulang kuliah juga nggak bisa
kemana-mana, langsung kerja, waktunya orang
tidur kita kerja, waktunya orang kerja, kita kerja
juga ... hahaha,” kelakarnya menjelaskan mengenal
pengorbanan dia yang paling besar.
Selain masalah waktu, orangtua juga sempat
tidak setuju dengan pekerjaan yang dipilih Rizky,
karena masalah waktu kerja yang tidak jelas.
“Waktu kerja gue kan, kebanyakan malem, dan gue
masih kuliah waktu itu. Orangtua gue sempet
mempertanyakan aja, sebenernya gue tuh lagi
ngerjain apa. Tapi lama-lama, pria lulusan
Interstudi ini berhasil meyakinkan kedua
orangtuanya dengan keberhasilan di bisnis yang
sedang ia jalankan seiring dengan kuliah yang
berjalan mulus. “Gue harus nunjukin bahwa gue
ngelakuin yang bener, dan sekarang gue buktiin
bahwa gue bisa sukses.”
Sekarang bisnis rental audio system yang fokus
untuk kegiatan indoor milik Rizky ini sudah
berkembang pesat, berbagai Event Organizer (EO)
besar sudah memercayakan pekerjaan kepadanya.
Beberapa EO besar dan ternama rutin bekerjasama
dengan rental audio system miliknya. Diakui Rizky,
kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama,
“Pokoknya kita usahain semua permintaan klien bisa
terpenuhi. Kalaupun ada yang barangnya kita nggak
punya, kita kasih alternatif lain yang nggak kalah
bagusnya. Semuanya harus dilakukan dengan
komunikasi yang baik,” ujarnya mantap.
Dengan bermodalkan kemauan yang keras,
tanggung jawab, dan konsisten terhadap bidang
yang ditekuninya, pria berusia 26 tahun ini sekarang
dapat menikmati hasilnya. Pendapatan yang
mencapai angka miliaran rupiah dan terus naik
persentasinya dari tahun ke tahun, jelas
pengorbanan Rizky selama ini tidak sia-sia. “Bisa
mencukupi diri sendiri, rumah, mobil juga sekarang
bisa kebeli, kecil-kecilanlah. Sekarang gue juga bisa
renovasi rumah orangtua gue,” ujarnya malu-malu.
Namun selain materi, pengakuan dan penghargaan
atas hasil jerih payahnya juga punya
kebanggaan yang tidak bisa dihitung nilainya.
Bekerjasama dengan Twilite Orchestra dan band
groovy jazz Maliq and D’essential menjadi
kebanggaan tersendiri dalam perjalanan kariernya.
“Bisa kerjasama dengan Twilite Orchestra dan Maliq
punya kebanggaan tersendiri buat gue, berarti kerja
gue selama ini dihargai orang lain.”
Walau sudah sukses, Rizky tidak mau statis
dan terbuai, ia masih terus mengembangkan
bisnisnya ke sektor-sektor lain yang masih dalam
lingkup pekerjaannya sekarang. Pe Plus Sendiri
pernah mendapat penghargaan dari Telex, sebuah
perusahaan communication device yang memegang
lisensi distributor untuk merek Bosch, Midas, dan
Electro Voice, sebagai bisnis rental terbaik dengan
menggunakan produk-produk mereka di tahun 2004
silam.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
terjun bebas ke dunia rental audio system. Ia
pemilik Pe Plus Audio System Rental dan memiliki
studio rekaman yang sedang menggarap album
Ballads of The Cliché.
Cerita sukses Rizky Pohan dimulai sejak ia masih
duduk di bangku SMA, saat itu, dengan
bermodalkan peralatan home theatre milik
temannya dan sepasang lampu disko yang terkenal
pada zamannya, ia mulai menggeluti dunia
penyewaan audio system. Dengan peralatan minim
itu, la mencoba menawarkan jasa penyewaan
kepada remaja-remaja putri SMA Jakarta yang
menggandrungi dance. Pada saat itu, orderan
memang tidak banyak, tapi hasilnya lumayan, dari
mulut ke mulut akhirnya lumayan dikenal di
SMA-SMA daerah Jakarta Selatan.
Dari awalnya hanya sekadar have fun, namun
melihat adanya peluang bisnis yang menggiurkan,
Rizky mulai berpikir untuk serius menekuni bidang
ini. Maka semenjak kuliah, ia dan temannya, mulal
mengabdikan diri pada pekerjaan ini. Dengan modal
yang didapat dari investor, maka mulal dirintislah
usaha rental audio system itu. Ia juga melihat,
pada waktu ia memulal empat tahun yang lalu,
belum banyak rental audio system yang
bermunculan di Indonesia.
Menjalankan bisnis sambil kuliah jelas tidak
mudah, itu juga dialami Rizky pada awalnya.
Pengorbanan paling besar adalah waktu, karena
bisnis ini sangat menuntut waktu untuk menyiapkan
segalanya, “Weekend yang seharusnya bisa
jalan-jalan, gue keja. Pulang kuliah juga nggak bisa
kemana-mana, langsung kerja, waktunya orang
tidur kita kerja, waktunya orang kerja, kita kerja
juga ... hahaha,” kelakarnya menjelaskan mengenal
pengorbanan dia yang paling besar.
Selain masalah waktu, orangtua juga sempat
tidak setuju dengan pekerjaan yang dipilih Rizky,
karena masalah waktu kerja yang tidak jelas.
“Waktu kerja gue kan, kebanyakan malem, dan gue
masih kuliah waktu itu. Orangtua gue sempet
mempertanyakan aja, sebenernya gue tuh lagi
ngerjain apa. Tapi lama-lama, pria lulusan
Interstudi ini berhasil meyakinkan kedua
orangtuanya dengan keberhasilan di bisnis yang
sedang ia jalankan seiring dengan kuliah yang
berjalan mulus. “Gue harus nunjukin bahwa gue
ngelakuin yang bener, dan sekarang gue buktiin
bahwa gue bisa sukses.”
Sekarang bisnis rental audio system yang fokus
untuk kegiatan indoor milik Rizky ini sudah
berkembang pesat, berbagai Event Organizer (EO)
besar sudah memercayakan pekerjaan kepadanya.
Beberapa EO besar dan ternama rutin bekerjasama
dengan rental audio system miliknya. Diakui Rizky,
kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama,
“Pokoknya kita usahain semua permintaan klien bisa
terpenuhi. Kalaupun ada yang barangnya kita nggak
punya, kita kasih alternatif lain yang nggak kalah
bagusnya. Semuanya harus dilakukan dengan
komunikasi yang baik,” ujarnya mantap.
Dengan bermodalkan kemauan yang keras,
tanggung jawab, dan konsisten terhadap bidang
yang ditekuninya, pria berusia 26 tahun ini sekarang
dapat menikmati hasilnya. Pendapatan yang
mencapai angka miliaran rupiah dan terus naik
persentasinya dari tahun ke tahun, jelas
pengorbanan Rizky selama ini tidak sia-sia. “Bisa
mencukupi diri sendiri, rumah, mobil juga sekarang
bisa kebeli, kecil-kecilanlah. Sekarang gue juga bisa
renovasi rumah orangtua gue,” ujarnya malu-malu.
Namun selain materi, pengakuan dan penghargaan
atas hasil jerih payahnya juga punya
kebanggaan yang tidak bisa dihitung nilainya.
Bekerjasama dengan Twilite Orchestra dan band
groovy jazz Maliq and D’essential menjadi
kebanggaan tersendiri dalam perjalanan kariernya.
“Bisa kerjasama dengan Twilite Orchestra dan Maliq
punya kebanggaan tersendiri buat gue, berarti kerja
gue selama ini dihargai orang lain.”
Walau sudah sukses, Rizky tidak mau statis
dan terbuai, ia masih terus mengembangkan
bisnisnya ke sektor-sektor lain yang masih dalam
lingkup pekerjaannya sekarang. Pe Plus Sendiri
pernah mendapat penghargaan dari Telex, sebuah
perusahaan communication device yang memegang
lisensi distributor untuk merek Bosch, Midas, dan
Electro Voice, sebagai bisnis rental terbaik dengan
menggunakan produk-produk mereka di tahun 2004
silam.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
Ikhwan Sopa, Mantan Akuntan yang Sukses Lewat Bisnis Sekolah Komunikasi QA Communication
Ketertarikan pada suatu bidang sering kali
membuat seseorang membuat keputusan yang
amat berani. Hal inilah yang terjadi dengan Ikhwan
Sopa. Terdidik sebagai akuntan, dan sekian lama
berprofesi sebagai konsultan pajak, tidak
menyurutkan langkah Sopa, begitu dia akrab
dipanggil, untuk merintis sebuah dunia baru.
Ketertarikannya pada dunia public speaking dan
pengembangan diri, membuatnya nekad mendirikan
QA Communication. Sebuah sekolah komunikasi
yang berbasis motivasi di Jakarta. Selain itu, dia
juga mendirikan milis bicara dan rajin menulis, yaitu
tips seputar motivasi dan pengembangan diri yang
dimuat dalam blog-nya www.milis-bicara.blogspot.com.
Melalui QA Communication, Ikhwan Sopa telah
melahirkan sebuah konsep brilian yang kini terbukti
telah mengubah kehidupan banyak orang. Konsep
tersebut lahir sebagai hasil dari penelitian dan
pembelajaran yang dilakukannya secara otodidak.
Konsep yang dirasakannya cukup unik, setelah
diolah cukup matang, dan dikemas dalam sebuah
sistem pelatihan, akhirnya siap diluncurkan ke
masyarakat.
Ketika pertama kali memulai memasyarakatkan
konsep ini, Sopa mendirikan event organizer sendiri
untuk menangani berbagai training yang
diadakannya. Akhirnya, lahirlah Power Workshop
EDAN yang semakin melambungkan namanya,
seiring dengan semakin meningkatnya permintaan
masyarakat untuk mengikuti workshop ini.
Sopa kini berkolaborasi dengan lebih dari 35
Event Organizer dari seluruh Indonesia untuk
menyelengganakan workshop-nya. “Saya pilih istilah
EDAN semata-mata karena unik dan membuat orang
Penasaran” ujar Sopa ketika ditanya mengenai ide
awal nama workshop tersebut.
EDAN merupakan sebuah metode pengembangan diri
yang action oriented, dengan fenomena
komunikasi sebagai modeling template-nya. Metode
EDAN akan mentransformasi realitas seseorang
menjadi lebih nyaman, approachable, dan
achievable. Dengan metode EDAN, seseorang akan
melihat, mendengar, dan merasakan dunia,
cita-cita, impian, dan harapannya dengan lebih
jelas dan dekat. EDAN adalah singkatan dari
Energy, Dignity, Anticipation, dan Nothing to Lose,
papar pria kelahiran Yogyakarta ini.
Sopa memakai fenomena public speaking sebagai
modelling template, karena menurutnya
karakter, kepribadian, dan tingkat percaya diri
seseorang dalam keseluruhan hidupnya, secara
tegas dan jelas tercermin pada rasa percaya dirinya
saat berbicara dan public speaking.
Workshop EDAN akan mentransformasi diri
seseorang menjadi orang yang Iebih percaya diri.
Bahkan, jika sekarang seseorang sudah merasa
percaya diri sekalipun, dia bisa menaikkannya ke
tingkat yang Iebih tinggi. Workshop EDAN adalah
sebuah workshop yang akan menjadikan seseorang
semakin dekat dengan sukses dan cita-citanya.
Setiap kesuksesan akan meningkatkan rasa
percaya diri. Makin kaya, makin berkuasa, makin
tinggi jabatan atau posisi, makin berkembang karier
dan profesi, makin berhasil di dalam bisnis, akan
membuat seseorang makin percaya diri. Maka,
orang yang telah sukses berada di puncak, akan
sangat tinggi rasa percaya dirinya.
Sejalan dengan naiknya prestasi dan pencapaian,
berbagai tantangan dan hambatan juga
akan makin besar dan makin berat. Maka sudah
sewajarnya, diperlukan rasa percaya diri yang juga
terus tumbuh, makin kuat, setara dengan berbagai
tantangan dan hambatan itu. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman dan keahlian tentang rasa
percaya diri.
Sopa menjelaskan bahwa penguasaan atas dua
kemampuan itulah yang membuat mereka lebih
dekat kepada kesuksesan dan cita-cita mereka,
sehingga mereka makin cepat mencapainya.Lebih
jauh lagi, orang yang sukses dan berhasil adalah
orang yang memahami bahwa kedua ramuan ajaib
tersebut, dapat dikembangkan sekaligus dengan
starting point menjadi lebih percaya diri saat
berbicara di depan orang banyak.
jika berhasil dengan baik dalam mempertahankan
dan meningkatkan rasa percaya diri Anda saat
benbicara di hadapan publik, Anda telah menguasai
dua keahlian di atas sekaligus. Anda menjadi lebih
pencaya diri dalam benbicara kepada onang lain dan
Anda lebih pencaya diri benbicara kepada diri
sendiri,” jelas pria yang pernah menjadi konsultan
pajak ini.
Sopa mengajak kita untuk mengingat sejenak
situasi, mood, dan perasaan kita, saat harus
benbicara di depan banyak onang. Kita akan
menemukan bahwa kelemahan kita terletak pada
berbagai fenomena yang benkaitan dengan orang
lain dan diri sendiri.
Dengan menjadi lebih pencaya diri saat berbicara
di depan orang banyak, dengan cara, teknik,
metode, dan mindset yang benar, Anda akan lebih
berhasil dalam memimpin, menjual, dan dalam
presentasi. Plus, Anda juga akan lebih benhasil
dalam mengelola dan mengoptimalkan potensi diri
Anda, papar Akuntan lulusan STAN 1996 ini.
Sopa kembali menekankan bahwa dengan menjadi
lebih percaya diri berbicara di depan orang
banyak, maka seseorang akan menjadi lebih
percaya diri berhubungan dengan orang lain, dan
lebih percaya diri mengelola diri sendiri. Workshop
EDAN dapat membantu seseorang dengan
melatihnya melalui media public speaking. Hal ini
dikarenakan public speaking mempunyai beberapa
kelebihan. Di antaranya lebih mudah daripada
metode lainnya, lebih mencerminkan dunia nyata,
lebih urgent, dan langsung berdampak pada
kesuksesan seseorang.
Kalau seseorang lebih percaya diri dalam
berbicara, dia lebih percaya diri dalam mencapai
kesuksesan. Jika anggota tim kita lebih percaya diri
dalam berbicara, tim kita memiliki peluang lebih
besar untuk mencapai kesuksesan. Jika orang-orang
di dalam perusahaan kita Iebih percaya diri dalam
berkomunikasi, perusahaan kita makin mendekati
kesuksesan.
Berkat kegigihan Sopa untuk terus belajar dan
meningkatkan keahliannya, dia kini sering diminta
menjadi pembicara untuk topik motivasi dan
pengembangan diri. Produk yang dijual dan laris di
pasaran kini, tidak hanya workshop EDAN, namun
juga berbagai produk yang disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan. Tema yang ditawarkan juga
semakin berkembang dari waktu ke waktu. Hasilnya
saat ini, Sopa telah masuk dalam jajaran motivator
dan pembicara publik terkemuka di Indonesia.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
membuat seseorang membuat keputusan yang
amat berani. Hal inilah yang terjadi dengan Ikhwan
Sopa. Terdidik sebagai akuntan, dan sekian lama
berprofesi sebagai konsultan pajak, tidak
menyurutkan langkah Sopa, begitu dia akrab
dipanggil, untuk merintis sebuah dunia baru.
Ketertarikannya pada dunia public speaking dan
pengembangan diri, membuatnya nekad mendirikan
QA Communication. Sebuah sekolah komunikasi
yang berbasis motivasi di Jakarta. Selain itu, dia
juga mendirikan milis bicara dan rajin menulis, yaitu
tips seputar motivasi dan pengembangan diri yang
dimuat dalam blog-nya www.milis-bicara.blogspot.com.
Melalui QA Communication, Ikhwan Sopa telah
melahirkan sebuah konsep brilian yang kini terbukti
telah mengubah kehidupan banyak orang. Konsep
tersebut lahir sebagai hasil dari penelitian dan
pembelajaran yang dilakukannya secara otodidak.
Konsep yang dirasakannya cukup unik, setelah
diolah cukup matang, dan dikemas dalam sebuah
sistem pelatihan, akhirnya siap diluncurkan ke
masyarakat.
Ketika pertama kali memulai memasyarakatkan
konsep ini, Sopa mendirikan event organizer sendiri
untuk menangani berbagai training yang
diadakannya. Akhirnya, lahirlah Power Workshop
EDAN yang semakin melambungkan namanya,
seiring dengan semakin meningkatnya permintaan
masyarakat untuk mengikuti workshop ini.
Sopa kini berkolaborasi dengan lebih dari 35
Event Organizer dari seluruh Indonesia untuk
menyelengganakan workshop-nya. “Saya pilih istilah
EDAN semata-mata karena unik dan membuat orang
Penasaran” ujar Sopa ketika ditanya mengenai ide
awal nama workshop tersebut.
EDAN merupakan sebuah metode pengembangan diri
yang action oriented, dengan fenomena
komunikasi sebagai modeling template-nya. Metode
EDAN akan mentransformasi realitas seseorang
menjadi lebih nyaman, approachable, dan
achievable. Dengan metode EDAN, seseorang akan
melihat, mendengar, dan merasakan dunia,
cita-cita, impian, dan harapannya dengan lebih
jelas dan dekat. EDAN adalah singkatan dari
Energy, Dignity, Anticipation, dan Nothing to Lose,
papar pria kelahiran Yogyakarta ini.
Sopa memakai fenomena public speaking sebagai
modelling template, karena menurutnya
karakter, kepribadian, dan tingkat percaya diri
seseorang dalam keseluruhan hidupnya, secara
tegas dan jelas tercermin pada rasa percaya dirinya
saat berbicara dan public speaking.
Workshop EDAN akan mentransformasi diri
seseorang menjadi orang yang Iebih percaya diri.
Bahkan, jika sekarang seseorang sudah merasa
percaya diri sekalipun, dia bisa menaikkannya ke
tingkat yang Iebih tinggi. Workshop EDAN adalah
sebuah workshop yang akan menjadikan seseorang
semakin dekat dengan sukses dan cita-citanya.
Setiap kesuksesan akan meningkatkan rasa
percaya diri. Makin kaya, makin berkuasa, makin
tinggi jabatan atau posisi, makin berkembang karier
dan profesi, makin berhasil di dalam bisnis, akan
membuat seseorang makin percaya diri. Maka,
orang yang telah sukses berada di puncak, akan
sangat tinggi rasa percaya dirinya.
Sejalan dengan naiknya prestasi dan pencapaian,
berbagai tantangan dan hambatan juga
akan makin besar dan makin berat. Maka sudah
sewajarnya, diperlukan rasa percaya diri yang juga
terus tumbuh, makin kuat, setara dengan berbagai
tantangan dan hambatan itu. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman dan keahlian tentang rasa
percaya diri.
Sopa menjelaskan bahwa penguasaan atas dua
kemampuan itulah yang membuat mereka lebih
dekat kepada kesuksesan dan cita-cita mereka,
sehingga mereka makin cepat mencapainya.Lebih
jauh lagi, orang yang sukses dan berhasil adalah
orang yang memahami bahwa kedua ramuan ajaib
tersebut, dapat dikembangkan sekaligus dengan
starting point menjadi lebih percaya diri saat
berbicara di depan orang banyak.
jika berhasil dengan baik dalam mempertahankan
dan meningkatkan rasa percaya diri Anda saat
benbicara di hadapan publik, Anda telah menguasai
dua keahlian di atas sekaligus. Anda menjadi lebih
pencaya diri dalam benbicara kepada onang lain dan
Anda lebih pencaya diri benbicara kepada diri
sendiri,” jelas pria yang pernah menjadi konsultan
pajak ini.
Sopa mengajak kita untuk mengingat sejenak
situasi, mood, dan perasaan kita, saat harus
benbicara di depan banyak onang. Kita akan
menemukan bahwa kelemahan kita terletak pada
berbagai fenomena yang benkaitan dengan orang
lain dan diri sendiri.
Dengan menjadi lebih pencaya diri saat berbicara
di depan orang banyak, dengan cara, teknik,
metode, dan mindset yang benar, Anda akan lebih
berhasil dalam memimpin, menjual, dan dalam
presentasi. Plus, Anda juga akan lebih benhasil
dalam mengelola dan mengoptimalkan potensi diri
Anda, papar Akuntan lulusan STAN 1996 ini.
Sopa kembali menekankan bahwa dengan menjadi
lebih percaya diri berbicara di depan orang
banyak, maka seseorang akan menjadi lebih
percaya diri berhubungan dengan orang lain, dan
lebih percaya diri mengelola diri sendiri. Workshop
EDAN dapat membantu seseorang dengan
melatihnya melalui media public speaking. Hal ini
dikarenakan public speaking mempunyai beberapa
kelebihan. Di antaranya lebih mudah daripada
metode lainnya, lebih mencerminkan dunia nyata,
lebih urgent, dan langsung berdampak pada
kesuksesan seseorang.
Kalau seseorang lebih percaya diri dalam
berbicara, dia lebih percaya diri dalam mencapai
kesuksesan. Jika anggota tim kita lebih percaya diri
dalam berbicara, tim kita memiliki peluang lebih
besar untuk mencapai kesuksesan. Jika orang-orang
di dalam perusahaan kita Iebih percaya diri dalam
berkomunikasi, perusahaan kita makin mendekati
kesuksesan.
Berkat kegigihan Sopa untuk terus belajar dan
meningkatkan keahliannya, dia kini sering diminta
menjadi pembicara untuk topik motivasi dan
pengembangan diri. Produk yang dijual dan laris di
pasaran kini, tidak hanya workshop EDAN, namun
juga berbagai produk yang disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan. Tema yang ditawarkan juga
semakin berkembang dari waktu ke waktu. Hasilnya
saat ini, Sopa telah masuk dalam jajaran motivator
dan pembicara publik terkemuka di Indonesia.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
Ade Hidayat, Berani Memulai Usaha Langkah Awal Kesuksesan Bisnis Pulsa Selulernya
Banyak orang yang menginginkan punya bisnis
sendiri, tetapi hanya sedikit saja yang berani
mewujudkannya. Keberanian di sini tentu
mempunyai arti yang lebih luas. Termasuk di
dalamnya keberanian berpikir di luar jalur pemikiran
orang kebanyakan, berani memikirkan hal-hal yang
tidak pernah dipikirkan oleh orang lain, berani
berpikir ke luar dari jalur berpikir logika rasional,
berani dicemooh, atau diremehkan orang lain.
Memulai berbisnis memang terbukti tidak harus
dengan modal sendiri. Dengan modal keyakinan dan
tekad yang kuat, kendala modal selalu bisa diatasi.
Hal itulah yang dilakukan oleh Ade Hidayat, pemuda
yang tinggal di daerah Banten. Tepat pada 13
Februari 2007, Ade berhasil mengambil alih sebuah
counter usaha seluler di daerah Serang, Banten.
Walaupun saat itu modalnya belum cukup, namun
berkat keinginannya yang kuat dan presentasi yang
meyakinkan, Ade berhasil mengajak temannya untuk
meminjamkan sejumlah uang sebagai modal. Dia pun
kini sudah mempunyai bisnis seluler sebagai hasil
take over dan diberi nama Pandu Seluler.
Bisnis penjualan pulsa dan aksesori handphone
memang sudah merebak di mana-mana. Untuk itu,
Ade berusaha keras untuk memberikan sentuhan
yang berbeda. Pelayanan kepada pelanggan selalu
ditingkatkan agar mereka menjadi pelanggan yang
loyal. Dampaknya, bisnis yang dirintisnya kini
menunjukkan perkembangan yang positif. Omzet
terus meningkat dari bulan ke bulan. Dengan
peningkatan omzet yang signifikan ini, gaji
karyawan pun meningkat karena Ade memberikan
insentif penjualan untuk memotivasi mereka.
Margin keuntungan pada bisnis seluler memang
tidak sebesar bisnis lainnya. Untuk itu, Ade selalu
menekankan pada tingginya volume penjualan. Saat
ini, Ade bisa menikmati keuntungan kotor sekitar
8% dan omzet, sementara keuntungan bersihnya
sekitar 4%. Namun, seiring dengan meningkatnya
keterampilan dan pengetahuan supplier, maka
margin keuntungannya semakin lama semakin besar.
Hasil yang didapat Ade langsung diputar lagi
untuk membesarkan volume usaha. Dia bertekad
tidak mengambil keuntungan untuk keperluan
pribadinya dulu sebelum usahanya berjalan dengan
baik. Suatu saat jika bisnis saya sudah
berkembang di banyak tempat, barulah saya akan
memetik hasilnya. Saya ingin menjadi bos di
perusahaan saya sendiri, ujar Ade Hidayat dengan
nada optimis.
Setelah menjalankan outlet Pandu Seluler selama
enam bulan, Ade semakin yakin dengan
prospek pada bisnis ini. Dia pun membuka cabang
Pandu Seluler 2 pada 4 Agustus 2007. Outlet Pandu
Seluler yang ke-2 ini kondisinya lebih luas dan
permanen. Lokasinya yang terletak di Jalan Raya
Cilegon Km 2 Kepandean Serang ini, boleh dibilang
cukup strategis. Terbukti, belum lama dibuka, tapi
omzet penjualannya terus menunjukkan
peningkatan yang positif. Omzet tersebut didukung
oleh jumlah transaksi per hari yang bisa mencapai
90 transaksi. Sementara kalau sedang sepi, sehari
minimal terjadi 50 kali transaksi.
Ade Hidayat kini telah menjadi sub dealer Dompet Pulsa XL.
Saat ini setidaknya sudah ada 6 Chip
DPXL yang dipakai di counter-counter. Setiap 2-3
hari sekali Ade mengunjungi counter-counter untuk
menagih setoran. Yang mereka bayar hanya yang
sudah terjual. Keuntungannya memang tidak terlalu
banyak, karena yang dia dapat hanya potongan
harga dari dealer. Tapi dengan pengisian yang
kontinyu, dia berharap hasilnya akan semakin meningkat.
Walaupun kios yang disewanya cukup sederhana
dan tidak terlalu besar, ternyata bisa
membukukan omzet yang cukup besar. Ade tidak
pernah gentar setiap kali ada pesaing baru yang
masuk. Dia yakin rezeki tiap orang sudah diatur oleh
Allah, yang tetap konsisten dengan kemurahan
Allah-lah yang akan mendapatkan banyak.
Salah satu kiatnya yang diterapkan adalah
dengan menyediakan stok secara lengkap. item
yang terjual lambat (slow moving) dan untungnya
kecil pun tetap disediakannya karena kelengkapan
sangat disukai pembeli. Ade hanya perlu mengatur
agar stok yang lambat tersebut tidak terlalu banyak
volumenya.
Salah satu misi sosial Ade dalam berbisnis adalah
berupaya menyejahterakan para karyawan agar
mendapatkan penghasilan yang layak. Sementara
misi spiritualnya menjemput rezeki yang Allah
tebarkan di muka bumi, dan menebarkannya kembali
kepada orang yang berhak menerimanya. Untuk
itulah dia selalu optimis karena Allah tidak akan
menyianyiakan usaha hamba-Nya.
Dalam rangka menyejahterakan karyawan, Ade
juga memberikan insentif dari hasil penjualan, selain
gaji tetap tentunya. Otomatis semakin maju dan
tinggi angka penjualan, maka karyawan juga akan
semakin sejahtera. Dia yakin karyawan yang
sejahtera akan bekerja dengan baik dan loyal pada
pekerjaannya. lnsya Allah saya akan terus
menaikkan upah karyawan yang disesuaikan dengan
omzet penjualan, papar ayah dua anak ini.
Selain mempunyai misi utama untuk memberikan
kesejahteraan pada karyawan, Ade juga
bermimpi suatu saat nanti bisnis ini akan menjadi
penopang utama ekonomi keluarga. ‘Saya berharap,
ini adalah kontribusi saya buat warga Cilegon dan
Serang agar terbangun dari tidurnya. Janganlah
hanya berharap bisa bekerja pada orang lain, tapi
ciptakanlah lapangan kerja baru. Alhamdulillah,
dengan 2 counter seluler tersebut, saya sudah
mempekerjakan 2 orang karyawan. Tahun depan
insya Allah minimal 5 karyawan yang bergabung
dengan perusahaan saya, ungkap Ade dengan optimis.
Perjalanan hidup Ade Hidayat sendiri mengisyaratkan
sebuah perjuangan yang tidak kenal
lelah. Tercatat sudah lebih dari 11 tahun dia
bekerja. Beberapa perusahaan telah dia singgahi.
Ade bahkan pernah mengajar di beberapa SMA dan
bimbingan belajar. Setelah malang melintang
sebagai karyawan, impiannya saat ini adalah
bekerja di perusahaan sendiri sebagai entrepreneur.
Langkah mewujudkan impian tersebut telah
dimulai pada Januari 2006. Ade mulai merancang
apa yang akan dia kerjakan di masa mendatang.
Target 10 tahun ke depan sudah dia buat. Dia pun
fokus pada target tersebut. Saat ini, target usaha
yang saya canangkan telah tercapai, bahkan
beberapa poin melampaui target yang sudah dia
buat pada bulan Januari 2006.
Ade percaya dengan prinsip “like attracts like”.
Apa yang ingin dia capai akan tercapai, alam
semesta akan mendukung apa yang diupayakan.
Walaupun saat ini masih bekerja sebagai karyawan,
namun suatu saat nanti, beberapa tahun lagi bisnis
yang dirintisnya akan menjadi pekerjaan utama. Dan
seragam kekaryawanan ini akan dia lepaskan
dengan bangga tanpa mengharap pesangon. Dalam
berbisnis, dia menemukan kepuasan batin yang
selama ini dia dambakan.
Langkah pertama telah dilakukan, tinggal
menunggu langkah-langkah selanjutnya yang
membutuhkan komitmen, kesabaran, ketabahan,
dan rasa syukur. hambatan, rintangan, dan
kegagalan justru akan membuat kita lebih kreatif
untuk mencari cara lain, strategi jitu, dan inovasi,
kata Ade dengan nada yang meyakinkan.
Dalam perjalanan bisnisnya, Ade Hidayat menarik
beberapa benang merah bahwa dalam
berbisnis diperlukan beberapa hal di antaranya
adalah kesetiaan terhadap partner bisnis,
memberikan manfaat sebesar-besarnya pada
customer, mendidik karyawan secara baik dan
benar, fokuskan pada keahlian, jalin silaturahmi
dengan semua pihak, dan selalu menepati janji. Dia
juga menegaskan pentingnya fokus pada bisnis
tertentu dan perlunya mempelajari strategi bisnis
orang-orang yang telah sukses.
Dalam menjalani kehidupannya, Ade Hidayat
begitu terinspirasi dengan sebuah kisah seorang Pak Tani.
Alkisah, zaman dahulu kala ada seorang
petani miskin yang hidup dengan seorang
anaknya. Mereka hanya memiliki seekor kuda
kurus yang sehan-hari membantu mereka
menggarap ladang yang tidak seberapa
luasnya. Pada suatu hari, kuda Pak Tani
satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu
saja dari kandang menuju hutan.
Orang-orang di kampung yang mendengar
berita itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,
Malang atau beruntung, aku tidak tahu.
Keesokan harinya, ternyata kuda Pak Tani
tersebut kembali ke kandangnya, dengan
membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera
saja ladang Pak Tani yang tidak seberapa luas
dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah
perkasa. Orang-orang dari kampung
berbondong datang dan segera mengerumuni
koleksi kuda-kuda yang berharga mahal
tersebut dengan kagum. Para pedagang kuda
segera menawar kuda-kuda tersebut dengan
harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak
Tani pun menerima uang dalam jumlah
banyak, dan hanya menyisakan satu kuda liar
untuk berkebun membantu kuda tuanya.
Orang-orang kampung yang melihat peristiwa
itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
beruntung nasibmu. Pak Tani hanya
menjawab, Malang atau beruntung, aku tidak
tahu ...
Keesokan hariinya, anak Pak Tani pun dengan
penuh semangat berusaha menjinakkan
kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut
terlalu kuat sehingga pemuda itu jatuh dan
patah kakinya.
Orang-orang kampung yang melihat peristiwa
itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,
Malang atau beruntung, aku tidak tahu ...
Pemuda itu pun terbaring dengan kaki
terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya.
Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah
bisa pulih kembali. Keesokan harinya,
datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu.
Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk
bergabung menjadi pasukan raja bertempur
melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh
pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang
sakit dan cacat. Anak Pak Tani pun tidak harus
berperang karena dia cacat.
Orang-orang kampung berurai air mata
melepas putra-putranya bertempur, dan
berkata, Wahai Pak Tani, sungguh beruntung
nasibmu. Pak Tani hanya menjawab, malang
atau beruntung, aku tidak tahu ....
Ade sangat terinspirasi dengan sikap Pak Tani
yang sering disebut, non-judgement. Sebagai
manusia, kita memiliki keterbatasan untuk
memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan
Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari
ini sebagai kesialan, barangkali di masa depan
baru ketahuan adalah jalan menuju
keberuntungan, kata Ade menjelaskan.
Maka, orang-orang seperti Pak Tani di atas,
berhenti untuk menghakimi kejadian dengan label
beruntung, sial dan sebagainya. Karena,
siapalah kita ini menghakimi kejadian yang
kita sungguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya
nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaannya,
bisa jadi bukan suatu kesialan, manakala
ternyata status jobless-nya telah memecut dan
membuka jalan bagi dirinya untuk menjadi bos besar
di perusahaan lain.
Hadapi badai kehidupan sebesar apa pun.
Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal
hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di
dermaga saja, kata Ade memperkuat pemahamannya.
Memulal bisnis ibarat membuat sebuah bola
salju, kemudian kita mencoba menggelindingkannya.
Mungkin di awal-awal masih belum begitu terlihat
mencolok perubahannya, tapi ketika bola salju terus
digelindingkan, semakin lama akan membesar dan
terus membesar. Itulah salah satu hukum bisnis.
Kalau kita tekun menjalankannya, akan semakin
besar pula bisnis yang kita jalankan. Ketekunan
dalam menggelindingkan atau menjalankan roda
bisnis inilah yang akan menjadikan bisnis semakin
besar. Jadi kuncinya, segeralah memulai berbisnis
dan jangan ragu-ragu. Kemudian tekunlah dalam
menjalankannya sehingga bisnis kita akan semakin
besar dan semakin kuat.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
sendiri, tetapi hanya sedikit saja yang berani
mewujudkannya. Keberanian di sini tentu
mempunyai arti yang lebih luas. Termasuk di
dalamnya keberanian berpikir di luar jalur pemikiran
orang kebanyakan, berani memikirkan hal-hal yang
tidak pernah dipikirkan oleh orang lain, berani
berpikir ke luar dari jalur berpikir logika rasional,
berani dicemooh, atau diremehkan orang lain.
Memulai berbisnis memang terbukti tidak harus
dengan modal sendiri. Dengan modal keyakinan dan
tekad yang kuat, kendala modal selalu bisa diatasi.
Hal itulah yang dilakukan oleh Ade Hidayat, pemuda
yang tinggal di daerah Banten. Tepat pada 13
Februari 2007, Ade berhasil mengambil alih sebuah
counter usaha seluler di daerah Serang, Banten.
Walaupun saat itu modalnya belum cukup, namun
berkat keinginannya yang kuat dan presentasi yang
meyakinkan, Ade berhasil mengajak temannya untuk
meminjamkan sejumlah uang sebagai modal. Dia pun
kini sudah mempunyai bisnis seluler sebagai hasil
take over dan diberi nama Pandu Seluler.
Bisnis penjualan pulsa dan aksesori handphone
memang sudah merebak di mana-mana. Untuk itu,
Ade berusaha keras untuk memberikan sentuhan
yang berbeda. Pelayanan kepada pelanggan selalu
ditingkatkan agar mereka menjadi pelanggan yang
loyal. Dampaknya, bisnis yang dirintisnya kini
menunjukkan perkembangan yang positif. Omzet
terus meningkat dari bulan ke bulan. Dengan
peningkatan omzet yang signifikan ini, gaji
karyawan pun meningkat karena Ade memberikan
insentif penjualan untuk memotivasi mereka.
Margin keuntungan pada bisnis seluler memang
tidak sebesar bisnis lainnya. Untuk itu, Ade selalu
menekankan pada tingginya volume penjualan. Saat
ini, Ade bisa menikmati keuntungan kotor sekitar
8% dan omzet, sementara keuntungan bersihnya
sekitar 4%. Namun, seiring dengan meningkatnya
keterampilan dan pengetahuan supplier, maka
margin keuntungannya semakin lama semakin besar.
Hasil yang didapat Ade langsung diputar lagi
untuk membesarkan volume usaha. Dia bertekad
tidak mengambil keuntungan untuk keperluan
pribadinya dulu sebelum usahanya berjalan dengan
baik. Suatu saat jika bisnis saya sudah
berkembang di banyak tempat, barulah saya akan
memetik hasilnya. Saya ingin menjadi bos di
perusahaan saya sendiri, ujar Ade Hidayat dengan
nada optimis.
Setelah menjalankan outlet Pandu Seluler selama
enam bulan, Ade semakin yakin dengan
prospek pada bisnis ini. Dia pun membuka cabang
Pandu Seluler 2 pada 4 Agustus 2007. Outlet Pandu
Seluler yang ke-2 ini kondisinya lebih luas dan
permanen. Lokasinya yang terletak di Jalan Raya
Cilegon Km 2 Kepandean Serang ini, boleh dibilang
cukup strategis. Terbukti, belum lama dibuka, tapi
omzet penjualannya terus menunjukkan
peningkatan yang positif. Omzet tersebut didukung
oleh jumlah transaksi per hari yang bisa mencapai
90 transaksi. Sementara kalau sedang sepi, sehari
minimal terjadi 50 kali transaksi.
Ade Hidayat kini telah menjadi sub dealer Dompet Pulsa XL.
Saat ini setidaknya sudah ada 6 Chip
DPXL yang dipakai di counter-counter. Setiap 2-3
hari sekali Ade mengunjungi counter-counter untuk
menagih setoran. Yang mereka bayar hanya yang
sudah terjual. Keuntungannya memang tidak terlalu
banyak, karena yang dia dapat hanya potongan
harga dari dealer. Tapi dengan pengisian yang
kontinyu, dia berharap hasilnya akan semakin meningkat.
Walaupun kios yang disewanya cukup sederhana
dan tidak terlalu besar, ternyata bisa
membukukan omzet yang cukup besar. Ade tidak
pernah gentar setiap kali ada pesaing baru yang
masuk. Dia yakin rezeki tiap orang sudah diatur oleh
Allah, yang tetap konsisten dengan kemurahan
Allah-lah yang akan mendapatkan banyak.
Salah satu kiatnya yang diterapkan adalah
dengan menyediakan stok secara lengkap. item
yang terjual lambat (slow moving) dan untungnya
kecil pun tetap disediakannya karena kelengkapan
sangat disukai pembeli. Ade hanya perlu mengatur
agar stok yang lambat tersebut tidak terlalu banyak
volumenya.
Salah satu misi sosial Ade dalam berbisnis adalah
berupaya menyejahterakan para karyawan agar
mendapatkan penghasilan yang layak. Sementara
misi spiritualnya menjemput rezeki yang Allah
tebarkan di muka bumi, dan menebarkannya kembali
kepada orang yang berhak menerimanya. Untuk
itulah dia selalu optimis karena Allah tidak akan
menyianyiakan usaha hamba-Nya.
Dalam rangka menyejahterakan karyawan, Ade
juga memberikan insentif dari hasil penjualan, selain
gaji tetap tentunya. Otomatis semakin maju dan
tinggi angka penjualan, maka karyawan juga akan
semakin sejahtera. Dia yakin karyawan yang
sejahtera akan bekerja dengan baik dan loyal pada
pekerjaannya. lnsya Allah saya akan terus
menaikkan upah karyawan yang disesuaikan dengan
omzet penjualan, papar ayah dua anak ini.
Selain mempunyai misi utama untuk memberikan
kesejahteraan pada karyawan, Ade juga
bermimpi suatu saat nanti bisnis ini akan menjadi
penopang utama ekonomi keluarga. ‘Saya berharap,
ini adalah kontribusi saya buat warga Cilegon dan
Serang agar terbangun dari tidurnya. Janganlah
hanya berharap bisa bekerja pada orang lain, tapi
ciptakanlah lapangan kerja baru. Alhamdulillah,
dengan 2 counter seluler tersebut, saya sudah
mempekerjakan 2 orang karyawan. Tahun depan
insya Allah minimal 5 karyawan yang bergabung
dengan perusahaan saya, ungkap Ade dengan optimis.
Perjalanan hidup Ade Hidayat sendiri mengisyaratkan
sebuah perjuangan yang tidak kenal
lelah. Tercatat sudah lebih dari 11 tahun dia
bekerja. Beberapa perusahaan telah dia singgahi.
Ade bahkan pernah mengajar di beberapa SMA dan
bimbingan belajar. Setelah malang melintang
sebagai karyawan, impiannya saat ini adalah
bekerja di perusahaan sendiri sebagai entrepreneur.
Langkah mewujudkan impian tersebut telah
dimulai pada Januari 2006. Ade mulai merancang
apa yang akan dia kerjakan di masa mendatang.
Target 10 tahun ke depan sudah dia buat. Dia pun
fokus pada target tersebut. Saat ini, target usaha
yang saya canangkan telah tercapai, bahkan
beberapa poin melampaui target yang sudah dia
buat pada bulan Januari 2006.
Ade percaya dengan prinsip “like attracts like”.
Apa yang ingin dia capai akan tercapai, alam
semesta akan mendukung apa yang diupayakan.
Walaupun saat ini masih bekerja sebagai karyawan,
namun suatu saat nanti, beberapa tahun lagi bisnis
yang dirintisnya akan menjadi pekerjaan utama. Dan
seragam kekaryawanan ini akan dia lepaskan
dengan bangga tanpa mengharap pesangon. Dalam
berbisnis, dia menemukan kepuasan batin yang
selama ini dia dambakan.
Langkah pertama telah dilakukan, tinggal
menunggu langkah-langkah selanjutnya yang
membutuhkan komitmen, kesabaran, ketabahan,
dan rasa syukur. hambatan, rintangan, dan
kegagalan justru akan membuat kita lebih kreatif
untuk mencari cara lain, strategi jitu, dan inovasi,
kata Ade dengan nada yang meyakinkan.
Dalam perjalanan bisnisnya, Ade Hidayat menarik
beberapa benang merah bahwa dalam
berbisnis diperlukan beberapa hal di antaranya
adalah kesetiaan terhadap partner bisnis,
memberikan manfaat sebesar-besarnya pada
customer, mendidik karyawan secara baik dan
benar, fokuskan pada keahlian, jalin silaturahmi
dengan semua pihak, dan selalu menepati janji. Dia
juga menegaskan pentingnya fokus pada bisnis
tertentu dan perlunya mempelajari strategi bisnis
orang-orang yang telah sukses.
Dalam menjalani kehidupannya, Ade Hidayat
begitu terinspirasi dengan sebuah kisah seorang Pak Tani.
Alkisah, zaman dahulu kala ada seorang
petani miskin yang hidup dengan seorang
anaknya. Mereka hanya memiliki seekor kuda
kurus yang sehan-hari membantu mereka
menggarap ladang yang tidak seberapa
luasnya. Pada suatu hari, kuda Pak Tani
satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu
saja dari kandang menuju hutan.
Orang-orang di kampung yang mendengar
berita itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,
Malang atau beruntung, aku tidak tahu.
Keesokan harinya, ternyata kuda Pak Tani
tersebut kembali ke kandangnya, dengan
membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera
saja ladang Pak Tani yang tidak seberapa luas
dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah
perkasa. Orang-orang dari kampung
berbondong datang dan segera mengerumuni
koleksi kuda-kuda yang berharga mahal
tersebut dengan kagum. Para pedagang kuda
segera menawar kuda-kuda tersebut dengan
harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak
Tani pun menerima uang dalam jumlah
banyak, dan hanya menyisakan satu kuda liar
untuk berkebun membantu kuda tuanya.
Orang-orang kampung yang melihat peristiwa
itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
beruntung nasibmu. Pak Tani hanya
menjawab, Malang atau beruntung, aku tidak
tahu ...
Keesokan hariinya, anak Pak Tani pun dengan
penuh semangat berusaha menjinakkan
kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut
terlalu kuat sehingga pemuda itu jatuh dan
patah kakinya.
Orang-orang kampung yang melihat peristiwa
itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,
Malang atau beruntung, aku tidak tahu ...
Pemuda itu pun terbaring dengan kaki
terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya.
Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah
bisa pulih kembali. Keesokan harinya,
datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu.
Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk
bergabung menjadi pasukan raja bertempur
melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh
pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang
sakit dan cacat. Anak Pak Tani pun tidak harus
berperang karena dia cacat.
Orang-orang kampung berurai air mata
melepas putra-putranya bertempur, dan
berkata, Wahai Pak Tani, sungguh beruntung
nasibmu. Pak Tani hanya menjawab, malang
atau beruntung, aku tidak tahu ....
Ade sangat terinspirasi dengan sikap Pak Tani
yang sering disebut, non-judgement. Sebagai
manusia, kita memiliki keterbatasan untuk
memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan
Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari
ini sebagai kesialan, barangkali di masa depan
baru ketahuan adalah jalan menuju
keberuntungan, kata Ade menjelaskan.
Maka, orang-orang seperti Pak Tani di atas,
berhenti untuk menghakimi kejadian dengan label
beruntung, sial dan sebagainya. Karena,
siapalah kita ini menghakimi kejadian yang
kita sungguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya
nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaannya,
bisa jadi bukan suatu kesialan, manakala
ternyata status jobless-nya telah memecut dan
membuka jalan bagi dirinya untuk menjadi bos besar
di perusahaan lain.
Hadapi badai kehidupan sebesar apa pun.
Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal
hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di
dermaga saja, kata Ade memperkuat pemahamannya.
Memulal bisnis ibarat membuat sebuah bola
salju, kemudian kita mencoba menggelindingkannya.
Mungkin di awal-awal masih belum begitu terlihat
mencolok perubahannya, tapi ketika bola salju terus
digelindingkan, semakin lama akan membesar dan
terus membesar. Itulah salah satu hukum bisnis.
Kalau kita tekun menjalankannya, akan semakin
besar pula bisnis yang kita jalankan. Ketekunan
dalam menggelindingkan atau menjalankan roda
bisnis inilah yang akan menjadikan bisnis semakin
besar. Jadi kuncinya, segeralah memulai berbisnis
dan jangan ragu-ragu. Kemudian tekunlah dalam
menjalankannya sehingga bisnis kita akan semakin
besar dan semakin kuat.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
Triwoko, Sukses Membangun Kerajaan Bisnis dengan Berpegang pada Falsafah Memberi dan Melayani
Berbekal pengalaman bekerja di berbagai
perusahaan, Bambang Triwoko memantapkan diri
terjun dalam dunia entrepreneurship. Walaupun
saat mengundurkan diri pada pertengahan 2002,
bisa dibilang jabatan dan penghasilannya sebagai
karyawan cukup tinggi, namun panggilan jiwanya
untuk menjadi entrepreneur tidak tertahankan lagi.
Setelah lima tahun berbisnis, saat ini Bambang
berhasil mengembangkan kerajaan bisnisnya menjadi
beberapa jenis usaha. Di antaranya adalah Betiga
Klaten, Asrama Putri Betiga, Classy Tent, Refillo
Jakarta, Transtek Trimitra, dan Taman Gondosuli.
Betiga Klaten merupakan sub distributor semua
produk AQUA, Danone, dan sub agen LPG kemasan
12 kg dan Pertamina, dengan wilayah pemasaran
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Betiga Klaten
melayani pembelian grosir maupun eceran dengan
harga yang kompetitif. Semua pembelian produk
diantar sampai lokasi pembeli di seluruh wilayah
Kabupaten Klaten tanpa biaya tambahan alias gratis.
Sementara itu, Asrama Putri Betiga menyediakan
jasa pemondokan khusus putri dengan
kapasitas 43 kamar di 3 lokasi yang saling
berdekatan di daerah Pringwulung, Condong Catur,
Yogyakarta. Lokasi pondokan tersebut cukup
strategis, berjarak cukup dekat dengan Universitas
Atmajaya, Sanata Dharma, UNY, UPN, AKS
Tarakanita, AMPTA, dan perguruan tinggi lainnya.
Setiap kamar sudah dilengkapi dengan tempat tidur,
lemari pakaian, dan meja belajar. Tersedia fasilitas
dapur, ruang tamu, garasi sepeda motor, dan taman.
Sedangkan Classy Tents bergerak di bidang
jasa penyewaan tenda dekorasi di wilayah
Jabodetabek. Jenis-jenis tenda yang tersedia
antara lain tenda flat, tenda canopy, tenda
kerucut, dan tenda hall. Classy Tent juga
menyewakan alas papan, panggung, rigging stage,
air conditioning, sound system, lighting set, florist,
dan mini garden, dan segala keperluan dekorasi
ruangan. Classy Tent didirikan pada 1 April 2003,
dua bulan lebih awal dari Betiga Klaten yang berdiri
pada 2 Juni 2003.
Ownership Classy Tent merupakan gabungan
unik persahabatan di antara partner yang terdiri
dari delapan orang. Setting awal bisnis ini adalah
sebagai wadah mitra bisnis, atau partner agar
selalu dapat bersilaturahmi di masa pensiun,
korporasi ini lebih menitikberatkan pada aspek
ikatan kekelurgaan di antara partner.
Mayoritas partner masih aktif berkarya sebagai
karyawan di perusahaan, dan menduduki jabatan
manajerial sehingga praktis waktu untuk mengelola
bisnis Classy Tent terbatas. Amanah pengelolaan
bisnis diberikan kepada dua orang partner, salah
satunya adalah Bambang.
Laju tumbuh bisnis penyewaan tenda ini cukup
bagus. Perusahaan sudah bisa menghasilkan
keuntungan sejak awal berdiri. Hal ini didukung
faktor tingkat persaingan yang belum begitu tajam.
Ada beberapa hambatan yang dihadapi Bambang
dalam menjalankan bisnis ini. Hambatan
tersebut di antaranya pengambilan keputusan
kebijakan strategis yang kurang cepat, karena
harus mempertahankan aspek persetujuan dan
partner yang lain. Terlebih apabila harus mengambil
keputusan kategori investasi, dampak yang
dirasakan adalah banyaknya peluang yang terlewatkan.
Keterbatasan waktu adalah faktor yang kurang
menguntungkan berikutnya dalam usaha
pengembangan perusahaan. Di samping itu, ada
juga perbedaan corporate culture dan mindset dari
pengelola bisnis.
Meskipun banyak hambatan yang dihadapi, laju
tumbuh Classy Tent boleh dibilang cukup
spektakuler. Total aset menjadi empat kali lipat bila
dibandingkan tahun pertama bisnis ini didirikan. Net
worth yang dihasilkan ternyata juga mengalami
kenaikan rata-rata 20% per tahun. Hebatnya lagi,
akumulasi laba yang dihasilkan selalu digunakan
untuk re-investasi perlengkapan tenda.
Bambang juga membuka bisnis Refillo Jakarta
yang melayani jasa isi ulang tinta printer laser, dan
inkjet di wilayah Jakarta Selatan. Bisnis dalam
bidang ini semuanya telah diserahkan kepada karyawan.
Melalui PT Transtek Trimitra, Bambang
mengepakkan sayap bisnisnya dalam bidang
konstruksi renovasi gedung, jalan dan jembatan,
elektrikal dan mekanikal, pelatihan SDM, dan
sertiflkasi spesialis welding.
Berkolaborasi dengan keluarga, Bambang juga
mendirikan bisnis Taman Gondosuli yang
menyediakan aneka tanaman hias berkualitas,
indoor maupun outdoor. Taman Gondosuli
menyajikan tanaman hias dengan kemasan yang
artistik dan unik yang berlokasi di daerah Klaten.
Setelah menggeluti beberapa bisnis sekaligus
dalam waktu 5 tahun terakhir, tampak benang
merah perbedaan fundamental bisnis yang
berdampak pada laju pertumbuhan korporasi.
Korporasi bisnis distribusi Betiga Klaten dan Real
Estat (asrama putri, rumah sewa) Betiga Yogya,
sebagai flag carrier bisnisnya, kini menunjukkan
laju tumbuh yang signifikan. Korporasi ini 100%
modalnya dimiliki keluarga serta dikelola sendiri
secara langsung, sehingga kecepatan dalam
mengambil keputusan penting dapat dilaksanakan setiap saat.
Terlebih Bambang telah menentukan falsafah
dan budaya bisnis yang pas. Hal ini berdampak pada
akselerasi laju tumbuh perusahaan sehingga roh
bisnis terasa sekali auranya. Setiap kali mengalami
problem bisnis yang serius dapat cepat ‘exit’
bahkan setiap problem tersebut nyaris selalu
menjadi pertanda leverage korporasi, ungkap
Bambang dengan semangat.
Bahkan, untuk menghindari comfort zone bisnis,
Bambang terkadang justru menciptakan
problem positif di perusahaan, misalnya menambah
investasi armada distribusi. Dengan bertambahnya
armada distribusi, otomatis adrenalin dipacu agar
armada tidak mengalami idle capacity.
Untuk Real Estate, problem positif yang diciptakan
berupa renovasi properti yang memerlukan
dana tidak sedikit sehingga kreativitas muncul
dalam mencari sumber pendanaan renovasi. Tentu
saja, Bambang tetap fokus terhadap kepuasan
stakeholders, dan kualitas pelayanan yang selalu
lebih baik. Sering kali kebijakan bisnis tersebut
melanggar kelaziman pakem berbisnis, baik dari sisi
marketing, teknis operasional, finance maupun SDM.
Kadangkala Bambang mengambil kebijakan yang
tidak lazim. Salah satu contohnya adalah
menghibahkan 40% saham perusahaan Betiga
Klaten kepada koperasi karyawan Betiga Klaten
pada 2010. Kebijakan lain yang keluar pakem,
setelah salah satu perusahaan yang akan dijadikan
andalan hidup ternyata bangkrut dan ditutup pada
2003. Bambang mendirikan Betiga Klaten dan
mengambil kebijakan untuk membagikan profit
setiap bulan kepada karyawan, dengan persentase
sama besar dengan persentasenya sebagai pemilik
perusahaan.
Sampai saat ini, Bambang selalu konsisten
dengan kebijakan tersebut, meskipun korporasi sudah
berkembang pesat. Satu hal yang selalu mewarnai
passion Bambang dalam berbisnis adalah selalu
berbisnis dengan hati, selalu bersyukur dan ikhlas
setiap saat. Justru dengan semangat tersebut,
aktivitas operasional bisnis bisa berjalan dengan
optimal. Sistem pendelegasian wewenang
bisa berjalan dengan mulus. Pembelajaran alih
pengelolaan perusahaan kepada karyawan sebagai
mitra kerja juga mulai menghasilkan sinergi bisnis yang bagus.
Bambang merasakan betapa dia mendapatkan
anugerah dan kenikmatan yang luar biasa ketika
menerapkan falsafah 2 M (Memberi dan Melayani).
Falsafah tersebut selalu diterapkannya, baik dalam
kehidupan bisnis, keluarga, maupun bermasyarakat.
Dia pun merasakan kenikmatan yang luar biasa dalam berkarya.
Penerapan falsafah memberi dan melayani
dalam berbisnis, dilakukan Bambang dengan
mengelola SDM yang bervisi entrepreneurship. Hal
ini diyakininya akan menjadikan bisnis semakin
mengkilap sepanjang waktu.
Bambang juga selalu berusaha menerapkan
positive feeling dalam setiap jengkal kehidupannya.
Fakta kehidupan pribadi yang Bambang rasakan
juga merupakan wujud positive feeling yang
dijalankan setiap saat, yakni menjadikan relasi
suami-istri dalam kondisi saling memberi dan
melayani, saling menghormati dan saling mendukung
dalam setiap karya pengabdian kepada masyarakat.
Dia menjelaskan bahwa sering kali hanya positive
feeling-lah yang mampu merasakan keindahan serta
keajaiban spirit memberi dan melayani ini.
Positive feeling juga menghasilkan relasi dengan
anak-anak tercinta selalu dalam kondisi yang
menakjubkan. Komunikasi yang terjalin akrab dan
mengalir seperti yang diharapkan menjadikan proses
belajar anak-anak di sekolah dan pembelajaran di
rumah berjalan dengan baik.
Bambang menyadari betapa pentingnya arti
sebuah perjalanan hidup. Bambang percaya bahwa
Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi
kemampuan hamba-Nya. Kesempatan untuk
menjadi manusia yang berguna selalu terbuka
lebar, yakni dengan selalu berdoa dan berusaha
menjadi balk. Sambil belajar mengatasi problem
kehidupan, Bambang justru mencoba merekrut
karyawan dengan berbagai latar belakang stigma
negatif masyarakat, ada pemabuk, penjudi, drop
out sekolah, dan sebagainya.
Ternyata, kinerja yang mereka hasilkan sungguh dahsyat.
Kuncinya dengan memberi mereka
kesempatan dan kepercayaan, serta diperlakukan
sebagal manusia yang bermartabat. Memang
terkadang masih terjadi hal-hal kecil yang menjadi
kebiasaan lama mereka, namun hebatnya justru
rekan sejawat mereka sendiri yang saling
mengingatkan agar kembali ke hal-hal yang balk.
Ada satu nasihat almarhum ayahnya yang
sampal kini masih selalu terngiang di telinga
Bambang “Sing podho rukun,” pesan ayahnya untuk
selalu menjaga kerukunan. Satu kalimat yang begitu
singkat bermakna cukup dalam. Ayahnya pun
memberi contoh tindakan konkret, antara lain
dengan membantu mengatasi masalah keuangan
yang dihadapi adik-adiknya, tulus, dan tanpa
pamrih sedikit pun. Menjadi orangtua asuh
keponakan yang kurang mampu agar dapat
bersekolah, dan mencarikan pekerjaan untuk anak
tetangga yang drop out sekolah dan sebagainya.
Yang membuat Bambang kagum dan terharu
adalah ayahnya bukanlah seorang miliarder. Ayah
Bambang berprofesi sebagai guru pegawai negeri,
yang tidak neko-neko dan jujur. Untuk biaya hidup
sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya pun
sering kali pinjam sana sini untuk menutupi negatif
cash flow-nya.
Ketika anak-anaknya meminta agar keperluan
keluarga sendiri diutamakan dan menunda dulu
urusan membantu orang lain (meskipun masih
keluarga), ayahnya menjawab, orang tersebut
lebih memerlukan dari pada kita, tidak ada salahnya
kita membantu orang lain, bapak juga tahu kita
sedang kesulitan finansial. Percayalah, setiap kali
kita membantu orang lain, Tuhan akan selalu
memberi kemudahan dalam karya-karya kita.
Jawaban dan falsafah hidup ayahnya tersebut
dipakai sebagai way of life Bambang hingga kini.
Falsafah tersebut begitu dahsyat merasuk dalam
sendi-sendi kehidupannya sehingga dalam setiap
langkah bisnis, dia selalu berprinsip memberi dan
melayani.
Saat ini, Bambang masih memiliki beberapa
impian. Di antaranya adalah menghibahkan 40%
saham perusahaan dan menyerahkan pengelolaan
Betiga Klaten kepada koperasi karyawan Betiga
pada 2010. Ketika pensiun pada 23 Desember 2010
nanti, dia menargetkan mempunyai pasif income
lima kali biaya hidup, mempunyai mobil baru Honda
Accord tahun produksi 2010, dan menikmati masa
pensiunnya dengan berwisata ke luar negeri
bersama sang istri tercinta.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
perusahaan, Bambang Triwoko memantapkan diri
terjun dalam dunia entrepreneurship. Walaupun
saat mengundurkan diri pada pertengahan 2002,
bisa dibilang jabatan dan penghasilannya sebagai
karyawan cukup tinggi, namun panggilan jiwanya
untuk menjadi entrepreneur tidak tertahankan lagi.
Setelah lima tahun berbisnis, saat ini Bambang
berhasil mengembangkan kerajaan bisnisnya menjadi
beberapa jenis usaha. Di antaranya adalah Betiga
Klaten, Asrama Putri Betiga, Classy Tent, Refillo
Jakarta, Transtek Trimitra, dan Taman Gondosuli.
Betiga Klaten merupakan sub distributor semua
produk AQUA, Danone, dan sub agen LPG kemasan
12 kg dan Pertamina, dengan wilayah pemasaran
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Betiga Klaten
melayani pembelian grosir maupun eceran dengan
harga yang kompetitif. Semua pembelian produk
diantar sampai lokasi pembeli di seluruh wilayah
Kabupaten Klaten tanpa biaya tambahan alias gratis.
Sementara itu, Asrama Putri Betiga menyediakan
jasa pemondokan khusus putri dengan
kapasitas 43 kamar di 3 lokasi yang saling
berdekatan di daerah Pringwulung, Condong Catur,
Yogyakarta. Lokasi pondokan tersebut cukup
strategis, berjarak cukup dekat dengan Universitas
Atmajaya, Sanata Dharma, UNY, UPN, AKS
Tarakanita, AMPTA, dan perguruan tinggi lainnya.
Setiap kamar sudah dilengkapi dengan tempat tidur,
lemari pakaian, dan meja belajar. Tersedia fasilitas
dapur, ruang tamu, garasi sepeda motor, dan taman.
Sedangkan Classy Tents bergerak di bidang
jasa penyewaan tenda dekorasi di wilayah
Jabodetabek. Jenis-jenis tenda yang tersedia
antara lain tenda flat, tenda canopy, tenda
kerucut, dan tenda hall. Classy Tent juga
menyewakan alas papan, panggung, rigging stage,
air conditioning, sound system, lighting set, florist,
dan mini garden, dan segala keperluan dekorasi
ruangan. Classy Tent didirikan pada 1 April 2003,
dua bulan lebih awal dari Betiga Klaten yang berdiri
pada 2 Juni 2003.
Ownership Classy Tent merupakan gabungan
unik persahabatan di antara partner yang terdiri
dari delapan orang. Setting awal bisnis ini adalah
sebagai wadah mitra bisnis, atau partner agar
selalu dapat bersilaturahmi di masa pensiun,
korporasi ini lebih menitikberatkan pada aspek
ikatan kekelurgaan di antara partner.
Mayoritas partner masih aktif berkarya sebagai
karyawan di perusahaan, dan menduduki jabatan
manajerial sehingga praktis waktu untuk mengelola
bisnis Classy Tent terbatas. Amanah pengelolaan
bisnis diberikan kepada dua orang partner, salah
satunya adalah Bambang.
Laju tumbuh bisnis penyewaan tenda ini cukup
bagus. Perusahaan sudah bisa menghasilkan
keuntungan sejak awal berdiri. Hal ini didukung
faktor tingkat persaingan yang belum begitu tajam.
Ada beberapa hambatan yang dihadapi Bambang
dalam menjalankan bisnis ini. Hambatan
tersebut di antaranya pengambilan keputusan
kebijakan strategis yang kurang cepat, karena
harus mempertahankan aspek persetujuan dan
partner yang lain. Terlebih apabila harus mengambil
keputusan kategori investasi, dampak yang
dirasakan adalah banyaknya peluang yang terlewatkan.
Keterbatasan waktu adalah faktor yang kurang
menguntungkan berikutnya dalam usaha
pengembangan perusahaan. Di samping itu, ada
juga perbedaan corporate culture dan mindset dari
pengelola bisnis.
Meskipun banyak hambatan yang dihadapi, laju
tumbuh Classy Tent boleh dibilang cukup
spektakuler. Total aset menjadi empat kali lipat bila
dibandingkan tahun pertama bisnis ini didirikan. Net
worth yang dihasilkan ternyata juga mengalami
kenaikan rata-rata 20% per tahun. Hebatnya lagi,
akumulasi laba yang dihasilkan selalu digunakan
untuk re-investasi perlengkapan tenda.
Bambang juga membuka bisnis Refillo Jakarta
yang melayani jasa isi ulang tinta printer laser, dan
inkjet di wilayah Jakarta Selatan. Bisnis dalam
bidang ini semuanya telah diserahkan kepada karyawan.
Melalui PT Transtek Trimitra, Bambang
mengepakkan sayap bisnisnya dalam bidang
konstruksi renovasi gedung, jalan dan jembatan,
elektrikal dan mekanikal, pelatihan SDM, dan
sertiflkasi spesialis welding.
Berkolaborasi dengan keluarga, Bambang juga
mendirikan bisnis Taman Gondosuli yang
menyediakan aneka tanaman hias berkualitas,
indoor maupun outdoor. Taman Gondosuli
menyajikan tanaman hias dengan kemasan yang
artistik dan unik yang berlokasi di daerah Klaten.
Setelah menggeluti beberapa bisnis sekaligus
dalam waktu 5 tahun terakhir, tampak benang
merah perbedaan fundamental bisnis yang
berdampak pada laju pertumbuhan korporasi.
Korporasi bisnis distribusi Betiga Klaten dan Real
Estat (asrama putri, rumah sewa) Betiga Yogya,
sebagai flag carrier bisnisnya, kini menunjukkan
laju tumbuh yang signifikan. Korporasi ini 100%
modalnya dimiliki keluarga serta dikelola sendiri
secara langsung, sehingga kecepatan dalam
mengambil keputusan penting dapat dilaksanakan setiap saat.
Terlebih Bambang telah menentukan falsafah
dan budaya bisnis yang pas. Hal ini berdampak pada
akselerasi laju tumbuh perusahaan sehingga roh
bisnis terasa sekali auranya. Setiap kali mengalami
problem bisnis yang serius dapat cepat ‘exit’
bahkan setiap problem tersebut nyaris selalu
menjadi pertanda leverage korporasi, ungkap
Bambang dengan semangat.
Bahkan, untuk menghindari comfort zone bisnis,
Bambang terkadang justru menciptakan
problem positif di perusahaan, misalnya menambah
investasi armada distribusi. Dengan bertambahnya
armada distribusi, otomatis adrenalin dipacu agar
armada tidak mengalami idle capacity.
Untuk Real Estate, problem positif yang diciptakan
berupa renovasi properti yang memerlukan
dana tidak sedikit sehingga kreativitas muncul
dalam mencari sumber pendanaan renovasi. Tentu
saja, Bambang tetap fokus terhadap kepuasan
stakeholders, dan kualitas pelayanan yang selalu
lebih baik. Sering kali kebijakan bisnis tersebut
melanggar kelaziman pakem berbisnis, baik dari sisi
marketing, teknis operasional, finance maupun SDM.
Kadangkala Bambang mengambil kebijakan yang
tidak lazim. Salah satu contohnya adalah
menghibahkan 40% saham perusahaan Betiga
Klaten kepada koperasi karyawan Betiga Klaten
pada 2010. Kebijakan lain yang keluar pakem,
setelah salah satu perusahaan yang akan dijadikan
andalan hidup ternyata bangkrut dan ditutup pada
2003. Bambang mendirikan Betiga Klaten dan
mengambil kebijakan untuk membagikan profit
setiap bulan kepada karyawan, dengan persentase
sama besar dengan persentasenya sebagai pemilik
perusahaan.
Sampai saat ini, Bambang selalu konsisten
dengan kebijakan tersebut, meskipun korporasi sudah
berkembang pesat. Satu hal yang selalu mewarnai
passion Bambang dalam berbisnis adalah selalu
berbisnis dengan hati, selalu bersyukur dan ikhlas
setiap saat. Justru dengan semangat tersebut,
aktivitas operasional bisnis bisa berjalan dengan
optimal. Sistem pendelegasian wewenang
bisa berjalan dengan mulus. Pembelajaran alih
pengelolaan perusahaan kepada karyawan sebagai
mitra kerja juga mulai menghasilkan sinergi bisnis yang bagus.
Bambang merasakan betapa dia mendapatkan
anugerah dan kenikmatan yang luar biasa ketika
menerapkan falsafah 2 M (Memberi dan Melayani).
Falsafah tersebut selalu diterapkannya, baik dalam
kehidupan bisnis, keluarga, maupun bermasyarakat.
Dia pun merasakan kenikmatan yang luar biasa dalam berkarya.
Penerapan falsafah memberi dan melayani
dalam berbisnis, dilakukan Bambang dengan
mengelola SDM yang bervisi entrepreneurship. Hal
ini diyakininya akan menjadikan bisnis semakin
mengkilap sepanjang waktu.
Bambang juga selalu berusaha menerapkan
positive feeling dalam setiap jengkal kehidupannya.
Fakta kehidupan pribadi yang Bambang rasakan
juga merupakan wujud positive feeling yang
dijalankan setiap saat, yakni menjadikan relasi
suami-istri dalam kondisi saling memberi dan
melayani, saling menghormati dan saling mendukung
dalam setiap karya pengabdian kepada masyarakat.
Dia menjelaskan bahwa sering kali hanya positive
feeling-lah yang mampu merasakan keindahan serta
keajaiban spirit memberi dan melayani ini.
Positive feeling juga menghasilkan relasi dengan
anak-anak tercinta selalu dalam kondisi yang
menakjubkan. Komunikasi yang terjalin akrab dan
mengalir seperti yang diharapkan menjadikan proses
belajar anak-anak di sekolah dan pembelajaran di
rumah berjalan dengan baik.
Bambang menyadari betapa pentingnya arti
sebuah perjalanan hidup. Bambang percaya bahwa
Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi
kemampuan hamba-Nya. Kesempatan untuk
menjadi manusia yang berguna selalu terbuka
lebar, yakni dengan selalu berdoa dan berusaha
menjadi balk. Sambil belajar mengatasi problem
kehidupan, Bambang justru mencoba merekrut
karyawan dengan berbagai latar belakang stigma
negatif masyarakat, ada pemabuk, penjudi, drop
out sekolah, dan sebagainya.
Ternyata, kinerja yang mereka hasilkan sungguh dahsyat.
Kuncinya dengan memberi mereka
kesempatan dan kepercayaan, serta diperlakukan
sebagal manusia yang bermartabat. Memang
terkadang masih terjadi hal-hal kecil yang menjadi
kebiasaan lama mereka, namun hebatnya justru
rekan sejawat mereka sendiri yang saling
mengingatkan agar kembali ke hal-hal yang balk.
Ada satu nasihat almarhum ayahnya yang
sampal kini masih selalu terngiang di telinga
Bambang “Sing podho rukun,” pesan ayahnya untuk
selalu menjaga kerukunan. Satu kalimat yang begitu
singkat bermakna cukup dalam. Ayahnya pun
memberi contoh tindakan konkret, antara lain
dengan membantu mengatasi masalah keuangan
yang dihadapi adik-adiknya, tulus, dan tanpa
pamrih sedikit pun. Menjadi orangtua asuh
keponakan yang kurang mampu agar dapat
bersekolah, dan mencarikan pekerjaan untuk anak
tetangga yang drop out sekolah dan sebagainya.
Yang membuat Bambang kagum dan terharu
adalah ayahnya bukanlah seorang miliarder. Ayah
Bambang berprofesi sebagai guru pegawai negeri,
yang tidak neko-neko dan jujur. Untuk biaya hidup
sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya pun
sering kali pinjam sana sini untuk menutupi negatif
cash flow-nya.
Ketika anak-anaknya meminta agar keperluan
keluarga sendiri diutamakan dan menunda dulu
urusan membantu orang lain (meskipun masih
keluarga), ayahnya menjawab, orang tersebut
lebih memerlukan dari pada kita, tidak ada salahnya
kita membantu orang lain, bapak juga tahu kita
sedang kesulitan finansial. Percayalah, setiap kali
kita membantu orang lain, Tuhan akan selalu
memberi kemudahan dalam karya-karya kita.
Jawaban dan falsafah hidup ayahnya tersebut
dipakai sebagai way of life Bambang hingga kini.
Falsafah tersebut begitu dahsyat merasuk dalam
sendi-sendi kehidupannya sehingga dalam setiap
langkah bisnis, dia selalu berprinsip memberi dan
melayani.
Saat ini, Bambang masih memiliki beberapa
impian. Di antaranya adalah menghibahkan 40%
saham perusahaan dan menyerahkan pengelolaan
Betiga Klaten kepada koperasi karyawan Betiga
pada 2010. Ketika pensiun pada 23 Desember 2010
nanti, dia menargetkan mempunyai pasif income
lima kali biaya hidup, mempunyai mobil baru Honda
Accord tahun produksi 2010, dan menikmati masa
pensiunnya dengan berwisata ke luar negeri
bersama sang istri tercinta.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
Wednesday, February 13, 2013
Stanly, Anak Petani yang Kini Jadi Bos Bengkel dan Onderdil Mobil Beromzet Milyaran
Memulai suatu usaha tidaklah
gampang, tapi juga tidak mustahil
untuk sukses. Asal ada tekad dan
kemauan kuat, pasti suatu saat akan
berhasil. Stanly Erungan (40 tahun),
seorang anak petani dari Manado
membuktikan hal itu.
Kini, Stanly sukses menjadi
pengusaha bengkel mobil dengan
omzet di atas Rp 1 miliar per bulan.
Tekad menjadi pengusaha sudah
muncul saat ia masih bekerja di
sejumlah perusahaan besar, seperti
Astra.
Stanly sudah bekerja di Astra sejak
lulus dari Universitas Padjajaran
(Unpad) Bandung tahun 1996. Di
Unpad, ia mengambil jurusan
komputer, khususnya bidang
informasi teknologi.
Lama bekerja di Astra, anak ketiga
dari empat bersaudara ini sudah
menduduki posisi penting di
perusahaan itu. Namun, tekadnya
yang kuat untuk menjadi
pengusaha, tidak menghalangi
niatnya untuk terjun ke dunia
bisnis.
"Sejak dulu, saya sudah
menargetkan bahwa pada usia
menjelang 40 tahun harus
mendirikan usaha sendiri," katanya.
Begitu keluar dari Astra pada 2001,
Stanly tidak langsung terjun ke
dunia bisnis dan mendirikan usaha
sendiri. Saat itu, ia sempat
bergabung dulu di salah satu
perusahaan oli di Jakarta.
Di perusahaan ini, ayah dua anak
ini semakin memiliki jaringan yang
kuat di dunia otomotif. Saat itu, ia
rutin memasok oli ke sejumlah
pengusaha truk, bus, dan kendaraan
lainnya. "Saya akhirnya memiliki
banyak kenalan," kata suami dari
Maria Natalia ini.
Bermodal jaringan itu, pada 2008,
Stanly lantas memilih keluar dari
perusahaan oli dan fokus mengelola
bengkel mobil di bawah bendera
usaha PT Mitra Jaya Agung Motor
yang bermarkas di Cikokol,
Tangerang, Banten.
Stanly mengembangkan usaha
bengkel ini dengan merek Mitra
Service Car (MSC). Bisnis bengkel
sebenarnya sudah dirintis sejak
tahun 2007, saat ia masih di
perusahaan oli. "Namun, saat itu
yang saya dirikan usaha bengkel
motor," ujarnya.
Setelah dua tahun berjalan, bengkel
motor itu kemudian dijualnya pada
2009. Setelah itu, ia fokus
membesarkan usaha bengkel mobil
miliknya. Selain bengkel, ia juga
menyediakan aneka onderdil mobil
dengan merek sendiri, yakni AQ
Genuine.
"Saya beri nama AQ yang artinya
kualitas nomor satu," ujarnya.
Onderdil yang dipasarkannya
kebanyakan khusus buat bus dan
truk. Di bisnis ini, ia juga
memberikan layanan perawatan
onderdil.
Dengan begitu, pelanggan tidak lagi
pusing jika butuh perawatan dan
penggantian onderdil
kendaraannya. Berkat usahanya ini,
Stanly bisa meraup omzet di atas Rp
1 miliar per bulan.
Selain menjual onderdil dengan
merek sendiri, Stanly juga
mengimpor onderdil kendaraan lain
yang umumnya berasal dari Eropa.
Setelah merasa mantap dengan
perkembangan usahanya, pada
tahun 2012, ia resmi membuka
peluang usaha waralaba. Saat ini, ia
telah memiliki enam gerai MSC, dan
lima di antaranya milik
terwaralaba.
Sebelum sukses membesarkan
usaha bengkel mobil dengan merek
Mitra Service Car, Stanly Erungan
pernah bekerja di sejumlah
perusahaan besar.
Salah satunya di Grup Astra. Di
perusahaan ini, Stanly pernah
menangani bagian penjualan. Lepas
dari Astra, ia kemudian bergabung
di sebuah perusahaan oli terkemuka
di Jakarta.
Di perusahaan oli ini, Stanly
menjabat sebagai manajer
pengembangan bisnis. Di posisi ini,
ia bertanggung jawab, mulai
rekrutmen karyawan baru sampai
presentasi kondisi perusahaan.
Bahkan, ia juga diserahi tugas
menarik pelanggan.
Ia pun kerap memasok oli ke
sejumlah perusahaan besar,
khususnya pengelola bus, travel,
dan truk. Dengan pekerjaan itu,
relasi yang dimiliknya di sektor
otomotif semakin kuat.
Pengalaman itu membuat wawasan
dunia pemasarannya semakin luas.
Kendati menempati posisi penting,
keinginan yang kuat untuk memiliki
usaha sendiri mendorong Stanly
untuk mengundurkan diri dari
perusahaan itu.
Pada 2008, Stanly mulai merintis
usaha bengkel dan onderdil mobil.
Berbekal pengalaman kerja di
perusahaan terkemuka, tekadnya
untuk membesarkan usaha sendiri
semakin kuat.
Bisnis bengkel mobil ini merupakan
kelanjutan dari bisnis bengkel
motor yang sudah dirintisnya sejak
2007. Namun, karena prospeknya
kurang bagus, pada 2009, ia
menjual bengkel motor itu. Sejak
itu, ia fokus membesarkan usaha
bengkel mobil. Kini, omzetnya
sudah lebih dari Rp 1 miliar per
bulan.
Saat awal merintis usaha, Stanly
langsung mendekati relasi-relasi
yang dimilikinya, seperti pengelola
bus, travel, dan truk untuk diajak
bekerjasama. Dengan pengalaman
dan latar belakang yang dimilikinya,
tak sulit bagi Stanly untuk
meyakinkan para relasinya itu.
Mirip dengan yang dilakukannya
saat masih bekerja di perusahaan
oli, Stanly pun memasok aneka
onderdil sekaligus jasa
perawatannya ke sejumlah pool bus,
travel, dan truk milik pelanggannya.
Ketika pelanggan membutuhkan
onderdil tertentu, ia tinggal
mengambil barang milik Stanly yang
sudah ditaruh di tempat mereka.
Cara ini termasuk efektif dan efisien
ketimbang baru menyediakan
onderdil ketika pelanggan
membutuhkannya.
Setiap bulan, konsumen tinggal
membayar pemakaian onderdil itu.
Stanly juga menyediakan jasa servis
di setiap pool milik pelanggan.
"Jadi, mulai proses penyediaan
onderdil sampai servis, kami
menyediakan semua," kata Stanly.
Stanly bilang, kunci sukses strategi
pemasaran ini terletak pada
kreativitas yang dikembangkan
terus menerus. Tanpa kreativitas
pemasaran, pelayanan prima, dan
didukung oleh produk berkualitas,
bisnis sulit berkembang.
Selain itu, untuk menjaga kepuasan
pelanggan, Stanly membuat sistem
layanan servis secara online di
setiap bengkelnya.
Dengan cara ini, ia bisa memantau
seluruh proses perawatan
kendaraan di setiap bengkel
miliknya, mulai pada proses
pengecekan jumlah kendaraan yang
sedang diperbaiki, kinerja montir,
hingga harga yang harus dibayar
konsumen.
Kendati telah sukses membesut
usaha bengkel dan onderdil mobil
di bawah bendera Mitra Service Car
(MSC), insting dan naluri bisnis
Stanly Erungan tidak juga surut.
Terbukti, ia masih terus ekspansi
dengan merambah bisnis baru.
Tahun lalu, misalnya, Stanly
merintis usaha rental atau
penyewaan mobil. Bisnis rental
mobil ini memang masih skala kecil
karena ia baru mengoperasikan tiga
unit mobil.
Ke depan, Stanly bertekad terus
menambah armada mobilnya ini.
Kendati masih fokus membesarkan
bisnis rental mobil, dia mengaku
masih akan melanjutkan ekspansi
dengan merambah sektor-sektor
lain yang menjanjikan peluang dan
keuntungan.
Salah satu yang diliriknya adalah
bisnis jasa ekspedisi pengiriman
barang. Ia berencana mendirikan
usaha ekspedisi tahun ini juga.
Salah satu alasannya masuk bisnis
ini adalah keinginan untuk
melancarkan proses pengiriman
logistik dari perusahaan onderdil
miliknya.
Selama ini, ia kerap kesulitan
melakukan pengiriman barang,
terutama pada malam hari atau
pada saat musim liburan. Berangkat
dari kesulitan itu, ia melihat
peluang di bisnis ekspedisi.
Stanly menargetkan, perusahaan
ekspedisi tersebut sudah berdiri
paling lambat akhir tahun 2013.
Soal perkiraan biaya investasi, ia
mengaku masih menghitungnya.
"Tapi, kami perkirakan butuh modal
kurang lebih Rp 50 miliar untuk
membangun perusahaan logistik
ini," ujarnya. Lantaran butuh biaya
besar, Stanly tidak akan merintis
usaha ini sendirian.
Ia sudah menggandeng sebuah
perusahaan yang akan mendanai
seluruh kebutuhan pendirian
perusahaan tersebut. Stanly sendiri
bakal menjadi pengelola bisnis
tersebut. "Jadi, investor yang akan
masuk hanya menyertakan modal,"
ujarnya.
Stanly akan mengembangkan usaha
ini menjadi terintegrasi dengan
bisnis onderdil dan bengkel
miliknya. Dengan adanya
perusahaan ekspedisi, ia bisa
leluasa melayani pesanan pelanggan
dan mitranya di sejumlah wilayah.
Dalam mengelola usaha ini, Stanly
juga akan membuka layanan selama
24 jam penuh, bahkan tidak ada
hari libur dalam setahun.
Strategi ini diharapkan bisa
memuaskan seluruh pelanggannya,
baik pengguna jasa ekspedisi
maupun konsumen pengguna
onderdil dan bengkelnya. "Dengan
demikian, kami bisa memberikan
pelayanan lebih kepada pelanggan,"
ujarnya.
Stanly optimistis, seluruh unit
usahanya ini kelak akan menjadi
besar dan saling terintegrasi satu
sama lain. Kendati berencana
merambah bisnis lain, Stanly tetap
berambisi membesarkan bisnis
bengkel dan onderdil mobilnya.
Di bisnis ini, ia berharap jaringan
bengkel MSC bisa merambah
pelbagai kota di Indonesia. Selain
lewat jalur waralaba atau
kemitraan, ia juga bakal
mengembangkan usaha bengkelnya
dengan menggandeng pemerintah
daerah.
"Kami akan menawarkan jasa
perawatan dan penjualan onderdil
untuk kebutuhan kendaraan dinas di
daerah -daerah," bebernya.
Lewat kerjasama itu, Stanly
menjamin banyak manfaat yang
didapat pemerintah. Salah satunya
dapat menekan anggaran biaya
pemeliharaan mobil dinas.
Dengan sistem online yang
dikembangkannya, setiap
pemerintah daerah yang
menggunakan jasa bengkelnya bisa
memantau seluruh proses
perawatan kendaraan dinas.
Dengan begitu, setiap bagian
administrasi daerah bisa
mengetahui berapa jumlah
anggaran dan pengeluaran bulanan
buat perawatan kendaraan dinas,
sekaligus mengendalikannya.
(Noverius Laoli)
sumber: http://mobile.kontan.co.id/news/setelah-bengkel-stanly-garap-bisnis-ekspedisi-3/2013/01/16
gampang, tapi juga tidak mustahil
untuk sukses. Asal ada tekad dan
kemauan kuat, pasti suatu saat akan
berhasil. Stanly Erungan (40 tahun),
seorang anak petani dari Manado
membuktikan hal itu.
Kini, Stanly sukses menjadi
pengusaha bengkel mobil dengan
omzet di atas Rp 1 miliar per bulan.
Tekad menjadi pengusaha sudah
muncul saat ia masih bekerja di
sejumlah perusahaan besar, seperti
Astra.
Stanly sudah bekerja di Astra sejak
lulus dari Universitas Padjajaran
(Unpad) Bandung tahun 1996. Di
Unpad, ia mengambil jurusan
komputer, khususnya bidang
informasi teknologi.
Lama bekerja di Astra, anak ketiga
dari empat bersaudara ini sudah
menduduki posisi penting di
perusahaan itu. Namun, tekadnya
yang kuat untuk menjadi
pengusaha, tidak menghalangi
niatnya untuk terjun ke dunia
bisnis.
"Sejak dulu, saya sudah
menargetkan bahwa pada usia
menjelang 40 tahun harus
mendirikan usaha sendiri," katanya.
Begitu keluar dari Astra pada 2001,
Stanly tidak langsung terjun ke
dunia bisnis dan mendirikan usaha
sendiri. Saat itu, ia sempat
bergabung dulu di salah satu
perusahaan oli di Jakarta.
Di perusahaan ini, ayah dua anak
ini semakin memiliki jaringan yang
kuat di dunia otomotif. Saat itu, ia
rutin memasok oli ke sejumlah
pengusaha truk, bus, dan kendaraan
lainnya. "Saya akhirnya memiliki
banyak kenalan," kata suami dari
Maria Natalia ini.
Bermodal jaringan itu, pada 2008,
Stanly lantas memilih keluar dari
perusahaan oli dan fokus mengelola
bengkel mobil di bawah bendera
usaha PT Mitra Jaya Agung Motor
yang bermarkas di Cikokol,
Tangerang, Banten.
Stanly mengembangkan usaha
bengkel ini dengan merek Mitra
Service Car (MSC). Bisnis bengkel
sebenarnya sudah dirintis sejak
tahun 2007, saat ia masih di
perusahaan oli. "Namun, saat itu
yang saya dirikan usaha bengkel
motor," ujarnya.
Setelah dua tahun berjalan, bengkel
motor itu kemudian dijualnya pada
2009. Setelah itu, ia fokus
membesarkan usaha bengkel mobil
miliknya. Selain bengkel, ia juga
menyediakan aneka onderdil mobil
dengan merek sendiri, yakni AQ
Genuine.
"Saya beri nama AQ yang artinya
kualitas nomor satu," ujarnya.
Onderdil yang dipasarkannya
kebanyakan khusus buat bus dan
truk. Di bisnis ini, ia juga
memberikan layanan perawatan
onderdil.
Dengan begitu, pelanggan tidak lagi
pusing jika butuh perawatan dan
penggantian onderdil
kendaraannya. Berkat usahanya ini,
Stanly bisa meraup omzet di atas Rp
1 miliar per bulan.
Selain menjual onderdil dengan
merek sendiri, Stanly juga
mengimpor onderdil kendaraan lain
yang umumnya berasal dari Eropa.
Setelah merasa mantap dengan
perkembangan usahanya, pada
tahun 2012, ia resmi membuka
peluang usaha waralaba. Saat ini, ia
telah memiliki enam gerai MSC, dan
lima di antaranya milik
terwaralaba.
Sebelum sukses membesarkan
usaha bengkel mobil dengan merek
Mitra Service Car, Stanly Erungan
pernah bekerja di sejumlah
perusahaan besar.
Salah satunya di Grup Astra. Di
perusahaan ini, Stanly pernah
menangani bagian penjualan. Lepas
dari Astra, ia kemudian bergabung
di sebuah perusahaan oli terkemuka
di Jakarta.
Di perusahaan oli ini, Stanly
menjabat sebagai manajer
pengembangan bisnis. Di posisi ini,
ia bertanggung jawab, mulai
rekrutmen karyawan baru sampai
presentasi kondisi perusahaan.
Bahkan, ia juga diserahi tugas
menarik pelanggan.
Ia pun kerap memasok oli ke
sejumlah perusahaan besar,
khususnya pengelola bus, travel,
dan truk. Dengan pekerjaan itu,
relasi yang dimiliknya di sektor
otomotif semakin kuat.
Pengalaman itu membuat wawasan
dunia pemasarannya semakin luas.
Kendati menempati posisi penting,
keinginan yang kuat untuk memiliki
usaha sendiri mendorong Stanly
untuk mengundurkan diri dari
perusahaan itu.
Pada 2008, Stanly mulai merintis
usaha bengkel dan onderdil mobil.
Berbekal pengalaman kerja di
perusahaan terkemuka, tekadnya
untuk membesarkan usaha sendiri
semakin kuat.
Bisnis bengkel mobil ini merupakan
kelanjutan dari bisnis bengkel
motor yang sudah dirintisnya sejak
2007. Namun, karena prospeknya
kurang bagus, pada 2009, ia
menjual bengkel motor itu. Sejak
itu, ia fokus membesarkan usaha
bengkel mobil. Kini, omzetnya
sudah lebih dari Rp 1 miliar per
bulan.
Saat awal merintis usaha, Stanly
langsung mendekati relasi-relasi
yang dimilikinya, seperti pengelola
bus, travel, dan truk untuk diajak
bekerjasama. Dengan pengalaman
dan latar belakang yang dimilikinya,
tak sulit bagi Stanly untuk
meyakinkan para relasinya itu.
Mirip dengan yang dilakukannya
saat masih bekerja di perusahaan
oli, Stanly pun memasok aneka
onderdil sekaligus jasa
perawatannya ke sejumlah pool bus,
travel, dan truk milik pelanggannya.
Ketika pelanggan membutuhkan
onderdil tertentu, ia tinggal
mengambil barang milik Stanly yang
sudah ditaruh di tempat mereka.
Cara ini termasuk efektif dan efisien
ketimbang baru menyediakan
onderdil ketika pelanggan
membutuhkannya.
Setiap bulan, konsumen tinggal
membayar pemakaian onderdil itu.
Stanly juga menyediakan jasa servis
di setiap pool milik pelanggan.
"Jadi, mulai proses penyediaan
onderdil sampai servis, kami
menyediakan semua," kata Stanly.
Stanly bilang, kunci sukses strategi
pemasaran ini terletak pada
kreativitas yang dikembangkan
terus menerus. Tanpa kreativitas
pemasaran, pelayanan prima, dan
didukung oleh produk berkualitas,
bisnis sulit berkembang.
Selain itu, untuk menjaga kepuasan
pelanggan, Stanly membuat sistem
layanan servis secara online di
setiap bengkelnya.
Dengan cara ini, ia bisa memantau
seluruh proses perawatan
kendaraan di setiap bengkel
miliknya, mulai pada proses
pengecekan jumlah kendaraan yang
sedang diperbaiki, kinerja montir,
hingga harga yang harus dibayar
konsumen.
Kendati telah sukses membesut
usaha bengkel dan onderdil mobil
di bawah bendera Mitra Service Car
(MSC), insting dan naluri bisnis
Stanly Erungan tidak juga surut.
Terbukti, ia masih terus ekspansi
dengan merambah bisnis baru.
Tahun lalu, misalnya, Stanly
merintis usaha rental atau
penyewaan mobil. Bisnis rental
mobil ini memang masih skala kecil
karena ia baru mengoperasikan tiga
unit mobil.
Ke depan, Stanly bertekad terus
menambah armada mobilnya ini.
Kendati masih fokus membesarkan
bisnis rental mobil, dia mengaku
masih akan melanjutkan ekspansi
dengan merambah sektor-sektor
lain yang menjanjikan peluang dan
keuntungan.
Salah satu yang diliriknya adalah
bisnis jasa ekspedisi pengiriman
barang. Ia berencana mendirikan
usaha ekspedisi tahun ini juga.
Salah satu alasannya masuk bisnis
ini adalah keinginan untuk
melancarkan proses pengiriman
logistik dari perusahaan onderdil
miliknya.
Selama ini, ia kerap kesulitan
melakukan pengiriman barang,
terutama pada malam hari atau
pada saat musim liburan. Berangkat
dari kesulitan itu, ia melihat
peluang di bisnis ekspedisi.
Stanly menargetkan, perusahaan
ekspedisi tersebut sudah berdiri
paling lambat akhir tahun 2013.
Soal perkiraan biaya investasi, ia
mengaku masih menghitungnya.
"Tapi, kami perkirakan butuh modal
kurang lebih Rp 50 miliar untuk
membangun perusahaan logistik
ini," ujarnya. Lantaran butuh biaya
besar, Stanly tidak akan merintis
usaha ini sendirian.
Ia sudah menggandeng sebuah
perusahaan yang akan mendanai
seluruh kebutuhan pendirian
perusahaan tersebut. Stanly sendiri
bakal menjadi pengelola bisnis
tersebut. "Jadi, investor yang akan
masuk hanya menyertakan modal,"
ujarnya.
Stanly akan mengembangkan usaha
ini menjadi terintegrasi dengan
bisnis onderdil dan bengkel
miliknya. Dengan adanya
perusahaan ekspedisi, ia bisa
leluasa melayani pesanan pelanggan
dan mitranya di sejumlah wilayah.
Dalam mengelola usaha ini, Stanly
juga akan membuka layanan selama
24 jam penuh, bahkan tidak ada
hari libur dalam setahun.
Strategi ini diharapkan bisa
memuaskan seluruh pelanggannya,
baik pengguna jasa ekspedisi
maupun konsumen pengguna
onderdil dan bengkelnya. "Dengan
demikian, kami bisa memberikan
pelayanan lebih kepada pelanggan,"
ujarnya.
Stanly optimistis, seluruh unit
usahanya ini kelak akan menjadi
besar dan saling terintegrasi satu
sama lain. Kendati berencana
merambah bisnis lain, Stanly tetap
berambisi membesarkan bisnis
bengkel dan onderdil mobilnya.
Di bisnis ini, ia berharap jaringan
bengkel MSC bisa merambah
pelbagai kota di Indonesia. Selain
lewat jalur waralaba atau
kemitraan, ia juga bakal
mengembangkan usaha bengkelnya
dengan menggandeng pemerintah
daerah.
"Kami akan menawarkan jasa
perawatan dan penjualan onderdil
untuk kebutuhan kendaraan dinas di
daerah -daerah," bebernya.
Lewat kerjasama itu, Stanly
menjamin banyak manfaat yang
didapat pemerintah. Salah satunya
dapat menekan anggaran biaya
pemeliharaan mobil dinas.
Dengan sistem online yang
dikembangkannya, setiap
pemerintah daerah yang
menggunakan jasa bengkelnya bisa
memantau seluruh proses
perawatan kendaraan dinas.
Dengan begitu, setiap bagian
administrasi daerah bisa
mengetahui berapa jumlah
anggaran dan pengeluaran bulanan
buat perawatan kendaraan dinas,
sekaligus mengendalikannya.
(Noverius Laoli)
sumber: http://mobile.kontan.co.id/news/setelah-bengkel-stanly-garap-bisnis-ekspedisi-3/2013/01/16
Kategori:
Jasa
Tuesday, September 18, 2012
Aryanto, Dulu Loper Koran Kini Bos Rental Mobil Mewah
Kerasnya hidup sering menjadi motor
penggerak seseorang untuk mencapai
keberhasilan atau kehidupan yang
lebih baik. Seperti yang dialami
Aryanto Mangundiharjo. Kerasnya
kehidupan di jalanan membawanya
menuai keberhasilan.
Lahir dari keluarga berada tak
menjamin orang bisa sukses. Tapi,
Aryanto Mangundiharjo membuktikan
bahwa kerja keras dan pengalaman
jatuh bangun merupakan faktor yang
membuatnya sukses walau berasal
dari keluarga berada. Berkat keuletan
dan belajar dari kegagalan,
ia sukses menjadi pemain rental mobil
mewah dengan bendera The Jakarta
Limousine.
Saat ini The Jakarta Limousine mampu
menghasilkan omzet Rp 300 juta
hingga Rp 400 juta per bulan. Selain
beberapa hotel bintang lima, Jakarta
Limousine juga menjadi rekanan
beberapa kedutaan besar seperti
Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan
China. Ada juga kerja sama dengan
BRI dan Bank Indonesia.
Beberapa artis mancanegara seperti
Super Junior, Rihanna, dan Justine
Bieber pernah menggunakan jasa
perusahaan Aryanto. “Selain rental
langsung, saya memasok mobil ke
rental-rental mobil mewah ternama,”
katanya.
Saat ini, ia memang baru
memiliki 16 unit mobil mewah
bermerek Toyota Alphard, Fortuner,
dan Mercedes Benz E Class. Khusus
mobil limousine, biasanya dia
mendapat pinjaman dari orang kaya.
Lahir dari keluarga berada, ayah
Aryanto adalah pengusaha sewa-
menyewa alat berat. Adapun ibunya
seorang pemasok bahan kue di
beberapa pengusaha kue. Tapi, saat
kecil, ia lebih suka bermain dengan
anak-anak loper koran meski sering
dimarahi orang tuanya.
Ternyata pergaulan dengan loper
koran memberi makna lain dalam
kehidupan Aryanto. “Ada
permasalahan keluarga yang
membuat saya kabur dari rumah.
Saya hidup di jalanan dan menjadi
loper koran,” kenang lelaki kelahiran
Jakarta, 14 Mei 1976 ini.
Tak cuma itu, setelah sang ayah
meninggal, ekonomi keluarganya
guncang. Aryanto juga terpaksa
meninggalkan bangku sekolah. “Saat
itu saya sukses menjadi loper berkat
pager. Di antara lipatan koran, saya
selipkan nomor pager saya. Dari situ,
pelanggan bertambah banyak,”
kenangnya.
Dari jerih payahnya itu, Aryanto
berhasil menyewa rumah dan
mengikuti pendidikan kejar paket.
“Karena bosan, usaha loper saya
berikan ke adik. Saya memilih menjadi
satpam,” katanya. Di saat menjadi
satpam, dia belajar menyetir.
Akhirnya, dia berani bekerja sebagai
sopir di perusahaan air minum.
Selanjutnya, ia pindah ke perusahaan
Jepang. Karena kerusuhan tahun
1998, perusahaan Jepang itu bubar. Ia
menjadi sopir taksi di Blue Bird, lantas
hijrah ke Bali menjadi supir taksi
eksklusif.
Di Pulau Dewata, selain sebagai sopir
taksi eksklusif, Aryanto mendapat
tambahan penghasilan sebagai calo
mobil sewaan. Dari situ, dia belajar
soal bisnis penyewaan mobil.
Peristiwa Bom Bali tahun 2002
membuatnya keluar dari pekerjaan
dan kembali ke Jakarta dengan uang
pesangon sebesar Rp 3 juta. Pada saat
yang sama, usaha distributor koran
yang dikelola sang adik juga bangkrut.
Bermodal pesangon itu, Aryanto
memberanikan diri membuka usaha
rental mobil. “Saya tidak punya mobil,
cuma modal nomor telepon. Kalau
ada order, saya akan cari rental lain,”
katanya. Ia mendapat order dari
perusahaan obat nyamuk yang
menyewa 18 mobil untuk kegiatan di
10 kota selama 3 bulan. Dari order ini,
ia mampu membeli mobil Kijang.
Order besar datang lagi dari
perusahaan telepon seluler yang
meminta 40 unit mobil dengan
dibiayai oleh bank. “Saya tidak puas
begitu saja dengan bisnis rental ini.
Saya coba menjadi kontraktor,”
kenangnya. Sayang, baru menggarap
satu proyek di Belitung, Aryanto sudah
kena tipu sebesar Rp 1,4 miliar.
Sementara itu, karena ulah karyawan
yang nakal, 40 unit mobil sewaannya
digelapkan penyewa.
Bangkit dari bangkrut
Utang bank yang menumpuk hingga
menyebabkan rumah Aryanto disita.
Uang hasil penjualan tanah yang
dikelola sang istri lenyap karena kena
tipu penjual valas. Tahun 2004, ia
bangkrut dan terpaksa tinggal di
rumah mertua.
Setahun lebih, Aryanto terpuruk. Pada
pertengahan tahun 2006, dia
mendapat pinjaman Rp 25 juta dari
seorang teman. Bermodal itu, dia
merintis usaha penyewaan mobil lagi
tanpa kendaraan sendiri. Ia
memanfaatkan mobil dari jasa
penyewaan lain.
Suatu saat, dari pelanggannya yang
warga negara asing, Aryanto
mendengar keluhan soal susahnya
mencari rental mobil mewah di
Jakarta. Dari situ, ia tertarik menjajal
bisnis ini. Dia mencari kenalan yang
mau menyewakan mobil mewahnya.
“Banyak yang mau, sebab untuk kelas
Alphard saja, tarif sewa per 12 jam Rp
3 juta. Saya dapat komisi 50 persen,”
katanya. Aryanto lantas fokus
menggarap penyewaan mobil mewah
meski tanpa modal mobil sendiri.
Aryanto akhirnya mendapat order 16
unit mobil mewah dengan masa sewa
10 hari sekaligus. Dalam jangka waktu
itu, ia mengantongi untung Rp 270
juta. “Saya langsung beli rumah dan
mobil Alphard. Dari modal itu, usaha
saya terus bergulir dan kini saya
memiliki 16 mobil mewah,” katanya. (Fransiska Firlana/
Kontan)
sumber: http://m.kompas.com/news/read/2012/08/29/09291773/Aryanto.Dulu.Loper.Koran
penggerak seseorang untuk mencapai
keberhasilan atau kehidupan yang
lebih baik. Seperti yang dialami
Aryanto Mangundiharjo. Kerasnya
kehidupan di jalanan membawanya
menuai keberhasilan.
Lahir dari keluarga berada tak
menjamin orang bisa sukses. Tapi,
Aryanto Mangundiharjo membuktikan
bahwa kerja keras dan pengalaman
jatuh bangun merupakan faktor yang
membuatnya sukses walau berasal
dari keluarga berada. Berkat keuletan
dan belajar dari kegagalan,
ia sukses menjadi pemain rental mobil
mewah dengan bendera The Jakarta
Limousine.
Saat ini The Jakarta Limousine mampu
menghasilkan omzet Rp 300 juta
hingga Rp 400 juta per bulan. Selain
beberapa hotel bintang lima, Jakarta
Limousine juga menjadi rekanan
beberapa kedutaan besar seperti
Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan
China. Ada juga kerja sama dengan
BRI dan Bank Indonesia.
Beberapa artis mancanegara seperti
Super Junior, Rihanna, dan Justine
Bieber pernah menggunakan jasa
perusahaan Aryanto. “Selain rental
langsung, saya memasok mobil ke
rental-rental mobil mewah ternama,”
katanya.
Saat ini, ia memang baru
memiliki 16 unit mobil mewah
bermerek Toyota Alphard, Fortuner,
dan Mercedes Benz E Class. Khusus
mobil limousine, biasanya dia
mendapat pinjaman dari orang kaya.
Lahir dari keluarga berada, ayah
Aryanto adalah pengusaha sewa-
menyewa alat berat. Adapun ibunya
seorang pemasok bahan kue di
beberapa pengusaha kue. Tapi, saat
kecil, ia lebih suka bermain dengan
anak-anak loper koran meski sering
dimarahi orang tuanya.
Ternyata pergaulan dengan loper
koran memberi makna lain dalam
kehidupan Aryanto. “Ada
permasalahan keluarga yang
membuat saya kabur dari rumah.
Saya hidup di jalanan dan menjadi
loper koran,” kenang lelaki kelahiran
Jakarta, 14 Mei 1976 ini.
Tak cuma itu, setelah sang ayah
meninggal, ekonomi keluarganya
guncang. Aryanto juga terpaksa
meninggalkan bangku sekolah. “Saat
itu saya sukses menjadi loper berkat
pager. Di antara lipatan koran, saya
selipkan nomor pager saya. Dari situ,
pelanggan bertambah banyak,”
kenangnya.
Dari jerih payahnya itu, Aryanto
berhasil menyewa rumah dan
mengikuti pendidikan kejar paket.
“Karena bosan, usaha loper saya
berikan ke adik. Saya memilih menjadi
satpam,” katanya. Di saat menjadi
satpam, dia belajar menyetir.
Akhirnya, dia berani bekerja sebagai
sopir di perusahaan air minum.
Selanjutnya, ia pindah ke perusahaan
Jepang. Karena kerusuhan tahun
1998, perusahaan Jepang itu bubar. Ia
menjadi sopir taksi di Blue Bird, lantas
hijrah ke Bali menjadi supir taksi
eksklusif.
Di Pulau Dewata, selain sebagai sopir
taksi eksklusif, Aryanto mendapat
tambahan penghasilan sebagai calo
mobil sewaan. Dari situ, dia belajar
soal bisnis penyewaan mobil.
Peristiwa Bom Bali tahun 2002
membuatnya keluar dari pekerjaan
dan kembali ke Jakarta dengan uang
pesangon sebesar Rp 3 juta. Pada saat
yang sama, usaha distributor koran
yang dikelola sang adik juga bangkrut.
Bermodal pesangon itu, Aryanto
memberanikan diri membuka usaha
rental mobil. “Saya tidak punya mobil,
cuma modal nomor telepon. Kalau
ada order, saya akan cari rental lain,”
katanya. Ia mendapat order dari
perusahaan obat nyamuk yang
menyewa 18 mobil untuk kegiatan di
10 kota selama 3 bulan. Dari order ini,
ia mampu membeli mobil Kijang.
Order besar datang lagi dari
perusahaan telepon seluler yang
meminta 40 unit mobil dengan
dibiayai oleh bank. “Saya tidak puas
begitu saja dengan bisnis rental ini.
Saya coba menjadi kontraktor,”
kenangnya. Sayang, baru menggarap
satu proyek di Belitung, Aryanto sudah
kena tipu sebesar Rp 1,4 miliar.
Sementara itu, karena ulah karyawan
yang nakal, 40 unit mobil sewaannya
digelapkan penyewa.
Bangkit dari bangkrut
Utang bank yang menumpuk hingga
menyebabkan rumah Aryanto disita.
Uang hasil penjualan tanah yang
dikelola sang istri lenyap karena kena
tipu penjual valas. Tahun 2004, ia
bangkrut dan terpaksa tinggal di
rumah mertua.
Setahun lebih, Aryanto terpuruk. Pada
pertengahan tahun 2006, dia
mendapat pinjaman Rp 25 juta dari
seorang teman. Bermodal itu, dia
merintis usaha penyewaan mobil lagi
tanpa kendaraan sendiri. Ia
memanfaatkan mobil dari jasa
penyewaan lain.
Suatu saat, dari pelanggannya yang
warga negara asing, Aryanto
mendengar keluhan soal susahnya
mencari rental mobil mewah di
Jakarta. Dari situ, ia tertarik menjajal
bisnis ini. Dia mencari kenalan yang
mau menyewakan mobil mewahnya.
“Banyak yang mau, sebab untuk kelas
Alphard saja, tarif sewa per 12 jam Rp
3 juta. Saya dapat komisi 50 persen,”
katanya. Aryanto lantas fokus
menggarap penyewaan mobil mewah
meski tanpa modal mobil sendiri.
Aryanto akhirnya mendapat order 16
unit mobil mewah dengan masa sewa
10 hari sekaligus. Dalam jangka waktu
itu, ia mengantongi untung Rp 270
juta. “Saya langsung beli rumah dan
mobil Alphard. Dari modal itu, usaha
saya terus bergulir dan kini saya
memiliki 16 mobil mewah,” katanya. (Fransiska Firlana/
Kontan)
sumber: http://m.kompas.com/news/read/2012/08/29/09291773/Aryanto.Dulu.Loper.Koran
Kategori:
Jasa
Friday, July 6, 2012
Ni Ketut Susilawati, Pemilik Sondri Banten: Dari Bali Mengelola WarisanTradisi
Pulau dewata mewariskan banyak hal, dari seni, budaya, sampai alam yang indah. Tapi bukan hanya itu. Bali juga mewariskan bisnis banten (sesajen) yang menelurkan seorang wirausahawan mandiri yang mampu melepaskan diri dari kesulitan hidup
SELALU ADA HAL yang menarik dari Bali. Pemandangannya yang indah, ambiance-nya yang menawarkan penawar kejenuhan, dan kegiatan seni budayanya yang memikat. Aktivitas seni bisa dilihal dari adanya tari-tarian, patung, kain songket, dan yang tak kalah penting adalah kelihaian tangan untuk merangkai janur dalam proses pembuatan banten atau sesajen. Sesajen terdiri dari rangkaian janur, buah, kelapa, kue, dan bahan lainnya yang kemudian disusun sedemikian rupa sesuai makna filosofisnya. Setiap aspek kehidupan masyarakat Bali memang tidak terlepas dari aktivitas spiritual dan keagamaan.
Karena setiap keluarga harus menyediakan banten sebagai perangkat yang tak terpisahkan dari kehidupan upakara sehari-hari, maka tentunya dibutuhkan pula seseorang yang mampu memproduksi banten. Itulah yang dilakukan Ni Ketut Susilawati dan keluarganya terutama sang bunda untuk menambah penghasilan keluarga. "Salah satu tujuannya adalah mendukung kehidupan beragama sebagai penyeimbang arus modernisasi, selain tentu saja sebagai usaha mencari nafkah," Ni Ketut menjelaskan.
Bisnis rumahan yang dimulai oleh ibunya beberapa tahun lalu itu ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta tak berkembang seperti yang diharapkan. Inilah ciri khas sebagian besar UMKM kita, berusaha sekadar untuk hidup dan merasa wajar bila usaha sepi, asalkan cukup untuk makan sehari-hari. Tetapi bagi Ni Ketut, hal ini merupakan sebuah masalah. Ada sesuatu yang salah dalam strategi bisnis, kalau dari bisnis yang sepi itu Ni Ketut harus menanggung utang Rp50 juta dari usaha itu. Namun, dengan kegigihannya ia berhasil melunasi utang-utang itu, bahkan menuai untung puluhan juta rupiah setiap bulannya. Apa rahasianya?
Memilih bisnis yang sudah ia selami seja knowledge dan keahliannya cukup terasah.
BERAWAL DARI PERJUANGAN IBU
Sejarah bisnis banten keluarga Ni Ketut berawal dari impitan ekonomi keluarga yang cukup besar. Orangtuanya harus menanggung biaya lima orang anak yang semuanya membutuhkan dana yang besar. "Saat itu saya baru akan masuk perguruan tinggi. Karena anggaran terbatas, Ayah dan lbu meminjam uang dari rentenir yang bunganya sangat tinggi."
Sebagai orangtua bijak, ibu Ni Ketut ingin agar anak keempatnya itu bisa menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Dia merasa malu jika tidak seorang pun dari kelima anaknya mencicipi nikmatnya mencari ilmu di kampus. Tapi, "Jangankan untuk membiayai kuliah, menanggung beban hidup sehari-hari pun sulit dipenuhi orangtua saya," demikian awal penuturan Ni Ketut.
Demi kelanjutan pendidikan anak-anaknya itu, sang bunda merintis berbagai macam usaha, dari berdagang makanan, sandal, sembako, dan lain-lainnya. Tapi yang terjadi hanya kegagalan. Semua usaha yang sudah dicoba hanya mendatangkan utang yang semakin menumpuk karena sistem gali lubang dan tutup lubang. Usaha banten itu sendiri dimulai pada 2002, dengan modal awal Rp35 juta, yang dipinjamkan oleh salah seorang kerabat yang iba akan kesulitan hidup Ni Ketut dan keluarganya. Namun, lagi-lagi usaha itu kandas. Tahun 2008, ibu Ni Ketut jatuh sakit. Tidak terlalu lama sakit, stroke mengakhiri perjuangannya membesarkan anak-anak.
"Rasanya hampa karena beliaulah satu-satunya yang mendorong saya untuk terus kuliah. Saya tidak bisa berdiam diri karena ketika lbu sakit, usaha ini diteruskan seorang kakak dan Ayah. Namun keduanya tidak bisa dibilang sukses. Harusnya bisnis banten ini menguntungkan, kenyataannya tetap saja ekonomi keluarga tak terpenuhi," kenang Ni Ketut.
Dengan nekat, Ni Ketut yang masih kuliah mengambil alih usaha dengan peninggalan utang sebesar Rp50 juta. Modal untuk membangun kembali bisnis yang 'setengah hidup' itu, diperoleh–lagi-lagi–dari modal keluarga dan pinjaman dari kerabat-kerabat terdekat. Alhasil, setahun pertama keuntungan yang diperoleh mencapai Rp10 juta per bulan dan omzet yang dicapai sebesar Rp350 juta dari penjualan berbagai jenis banten. "Tahun berikutnya Saya melakukan kegiatan promosi yang lebih gencar seperti penyebaran kartu nama dan brosur ke kantor-kantor, pemesanan melalui surat elektronik, dan melakukan ready stock pada produk-produk tertentu. Terakhir tapi tidak kalah penting, yaitu memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumen," ujarnya.
BIODATA
NI KETUT SUSILAWATI
Denpasar, 30 Juni 1986
Pendidlikan
SI Sastra Inggris, Universitas Udayana, Denpasar
Nama Usaha
Sondri Banten (Industri Rumahan di Bidang Produksi Sarana Upacara)
Alamat: JI. Waturenggong No. 142, Denpasar, Bali
Penghargaan
2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri
Dari perombakan yang dilakukan Ni Ketut, omzet usaha ini melonjak drastis hingga Rp720 juta dengan keuntungan bersih mencapai Rp20 juta per bulan pada tahun 2009. Kendati senang, awalnya Ni Ketut sempat bingung dan kaget. Dia terkejut, mengapa profit yang dihasilkan ini bisa begitu besar. Mengapa dulu ibunya tak bisa meraih keuntungan seperti itu–bahkan terlilit utang yang cukup besar?
PERLU PROFESIONALISME
Ni Ketut lantas menganalisis apa yang telah terjadi. Dia mencoba menggali rekam jejak bisnis banten-nya dari segala arah. Setelah ditelusuri, akhirnya ia menemukan permasalahannya. Rupanya, keuntungan yang belum diperoleh oleh ibunya disebabkan beliau masih menjalankan masa promosi. "Promosinya sedemikian hebat, sampai-sampai selama 5 tahun harga yang diberikan adalah harga promosi atau harga diskon," ujar Ni Ketut. Walaupun terdengar menyimpang dari berbagai strategi bisnis yang pernah dibadanya, namun cara itu telah membentuk pelanggan yang loyal. "Sehingga, pada saat saya mewarisinya, usaha ini sudah siap digerakkan dan siap menghasilkan keuntungan yang begitu besar. Walaupun utang yang juga ditinggalkan begitu besar, tapi semua utang itu bisa ditutup hanya dalam waktu dua bulan."
Tentu saja, kata Ni Ketut, diperlukan pembenahan sistem manajemen pembagian tugas dan keuangan. Sebab, sebenarnya hal-hal lain sudah cukup mendukung. Misalnya, lokasi usaha—di A Waturenggong No. 142, Panjer, Denpasar Selatan—cukup strategic, karena akses yang mudah dari kota Denpasar. Struktur organisasinya pun sudah ada—walau dulu belum berfungsi optimal. Ni Ketut menyempurnakannya dengan membentuk pimpinan usaha sebagai koordinator yang membawahi dua kepala bidang usaha, yaitu bidang usaha produksi dan distribusi. Kedua kepala bidang tersebut membawahi tenaga kerja di masing-masing bidangnya. pimpinan usaha bertugas mengontrol usaha secara umum, sedangkan kepala bidang bertugas mengontrol usaha sesuai bidangnya masing-masing.
Tidak segan melakukan analisis masalah, antara lain dengan menelusuri perbedaan profit bisnis ketika dipegang ibunya dan ketika ia kelola sendiri.
"Jumlah tenaga kerjanya sementara ini 4 orang; 3 orang untuk proses produksi, dan 1 orang untuk proses distribusi. Untuk waktu produksi, sangat bergantung dari jenis banten yang dibuat. Namun, dalam perjalanannya, kita dapat melakukan berbagai persiapan terlebih dulu untuk berbagai kelengkapan yang akan disusun menjadi banten. Paling lama waktu yang dibutuhkan kurang lebih 1 minggu. sedangkan untuk proses distribusi, barang dapat tersedia di agen penjual atau produsennya," Ni Ketut menjelaskan panjang lebar.
Bahan baku terpenting yang digunakan dalam proses produksi banten adalah janur, bunga, buah, serta semat. Menurut Ni Ketut, dalam perjalanannya usaha banten ini memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan, baik dari segi ekonomi, social maupun budaya. Sebab, di masa depan ia ingin dapat lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja lokal—terutama ibu-ibu rumah tangga.
PEMSELAJARAN PENTING
Keberhasilan Ni Ketut meneruskan usaha ibunya tidak terlepas dari kegigihan dan semangatnya dalam berupaya. Sejak remaja, ia sadar bahwa kondisi ekonomi keluarganya tergolong kekurangan. la pun terclorong untuk membantu mengatasi masalah financial tersebut. "Sejak kuliah, saya sudah banyak melakukan usaha kecil-kecilan. Salah satunya bergabung dalam bisnis produk kedantikan yang berbasis multi-level marketing. Sambil kuliah, saya selalu mencari prospek baru atau menawarkan produk kedantikan kepala teman-teman di kampus," kenangnya.
Setelah mernperoleh profit, ia juga melakukan inovasi, misalnya melakukan promosi dan memperkaya cara pemasaran
Walaupun belum purna-waktu, ketika kuliah pun Ni Ketut rajin membantu usaha ibunya. Dengan demikian ia memahami bahwa apa pun usaha itu, "Harus dibangun dengan proses, kerja keras, dan keberanian," katanya arif.
Ni Ketut juga belajar dari pengalaman keluarga mengelola usaha banten. Sebagai anggota keluarga, dia melihat bisnis ini pantang mengecewakan pelanggan. la menjelaskan, "pelanggan yang kecewa akan pergi, mungkin saja menyebarkan berita buruk tanpa sengaja tentang pelayanan kami yang buruk. Pengelolaan keuangan pun harus profesional. Harus jelas ke mana keluar masuknya, tidak boleh bercampur dengan keuangan pribadi."
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan keluarganya dulu menjadi pembelajaran yang mahal bagi Ni Ketut. Itulah yang membuatnya tekun membenahi segala masalah dalam keluarga dan usahanya. Semua potensi usaha dianalisis dengan akurat, termasuk warisan usaha, rumah, serta aset-aset lain yang ada. la juga kembali mempelajari secara detail proses produksi, pembelian barang, potensi pemasaran, hingga kebutuhan konsumen.
"Lantas, dengan modal semangat saya kembali menghubungi kenalan-kenalan ibu saya yang pernah menjadi pelanggan untuk dapat kembali menjadi konsumen kami. semangat ini akhirnya membuat saya bisa melewati bulan pertama dengan baik walaupun saya merasakan saat ini bagaimana kerasnya dunia bisnis bagi seorang perempuan seperti saya," tambahnya.
Berbagai inovasi pun dilakukan lulusan Sastra Inggris Universitas Udayana, Denpasar ini. la berpromosi melalui penyebaran brosur, kartu nama, pamflet, mengikuti pameran-pameran, hingga melalui jalur online. Daerah pemasaran ia perluas hingga mencakup hampir ke seluruh Denpasar. la juga melakukan terobosan bisnis dengan memberlakukan layanan pesan-antar. Di bawah bendera Sondri Banters, proses perekrutan tenaga baru yang berasal dari masyarakat setempat juga terus dia lakukan.
Ni Ketut merasa bersyukur karena bisa mengikuti berbagai seminar bisnis, yang diadakan oleh Bank Mandiri. "Saya bertekad mengembangkan lebih jauh lagi usaha ini. Impian saya ke depannya adalah membangun cabang-cabang baru dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal lebih banyak lagi. secara sosial, pembentukan usaha ini memiliki fungsi sebagai pencegah degradasi sosial dalam masyarakat," pungkas gadis kelahiran Denpasar, yang berharap dapat lebih banyak lagi memberdayakan kaum perempuan itu untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran.
Tertib dalam memisahkan keuangan pribadi maupun profesional, kendati usahanya masih berskala rumahan.
TESTIMONI
Q: Mengapa memilih bisnis ini?
A: Banten, sebagai satu perangkat yang tak terpisahkan dari kehidupan keagamaan yang dilakukan masyarakat Bali, merupakan bentuk transformasi Hindu sebagai ungkapan dari pemujaan terhadap Tuhan. Usaha ini tujuan pokoknya adalah untuk mendukung kehidupan beragarna dalam struktur masyarakat, yang bersifat sebagai penyeimbang dalam pesatnya arus modernisasi.
“Usaha keluarga yang dibangun ibu dan telah berkembang, akhirnya berganti manajemen mulai dari kakak hinga bapak saya, dan semuanya membuat saya kecewa karena mereka tak pernah memikirkan keluarga. Hasil usaha yang didapat hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja.”
Tips
HUKUM WIRAUSAHA #16
Keluar dari Belenggu Usaha Kecil
"Apa yang kita benar-benar pelajari, dari setiap keadaan, menentukan apakah kita menjadi semakin tidak berdaya atau lebih kuat. — Blaine Lee
MEMULAI SUATU USAHA memang boleh saja dari usaha kecil, sehingga setiap orang bisa dengan mudah memasuki dunia usaha dan menjadi wirausahawan. Namun untuk menjadi besar, seseorang harus menanamkan dalam pikirannya bahwa segala sesuatu yang dilakukan di awal tidak selalu menjadi akhir dari perjalanan bisnisnya. Karena usaha yang paling mudah ini biasanya sudah bisa memberikan kehidupan walaupun dengan skala ekonomi yang kecil banyak orang kemudian merasa sudah cukup. Akibatnya, mereka tetap tinggal dalam 'kekecilan' tersebut selamanya. Mereka terbelenggu dalam kegiatan ekonomi skala kecil yang dikelola secara konvensional, paguyuban, dan kekeluargaan. Yang penting bisa dipakai untuk hidup. Pada akhirnya, usaha semacam ini cenderung mengalami kemerosotan karena skala usahanya tetap sama, sedangkan anggota keluarga semakin hari semakin banyak. Demikian pula, tuntutan ekonomi suatu keluarga semakin hari semakin besar.
Sebagai contoh, ibunda Ni Ketut Susilawati semula mengelola usaha hanya untuk kepentingan keluarga kecilnya, yang terdiri dari orangtua dan lima orang anak. Namun, di era Ni Ketut Susilawati, dia tidak hanya harus membiayai ayah dan saudara-saudaranya, tetapi juga membiayai anggota keluarga mereka masing-masing. Jumlahnya kini bisa mencapai 3-4 kali lipat dari jumlah semula. Dan, anak-anak mereka mungkin sudah membutuhkan peralatan kehidupan modern yang jauh lebih mahal dari generasi-generasi sebelumnya, seperti ponsel, laptop, sepeca motor, dan sebagainya.
Kehidupan yang seimbang adalah kehidupan yang tumbuh bersama-sama, antara alam di sekitar kita dengan diri sendiri. Ketika alam berubah, sementara kita tetap berada pada kebiasaan yang sama, maka terjadilah ketimpangan-ketimpangan alamiah, seperti pengerdilan kehidupan atau kematian yang diakibatkan oleh hilangnya daya imunitas. Untuk dapat keluar dari perangkap awal yang rentan terhadap 'seragngan' perubahan alam itu, ikuti tips berikut ini:
Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.
SELALU ADA HAL yang menarik dari Bali. Pemandangannya yang indah, ambiance-nya yang menawarkan penawar kejenuhan, dan kegiatan seni budayanya yang memikat. Aktivitas seni bisa dilihal dari adanya tari-tarian, patung, kain songket, dan yang tak kalah penting adalah kelihaian tangan untuk merangkai janur dalam proses pembuatan banten atau sesajen. Sesajen terdiri dari rangkaian janur, buah, kelapa, kue, dan bahan lainnya yang kemudian disusun sedemikian rupa sesuai makna filosofisnya. Setiap aspek kehidupan masyarakat Bali memang tidak terlepas dari aktivitas spiritual dan keagamaan.
Karena setiap keluarga harus menyediakan banten sebagai perangkat yang tak terpisahkan dari kehidupan upakara sehari-hari, maka tentunya dibutuhkan pula seseorang yang mampu memproduksi banten. Itulah yang dilakukan Ni Ketut Susilawati dan keluarganya terutama sang bunda untuk menambah penghasilan keluarga. "Salah satu tujuannya adalah mendukung kehidupan beragama sebagai penyeimbang arus modernisasi, selain tentu saja sebagai usaha mencari nafkah," Ni Ketut menjelaskan.
Bisnis rumahan yang dimulai oleh ibunya beberapa tahun lalu itu ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta tak berkembang seperti yang diharapkan. Inilah ciri khas sebagian besar UMKM kita, berusaha sekadar untuk hidup dan merasa wajar bila usaha sepi, asalkan cukup untuk makan sehari-hari. Tetapi bagi Ni Ketut, hal ini merupakan sebuah masalah. Ada sesuatu yang salah dalam strategi bisnis, kalau dari bisnis yang sepi itu Ni Ketut harus menanggung utang Rp50 juta dari usaha itu. Namun, dengan kegigihannya ia berhasil melunasi utang-utang itu, bahkan menuai untung puluhan juta rupiah setiap bulannya. Apa rahasianya?
Memilih bisnis yang sudah ia selami seja knowledge dan keahliannya cukup terasah.
BERAWAL DARI PERJUANGAN IBU
Sejarah bisnis banten keluarga Ni Ketut berawal dari impitan ekonomi keluarga yang cukup besar. Orangtuanya harus menanggung biaya lima orang anak yang semuanya membutuhkan dana yang besar. "Saat itu saya baru akan masuk perguruan tinggi. Karena anggaran terbatas, Ayah dan lbu meminjam uang dari rentenir yang bunganya sangat tinggi."
Sebagai orangtua bijak, ibu Ni Ketut ingin agar anak keempatnya itu bisa menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Dia merasa malu jika tidak seorang pun dari kelima anaknya mencicipi nikmatnya mencari ilmu di kampus. Tapi, "Jangankan untuk membiayai kuliah, menanggung beban hidup sehari-hari pun sulit dipenuhi orangtua saya," demikian awal penuturan Ni Ketut.
Demi kelanjutan pendidikan anak-anaknya itu, sang bunda merintis berbagai macam usaha, dari berdagang makanan, sandal, sembako, dan lain-lainnya. Tapi yang terjadi hanya kegagalan. Semua usaha yang sudah dicoba hanya mendatangkan utang yang semakin menumpuk karena sistem gali lubang dan tutup lubang. Usaha banten itu sendiri dimulai pada 2002, dengan modal awal Rp35 juta, yang dipinjamkan oleh salah seorang kerabat yang iba akan kesulitan hidup Ni Ketut dan keluarganya. Namun, lagi-lagi usaha itu kandas. Tahun 2008, ibu Ni Ketut jatuh sakit. Tidak terlalu lama sakit, stroke mengakhiri perjuangannya membesarkan anak-anak.
"Rasanya hampa karena beliaulah satu-satunya yang mendorong saya untuk terus kuliah. Saya tidak bisa berdiam diri karena ketika lbu sakit, usaha ini diteruskan seorang kakak dan Ayah. Namun keduanya tidak bisa dibilang sukses. Harusnya bisnis banten ini menguntungkan, kenyataannya tetap saja ekonomi keluarga tak terpenuhi," kenang Ni Ketut.
Dengan nekat, Ni Ketut yang masih kuliah mengambil alih usaha dengan peninggalan utang sebesar Rp50 juta. Modal untuk membangun kembali bisnis yang 'setengah hidup' itu, diperoleh–lagi-lagi–dari modal keluarga dan pinjaman dari kerabat-kerabat terdekat. Alhasil, setahun pertama keuntungan yang diperoleh mencapai Rp10 juta per bulan dan omzet yang dicapai sebesar Rp350 juta dari penjualan berbagai jenis banten. "Tahun berikutnya Saya melakukan kegiatan promosi yang lebih gencar seperti penyebaran kartu nama dan brosur ke kantor-kantor, pemesanan melalui surat elektronik, dan melakukan ready stock pada produk-produk tertentu. Terakhir tapi tidak kalah penting, yaitu memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumen," ujarnya.
BIODATA
NI KETUT SUSILAWATI
Denpasar, 30 Juni 1986
Pendidlikan
SI Sastra Inggris, Universitas Udayana, Denpasar
Nama Usaha
Sondri Banten (Industri Rumahan di Bidang Produksi Sarana Upacara)
Alamat: JI. Waturenggong No. 142, Denpasar, Bali
Penghargaan
2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri
Dari perombakan yang dilakukan Ni Ketut, omzet usaha ini melonjak drastis hingga Rp720 juta dengan keuntungan bersih mencapai Rp20 juta per bulan pada tahun 2009. Kendati senang, awalnya Ni Ketut sempat bingung dan kaget. Dia terkejut, mengapa profit yang dihasilkan ini bisa begitu besar. Mengapa dulu ibunya tak bisa meraih keuntungan seperti itu–bahkan terlilit utang yang cukup besar?
PERLU PROFESIONALISME
Ni Ketut lantas menganalisis apa yang telah terjadi. Dia mencoba menggali rekam jejak bisnis banten-nya dari segala arah. Setelah ditelusuri, akhirnya ia menemukan permasalahannya. Rupanya, keuntungan yang belum diperoleh oleh ibunya disebabkan beliau masih menjalankan masa promosi. "Promosinya sedemikian hebat, sampai-sampai selama 5 tahun harga yang diberikan adalah harga promosi atau harga diskon," ujar Ni Ketut. Walaupun terdengar menyimpang dari berbagai strategi bisnis yang pernah dibadanya, namun cara itu telah membentuk pelanggan yang loyal. "Sehingga, pada saat saya mewarisinya, usaha ini sudah siap digerakkan dan siap menghasilkan keuntungan yang begitu besar. Walaupun utang yang juga ditinggalkan begitu besar, tapi semua utang itu bisa ditutup hanya dalam waktu dua bulan."
Tentu saja, kata Ni Ketut, diperlukan pembenahan sistem manajemen pembagian tugas dan keuangan. Sebab, sebenarnya hal-hal lain sudah cukup mendukung. Misalnya, lokasi usaha—di A Waturenggong No. 142, Panjer, Denpasar Selatan—cukup strategic, karena akses yang mudah dari kota Denpasar. Struktur organisasinya pun sudah ada—walau dulu belum berfungsi optimal. Ni Ketut menyempurnakannya dengan membentuk pimpinan usaha sebagai koordinator yang membawahi dua kepala bidang usaha, yaitu bidang usaha produksi dan distribusi. Kedua kepala bidang tersebut membawahi tenaga kerja di masing-masing bidangnya. pimpinan usaha bertugas mengontrol usaha secara umum, sedangkan kepala bidang bertugas mengontrol usaha sesuai bidangnya masing-masing.
Tidak segan melakukan analisis masalah, antara lain dengan menelusuri perbedaan profit bisnis ketika dipegang ibunya dan ketika ia kelola sendiri.
"Jumlah tenaga kerjanya sementara ini 4 orang; 3 orang untuk proses produksi, dan 1 orang untuk proses distribusi. Untuk waktu produksi, sangat bergantung dari jenis banten yang dibuat. Namun, dalam perjalanannya, kita dapat melakukan berbagai persiapan terlebih dulu untuk berbagai kelengkapan yang akan disusun menjadi banten. Paling lama waktu yang dibutuhkan kurang lebih 1 minggu. sedangkan untuk proses distribusi, barang dapat tersedia di agen penjual atau produsennya," Ni Ketut menjelaskan panjang lebar.
Bahan baku terpenting yang digunakan dalam proses produksi banten adalah janur, bunga, buah, serta semat. Menurut Ni Ketut, dalam perjalanannya usaha banten ini memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan, baik dari segi ekonomi, social maupun budaya. Sebab, di masa depan ia ingin dapat lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja lokal—terutama ibu-ibu rumah tangga.
PEMSELAJARAN PENTING
Keberhasilan Ni Ketut meneruskan usaha ibunya tidak terlepas dari kegigihan dan semangatnya dalam berupaya. Sejak remaja, ia sadar bahwa kondisi ekonomi keluarganya tergolong kekurangan. la pun terclorong untuk membantu mengatasi masalah financial tersebut. "Sejak kuliah, saya sudah banyak melakukan usaha kecil-kecilan. Salah satunya bergabung dalam bisnis produk kedantikan yang berbasis multi-level marketing. Sambil kuliah, saya selalu mencari prospek baru atau menawarkan produk kedantikan kepala teman-teman di kampus," kenangnya.
Setelah mernperoleh profit, ia juga melakukan inovasi, misalnya melakukan promosi dan memperkaya cara pemasaran
Walaupun belum purna-waktu, ketika kuliah pun Ni Ketut rajin membantu usaha ibunya. Dengan demikian ia memahami bahwa apa pun usaha itu, "Harus dibangun dengan proses, kerja keras, dan keberanian," katanya arif.
Ni Ketut juga belajar dari pengalaman keluarga mengelola usaha banten. Sebagai anggota keluarga, dia melihat bisnis ini pantang mengecewakan pelanggan. la menjelaskan, "pelanggan yang kecewa akan pergi, mungkin saja menyebarkan berita buruk tanpa sengaja tentang pelayanan kami yang buruk. Pengelolaan keuangan pun harus profesional. Harus jelas ke mana keluar masuknya, tidak boleh bercampur dengan keuangan pribadi."
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan keluarganya dulu menjadi pembelajaran yang mahal bagi Ni Ketut. Itulah yang membuatnya tekun membenahi segala masalah dalam keluarga dan usahanya. Semua potensi usaha dianalisis dengan akurat, termasuk warisan usaha, rumah, serta aset-aset lain yang ada. la juga kembali mempelajari secara detail proses produksi, pembelian barang, potensi pemasaran, hingga kebutuhan konsumen.
"Lantas, dengan modal semangat saya kembali menghubungi kenalan-kenalan ibu saya yang pernah menjadi pelanggan untuk dapat kembali menjadi konsumen kami. semangat ini akhirnya membuat saya bisa melewati bulan pertama dengan baik walaupun saya merasakan saat ini bagaimana kerasnya dunia bisnis bagi seorang perempuan seperti saya," tambahnya.
Berbagai inovasi pun dilakukan lulusan Sastra Inggris Universitas Udayana, Denpasar ini. la berpromosi melalui penyebaran brosur, kartu nama, pamflet, mengikuti pameran-pameran, hingga melalui jalur online. Daerah pemasaran ia perluas hingga mencakup hampir ke seluruh Denpasar. la juga melakukan terobosan bisnis dengan memberlakukan layanan pesan-antar. Di bawah bendera Sondri Banters, proses perekrutan tenaga baru yang berasal dari masyarakat setempat juga terus dia lakukan.
Ni Ketut merasa bersyukur karena bisa mengikuti berbagai seminar bisnis, yang diadakan oleh Bank Mandiri. "Saya bertekad mengembangkan lebih jauh lagi usaha ini. Impian saya ke depannya adalah membangun cabang-cabang baru dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal lebih banyak lagi. secara sosial, pembentukan usaha ini memiliki fungsi sebagai pencegah degradasi sosial dalam masyarakat," pungkas gadis kelahiran Denpasar, yang berharap dapat lebih banyak lagi memberdayakan kaum perempuan itu untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran.
Tertib dalam memisahkan keuangan pribadi maupun profesional, kendati usahanya masih berskala rumahan.
TESTIMONI
Q: Mengapa memilih bisnis ini?
A: Banten, sebagai satu perangkat yang tak terpisahkan dari kehidupan keagamaan yang dilakukan masyarakat Bali, merupakan bentuk transformasi Hindu sebagai ungkapan dari pemujaan terhadap Tuhan. Usaha ini tujuan pokoknya adalah untuk mendukung kehidupan beragarna dalam struktur masyarakat, yang bersifat sebagai penyeimbang dalam pesatnya arus modernisasi.
“Usaha keluarga yang dibangun ibu dan telah berkembang, akhirnya berganti manajemen mulai dari kakak hinga bapak saya, dan semuanya membuat saya kecewa karena mereka tak pernah memikirkan keluarga. Hasil usaha yang didapat hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja.”
Tips
HUKUM WIRAUSAHA #16
Keluar dari Belenggu Usaha Kecil
"Apa yang kita benar-benar pelajari, dari setiap keadaan, menentukan apakah kita menjadi semakin tidak berdaya atau lebih kuat. — Blaine Lee
MEMULAI SUATU USAHA memang boleh saja dari usaha kecil, sehingga setiap orang bisa dengan mudah memasuki dunia usaha dan menjadi wirausahawan. Namun untuk menjadi besar, seseorang harus menanamkan dalam pikirannya bahwa segala sesuatu yang dilakukan di awal tidak selalu menjadi akhir dari perjalanan bisnisnya. Karena usaha yang paling mudah ini biasanya sudah bisa memberikan kehidupan walaupun dengan skala ekonomi yang kecil banyak orang kemudian merasa sudah cukup. Akibatnya, mereka tetap tinggal dalam 'kekecilan' tersebut selamanya. Mereka terbelenggu dalam kegiatan ekonomi skala kecil yang dikelola secara konvensional, paguyuban, dan kekeluargaan. Yang penting bisa dipakai untuk hidup. Pada akhirnya, usaha semacam ini cenderung mengalami kemerosotan karena skala usahanya tetap sama, sedangkan anggota keluarga semakin hari semakin banyak. Demikian pula, tuntutan ekonomi suatu keluarga semakin hari semakin besar.
Sebagai contoh, ibunda Ni Ketut Susilawati semula mengelola usaha hanya untuk kepentingan keluarga kecilnya, yang terdiri dari orangtua dan lima orang anak. Namun, di era Ni Ketut Susilawati, dia tidak hanya harus membiayai ayah dan saudara-saudaranya, tetapi juga membiayai anggota keluarga mereka masing-masing. Jumlahnya kini bisa mencapai 3-4 kali lipat dari jumlah semula. Dan, anak-anak mereka mungkin sudah membutuhkan peralatan kehidupan modern yang jauh lebih mahal dari generasi-generasi sebelumnya, seperti ponsel, laptop, sepeca motor, dan sebagainya.
Kehidupan yang seimbang adalah kehidupan yang tumbuh bersama-sama, antara alam di sekitar kita dengan diri sendiri. Ketika alam berubah, sementara kita tetap berada pada kebiasaan yang sama, maka terjadilah ketimpangan-ketimpangan alamiah, seperti pengerdilan kehidupan atau kematian yang diakibatkan oleh hilangnya daya imunitas. Untuk dapat keluar dari perangkap awal yang rentan terhadap 'seragngan' perubahan alam itu, ikuti tips berikut ini:
- Lakukanlah perubahan secara berkala. Ketika kita berada pada posisi sebagai pengikut, yang dapat kita lakukan hanyalah mengamati perubahan. Tetapi, ketika kita berada pada posisi memimpin, kita diberikan kekuatan untuk melakukan perubahan. Lakukanlah perubahan dengan penuh kesungguhan untuk menyempurnakan usaha Anda.
- Bila dirasa perlu, jangan ragu untuk melakukan perubahan mendasar pada usaha yang sama. Beberapa caranya adalah menggunakan teknologi baru yang lebih tepat guna, merekrut orang-orang baru yang lebih bergairah, atau menerapkan metode-metode baru yang sebelumnya ticak pernah terpikirkan seperti misalnya misalnya relationship marketing.
- Perubahan juga bisa dilakukan dengan mengubah atau menambah usaha-usaha baru, baik yang ada hubungannya dengan usaha lama maupun yang tidak berhubungan sama sekali. Berubah, berarti belajar kembali tentang hal-hal yang baru. Satu hal penting yang harus dipahami saat belajar adalah dibutuhkan kerelaan untuk menjadi 'bodoh' kembali, karena kita harus memulai lagi dari awal dengan kemungkinan menghadapi beragam risiko yang tidak terduga.
- Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jangan merasa malu atau mudah putus asa. Segera bangkit dan pergilah ke luar. Anda perlu bertemu dengan orang-orang baru atau orang-orang lama yang sudah Anda kenal, dan mencari potensi-potensi yang memungkinkan Anda untuk bangkit kembali. Dari sang Anda akan menemukan inspirasi, kekuatan, jaringan, dan sebagainya yang tak pernah Anda duga.
- Bila usaha baru ternyata memiliki masa depan yang lebih menarik, jangan ragu untuk mengerahkan semua kekuatan sumber daya yang Anda miliki pada usaha baru tersebut. Dan, tutuplah usaha lama yang sudah tidak sesuai dengan DNA Anda yang baru.
- Jangan ragu untuk mendatangkan tenaga-tenaga profesional. Hal ini berarti Anda memperkuat struktur manajerial perusahaan dengan pelimpahan kekuasaan pada orang-orang yang memiliki kompetensi. Dengan demikian Anda tidak harus turun sendiri mengelola perusahaan Anda.
- Lakukan terus adaptasi-adaptasi baru. Buka wawasan Anda seluas-luasnya dan gall pengalaman orang-orang yang telah sukses untuk mendapatkan sudut pandang baru terhadap bisnis Anda. Keluar sejenak dari rutinitas untuk dapa t'memandang' bisnis Anda dari posisi orang luar.
Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.
Subscribe to:
Posts (Atom)