Showing posts with label Jasa. Show all posts
Showing posts with label Jasa. Show all posts

Saturday, April 13, 2013

Darjat, Mantan Nelayan yang Kini Sukses Lewat Tiga Bengkel Kendaraan dengan Omzet Rp50 Juta/Hari

Darjat, Raja Bengkel di Pelabuhan Ratu

Jalan di Pelabuhan Ratu, Jawa

Barat yang tidak mulus ternyata

mendatangkan berkah bagi pria

ini. Ketiga bengkelnya menguasai

sepanjang jalan di kawasan tepi laut

pantai selatan.

Kisah sukses pria berusia 53 tahun ini bisa

membuat decak kagum. Ayah dari 6 anak

ini memulai usahanya dengan menjadi

nelayan sejak tahun 1970, yang kemudian

berkembang menjadi bisnis pengangkutan ikan

ke Jakarta hingga ke luar negeri. Dari bisnis

ikan inilah dia bisa membangun tiga bengkel

besar, yang kini beroleh omzet Rp 50 juta setiap

harinya.

DARI NELAYAN MENJADI PENGEKSPOR IKAN

Sejak tahun 1970, Darjat sudah menjadi nelayan.

Lalu, dengan modal Rp 1,42 juta dari ayahnya, ia

memulai bisnis ikan dengan membeli dari para

nelayan, kemudian memasarkannya ke Muara

Baru dan Muara Angke di Jakarta. Sejak pukul

05.30 WIB, seusai salat Subuh, setiap harinya

ia berangkat ke pasar ikan untuk membeli ikan

segar yang baru turun dari laut. Selain membeli

dari para nelayan, Darjat sendiri juga memiliki 7

kapal penangkap ikan.

Usahanya ini berkembang pesat, hingga pada

tahun 1982 ia bisa mengirim ikan pindang ke

daerah Bogor. Bahkan, tahun 1985 dia sudah

merambah ekspor ke Cina dan Korea. Pintarnya

lagi, Darjat juga mampu melihat peluang untuk

menjual ikan beku di Pelabuhan Ratu. Jika

mobilnya ke Jakarta mengangkut ikan layur

segar dari Pelabuhan Ratu, dalam perjalanan

kembali dari Jakarta mobil tersebut membawa

ikan tongkol yang sudah dibekukan. Kemudian,

sekitar 600 anak buahnya siap memasarkan

ikan beku tersebut di kawasan sekitar Pelabuhan

Ratu.

Demi mempertahankan kesegaran, ikan dari

pelelangan disusun dan dimasukkan ke dalam

gudang pendinginnya, lalu dibekukan dengan

suhu minus 45 derajat Celcius. Setelah kira-kira

12 jam, ikan tersebut dikemas dalam plastik,

kemudian karton, lalu dipres. Selanjutnya, ikan

beku dalam kemasan tersebut dimasukkan

ke dalam gudang penyimpanan yang bersuhu

minus 20 derajat Celcius. Darjat memiliki dua

gudang berkapasitas 100 ton ikan. Untuk proses

pembekuan ini, dia mempekerjakan sekitar 20 orang.

Bisnis ikan ini pernah mengalami masa surut saat

Darjat hanya mampu mengirim 1 kontainer yang berisi

24 ton ikan dalam setiap satu-dua minggu. Ini terjadi

di tahun 1986-1989. Di waktu normal

ia bisa mengirim 2 kontainer dalam seminggu, bahkan 3

kontainer di masa panen ikan. Setelah mengalami masa surut

itu, Darjat sempat memutuskan untuk beristirahat dari

bisnis ikan. Namun, setahun kemudian ia segera bangkit

kembali. Bahkan Darjat mulai membeli mobil angkutan ikan

sendiri. Jumlahnya pun terus bertambah. Dengan jumlah

armada yang besar, ongkos perawatannya pun tidak sedikit.

Karena seringnya ban mobil menghajar aspal yang kurang

bagus, Darjat harus rutin berurusan dengan penggantian

ban. Dari sinilah muncul ide membuat bengkel sendiri.

BUKAN PENGGEMAR MAYANGSARI

“Tahun 1980 sampai 2000 itu saya punya banyak

kendaraan untuk membawa ikan dari Pelabuhan Ratu

ke Jakarta. Jadi barang sendiri, mobil sendiri. Saya

harus membeli ban di luar Pelabuhan Ratu. Beli apa-apa

di luar. Pikir-pikir, saya buka toko ban saja, lah.

Sekalian jual onderdil. Saya beli dengan harga segini,

untungnya ketahuan. Mendingan buka saja sama istri.

Itu tahun 2001,” tutur Darjat menceritakan ide

mendirikan bengkel yang di berinya nama Mayang Sari itu.

Soal nama perusahaannya, Darjat tidak mengambilnya

dari penyanyi kondang, istri Bambang Trihatmodjo. Nama

tersebut diambil dari nama kapal milik mantan bosnya

yang disingkat MS. Oleh Darjat kemudian dipanjangkan

menjadi Mayang Sari. Semenjak itu, seluruh armada

usahanya dinamai Mayang Sari.

Bengkel pertama Darjat berdiri di Jalan

Batu Sapi, Pelabuhan Ratu, seluas 629 meter

persegi. Dengan modal Rp 300 juta, bengkel itu

menyediakan suku cadang, ban, servis, hingga

cuci mobil, dan steam. Darjat menyerahkan

pengelolaan bengkel tersebut kepada istrinya

yang piawai mengurus manajemen dan keuangan.

Tak dinyana, usaha bengkelnya semakin

maju. Bahkan mereka sanggup memberi jasa

spooring dan balancing yang dilakukan dengan

komputer. Saat itu layanan ini belum tersedia di

bengkel mana pun di Sukabumi.

Kesuksesan bengkel pertama berlanjut dengan

dibukanya bengkel kedua pada tahun 2005.

Usaha bengkel yang berdiri di tanah seluas 546

meter persegi di Jalan Pelabuhan Ratu Jayanti itu

diserahkan kepada anak lelakinya yang sulung.

Jasa layanannya pun sama. Hanya saja, bengkel

ini mengkhususkan layanan untuk kendaraan

berbahan bakar bensin. Untuk mengembangkan

bengkel keduanya, Darjat mendapatkan bantuan

pinjaman dari bank bjb sebesar Rp 500 juta.

Sementara bengkel ketiga baru dibangunnya

pada Maret 2011, juga di Jalan Pelabuhan Ratu

Jayanti. Jasa yang disediakan pun sama, hanya

saja pelayanan servisnya ditujukan untuk mobil

berbahan bakar solar. Dan, hampir semua pemilik

angkutan umum melakukan servis kendaraannya di

bengkel seluas 1.305 meter persegi

Pemisahan pelayanan mobil berdasarkan bahan

bakarnya ini pun cukup menarik. Di bengkel

kedua, hampir 90 persen pelanggannya adalah

pemilik mobil pribadi. Sementara di bengkel

khusus mobil berbahan bakar solar, 50 persen

pelanggannya adalah pemilik mobil angkutan.

Dengan jajaran bengkel di sepanjang jalan

Pelabuhan Ratu ini, Darjat berhasil menggaet

para pemilik mobil di kawasan Sukabumi dan

sekitarnya. Bukan hanya mobil angkutan ikan

milik Darjat, teman-temannya sesama pengusaha

ikan pun membawa mobilnya ke bengkel Darjat.

Untuk ketiga bengkel tersebut, Darjat mempekerjakan

41 orang. Di bengkel pertama ada

i6 orang, bengkel kedua 13 orang, dan bengkel

ketiga 12 orang. Kebanyakan pekerjanya diambil

dari orang sekitar Pelabuhan Ratu, yang

sebelumnya telah dididik untuk mendapatkan

keterampilan standar tentang mobil.

“Kebanyakan untuk bagian cuci mobil, bantu-bantu

bagian sayap, dikerjakan anak sini semua.

Enggak ada yang orang jauh. Untuk

mesin, orang sekitar kan jarang, jadi saya ambil

dari kota yang profesional, yang benar-benar

sudah bagus. Kalau untuk bawahan, roda, dari

orang sini semua. Dididik sama saya. Semuanya

dari sini,” terang Darjat yang mengaku juga

mengetahui sedikit soal mesin.

Pembayaran upah karyawan di pelelangan

ikan dilakukan setiap hrin, sementara untuk

karyawan bengkel dilakukan setiap bulan.

Tanggal pembayarannya tergantung dari tanggal

si karyawan masuk kerja. Kalau mulai kerja

pada tanggal 1, maka gajinya setiap bulan akan

diserahkan setiap tanggal 1. Kalau masuk kerja

mulai tanggal 6, maka digajinya setiap tanggal

6 pula. Namun, urusan gaji karyawan ditangani

langsung oleh sang istri.

Darjat kerap mengumpulkan para karya

wannya seminggu sekali atau maksimal sebulan

sekali untuk diberikan pengarahan. Apalagi

untuk karyawan baru perlu lebih diarahkan.

“Kendalanya ada saja. Namanya juga manusia

pasti ada perbedaannya. Terkadang membuat

saya pusing juga. Kalau di pelelangan malah

lebih susah. Biasanya kalau sudah pusing

ngadepinnya, saya berikan peringatan sampai 3

atau 4 kali. Kalau tidak nurut juga ya terpaksa

saya keluarkan dan ganti yang baru. Itu hanya

untuk yang nakal dan tidak bisa dibilangin,”

tutur Darjat.

BENGKEL TANPA PESANG

Omzetnya yang mencapai Rp 50 hingga Rp

60 juta per hari sebagian besar didapatkan

dari penjualan suku cadang yang diambilnya

dari pemasok di Bandung, Jakarta, dan Bogor.

Namun penjualan oli, cuci mobil dan steam,

spooring dan balancing, ganti ban, hingga

servis juga cukup diminati. Malah, alat spooring

seharga Rp 160 juta bisa dikatakannya tidak

sebanding dengan tarif seharga Rp 85 ribu

yang diberikannya untuk setiap mobil yang di

spooring. Apalagi, pekerja yang bisa melakukan

layanan tersebut harus didatangkan dari luar

Sukabumi. Tetapi, yang penting pelanggan datang

terus, demikian prinsip Darjat. Apalagi,

alat canggih tersebut hanya ada di bengkelnya.

Untuk saat ini Darjat belum tergerak lagi untuk

menggunakan teknologi lain dalam bengkelnya.

Beruntungnya, untuk layanan cuci mobil dan

steam, Darjat tidak perlu keluar biaya untuk

mendapatkan air. Sebab, ia hanya tinggal

mengambil dari jalur mata air Gunung Gayanti yang

mengalir di hadapannya. Untuk layanan cuci

steam ini, rata-rata ketiga bengkel tersebut

melayani loo mobil per hari, dengan tarif Rp

25 ribu per mobil. Selain itu, dia pun tidak

perlu membayar sewa tanah, mengingat ketiga

bengkelnya dibangun di atas tanahnya sendiri.

Dengan mengandalkan pelayanan yang baik

demi memuaskan pelanggan, Darjat tidak perlu

bersusah payah membesarkan bengkelnya.

Promosi otomatis berjalan dan mulut ke mulut.

Selain itu, tidak adanya bengkel besar

di sepanjang Jalan Raya Pelabuhan Ratu juga

sangat menguntungkan usaha bengkelnya.

“Tanpa saingan di Pelabuhan Ratu ini, cuma

sendiri. Makanya saya bikin 3, di sana jual ban,

di sini juga jual ban. Semua isinya ban!” cetusnya

senang.

Hingga saat ini, bengkel pertama adalah

yang paling menguntungkan. Dia menganggap

kesuksesan itu berkat istrinya yang pintar

mengelola keuangan hingga kemudian muncul bengkel

kedua dan ketiga. Meski bengkelnya telah

maju pesat, namun Darjat tidak meninggalkan

usaha ikan yang menjadi penopang awal usaha

bengkelnya. Apalagi menurut dia, usaha ikan

lebih cepat menghasilkan ketimbang bengkel.

Khusus untuk administrasi keuangan, Darjat

memercayakan kepada istrinya. Baik usaha ikan

maupun bengkel, termasuk urusan pembelian

ban hingga suku cadang, semuanya ditangani

sang istri yang dinilai cukup berpengalaman

soal administrasi dan keuangan. Darjat pun

bersyukur karena jiwa usahanya dan istrinya

sama-sama kuat dan sudah menyatu. Bahkan

dirinya terdorong dan termotivasi oleh sang

istri. Meski demikian, ada saja masalah antara

urusan keluarga dengan usaha. Kalau sudah

begini, Darjat dan istri memerlukan waktu

untuk cooling down.

“Pasti ada sajalah, masalahnya. Gara-gara

urusan dagang dibawa ke rumah, kadang bentrok

ya ada saja itu mah. Kalau istri mulai ngomel,

saya ambil mobil; jalan atau makan ke mana.

Saya tinggal saja gitu, menenangkan diri Kalau

saya yang ngoceh, istri saya diam saja di kamar.

Kalau enggak, dia masak atau main dengan

anak. Dia pelampiasannya seperti itu,” ujar

Darjat tersipu. Setelah masing-masing cooling

down, permasalahan yang memicu kejengkelan

hati malah tidak dibahas lagi. Urusan keluarga

dan bisnis pun berjalan normal lagi.

“Karena dengan istri itu saya banyak

keperluan urusan usaha, istri saya juga begitu.

Makanya saya enggak memperpanjang masalah,

cukup sampai situ aja. Kalau sudah sampai

di rumah lagi, ketemu, ya ngomongin bisnis

lagi. Kekurangan ini-itu, ya sudah lupa dengan

masalah yang tadi,” ujar Darjat sambil tertawa

ringan.

MANAJEMEN USAHA

Bisnis ikan dan bisnis bengkel adalah dua hal

yang berbeda. Ketika masa krisis moneter

menghantam Indonesia tahun 1998, Darjat

mengaku malah mendapat berkah. Dengan

ekspor ke Cina dan Korea, dia berhasil

mendapatkan keuntungan Rp 300-500 juta per

harinya. Ikan dibelinya dari nelayan dengan

kisaran harga Rp 3 ribu sampai Rp 4 ribu per

kilogram, lalu dijual untuk ekspor dengan harga

Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram.

“Sebab waktu itu harga dolar bisa sampai

Rp 13 ribu atau Rp 15 ribu. Benar-benar itu

rezeki nomplok namanya,” ujar Darjat. Selain

mengekspor ikan segar ke Cina dan Korea, Darjat

juga mengimpor ikan olahan dari kedua negara

itu, yang selanjutnya dipasarkan ke Jakarta dan

Pelabuhan Ratu.

Hanya saja, pelan-pelan dia mulai menyerahkan

bisnis ikannya tersebut kepada kedua

orang adiknya. “Sedikit-sedikit sudah dilempar

ke adik-adik saya. Belum loo persen, sih.

Baru sekitar 30 persen, biar berkembang. Biar

dia tahu segala sesuatunya, baru saya lepas.

Mungkin enggak cukup 3,4, atau 5 tahun,” ucap

Darjat. Adiknya mulai dibimbing bagaimana

berbisnis ikan laut, mulai pembelian ikan dari

nelayan hingga dijual ke luar negeri. Selain

membutuhkan waktu cukup lama untuk belajar,

bisnis ikan tetap mernbutuhkan trik-trik di

masa surut. Misalnya saja saat tangkapan ikan

tidak banyak.

Dulu, Darjat memang lebih fokus ke bisnis

ikan. Menurutnya usaha ini murni berasal

dari modal sendiri; punya kapal sendiri, lalu

menangkap ikan dan menjualnya sendiri.

“Penjualan ikan lebih cepat, hari ini dapat ikan,

ya hari ini atau selambatnya besok sudah terjual.

Kalau di bengkel, perputarannya agak lambat.

Perlu waktu 5 atau 6 bulan untuk menjual suku

cadang,” jelasnya.

Karena merasa sudäh capek dan tua,

apalagi dengan tanggungan anak-anak yang

masih kecil—anak tertua kelas 3 SMA dan

termuda kelas 2 SD—Darjat sebenarnya belum

ingin meluaskan usahanya. Namun, bukan

wirausahawan namanya jika tidak melihat

peluang bisnis di depan matanya.

Darjat memiliki dua rencana di dalam

benaknya. Pertama, membuat showroom

mobil bekas, dan yang kedua membuka usaha

alat-alat konstruksi atau alat-alat bangunan

seperti besi-besi kecil sampai baja ukuran besar

untuk bangunan. Alasannya jelas, belum ada

yang memiliki usaha seperti itu di Pelabuhan

Ratu. Darjat ingin segera merealisasikan

penjualan peralatan konstruksi bangunan

karena kebutuhan di tempatnya sangat tinggi.

Sedangkan untuk showroom mobil bekas

diperkirakan agak lama prosesnya karena

kondisi kawasannya masih cukup primitif.

Namun, ia berharap showroom tersebut selesai

pada tahun ini. Di tanah seluas 1 hektar itu akan

dibangun bangunan seluas 836 meter persegi.

“Tanahnya sudah diuruk, sudah difondasi.

Sebetulnya kalau saya tidak ke Tanah Suci

kemarin, showroom ini sudah bisa selesai.

Karena pergi haji, pekerjaan ini ditunda dulu

selama 2 bulan, sekalian saya istirahat di

rumah. Selain itu saya juga sedang membangun

pesantren. Rencananya penyelesaian pesantren

dan showroom dibuat bersamaan. Tapi karena

anak saya ingin pesantrennya cepatjadi—soalnya

santrinya sudah banyak, sudah penuh—jadi saya

bangun pesantren duluan. Setelah pesantren

selesai, insya Allah saya bangun showroom.

Saya bilang sama anak saya targetnya tahun ini

untuk showroom,” papar Darjat.

Untuk bisnis showroom ini, Darjat sudah mengetahui

tempat mendapatkan mobil bekas, berbekal

pengalamannya pernah bekerja dengan

seorang bos yang sukses berbisnis jual beli mobil

bekas tahun 1992. Dia pun sedikit-sedikit tahu,

mengerti, dan sudah mendapat sela-selanya ber

bisnis mobil bekas. “Untung saya pernah punya

banyak bos, dari Cina, Korea, dan Jakarta. Ilmu

ilmu mereka saya ambil, kebanyakan dari bos

yang orang Cina,” tutur Darjat mengisahkan

perjalanan menimba ilmu bisnis berbagai

bidang usaha.

Untuk bisnis showroom ini kelak,

Darjat memperkirakan modal yang harus

dikeluarkan sekitar Rp 1-1,5 miliar. Darjat

berharap modalnya bisa didapat dari bisnis

ikan dan bengkel, tanpa perlu meminjam

lagi ke bank. Namun diakuinya, bisnis

dengan mendapatkan pinjaman dan bank

membuatnya lebih bersemangat ketimbang

modal sendiri.

“Kalau punya utang saya akan hati-hati berusaha.

Harus benar berusaha, memikirkan

punya utang. Tapi kalau enggak punya utang,

agak tenang-tenang gitu di rumah,” kata Darjat.

Namun di balik semua itu, menurutnya uang

bukanlah modal sukses utama. Niat baik dan

doa lebih penting, sementara uang nomor

sekian. “Jadi benar-benar harus dipakai yang

itu,” yakinnya.

 

Catatan Rhenald Kasali

Di dunia ini selalu kita temui dua jenis nelayan, yaitu nelayan yang

mau berubah dan yang tidak mau berubah. Tentu saja kita juga temui tukang

becak, sopir angkot, pemulung, tukang sate, petambak garam, dan banyak lagi

profasi kerakyatan lainnya yang masuk dalam kedua kategori tadi. Manakah

yang lebih banak?

Anda mungkln sepakat, sabagian besar yang kita temui adalah mereka yang

stagnan, memeluk selimut rasa aman, diam dí tempat, tidak berubah. Malahan

mereka semakin miskin, tua, renta dan tergusur. Mareka sangat

membutuhkan uluran tangan Anda. Kapan? Tentu saja sesegera mungkin.

Dalam buku ini Anda menemukan contoh-contch orang yang kedua yaitu mereka

yang mau barubah, mengubah nasib dari rakyat jelata menjadi kelas menengah

yang mandiri. Namun untuk keluar dari ‘perangkap’ masa lalu itu, seseorang

pertama-tama harus mengubah cara berpikirnya dahulu. Selama cara

berpikirnya sama, maka tindakannya pun akan tetap sama. Dan, dari tindakan

yang sama hasil yang didapat pun pasti tetap sama.

Pertanyaannya, mengapa manusia sulit mengubah cara berpikirnya?

Jawabannya adalah karena otak manusia sangat manipulatif. Seseorang bisa

menjadi ‘korban tipuan’ dari otaknya sendiri. Otak itu dibentuk bukan

oleh kemampuannya sendiri melainkan oleh ‘setting-an’ yang dilakukan

oleh orang-orang yang berada di sekitar dan membentuk diri seseorang. Hasil

tes kecerdasan dan tes bakat adalah setting ilmiah yang manipulatif. Guru

dan orangtua adalah setter yang merasa paling berhak membentuk

anak-anaknya. Sahabat, buku, para role model, dan banyak hal lagi juga

turut membentuk masa depan Anda.

Namun otak juga berinteraksi dengan mereka yang melakukan satting-an. Dan,

Tuhan sesekali membukakan mata Anda melalui ‘pengalaman’. Kalau otak Anda

‘terbuka’, maka la akan mendorong Anda untuk berubah. Dan, berbeloklah

pikiran Anda ke tempat yang lain dan nasib Anda pun berubah.

Maka janganlah menjadi dan menjadikan anak-anak Anda manusia dogmatik dalam

hal apa pun. Buatlah otak Anda tetap terbuka dan siap belajar hal-hal baru.

Maka hidup Andapun akan berubah.

Dari Buku: Cracking Entrepreneurs, Penyusun:  Rhenald Kasali. Penerbit: Gramedia: 2012

Wednesday, March 13, 2013

Yulia Astuti, Profesional Muda yang Beralih Menjadi Pengusaha Sukses Salon Khusus Wanita ‘MOZ5’

Bisnis salon memang sudah bertebaran di

mana-mana, tetapi salon yang khusus membidik

pangsa pasar Muslimah belum banyak ditemukan.

Berawal dari pengalaman Yulia Astuti saat kesulitan

mencari salon yang sesuai dengan keinginannya, dia

memutuskan untuk membuka bisnis salon khusus

buat para Muslimah. “Sebagian orang berjilbab

seperti saya, ingin dilayani oleh sesama wanita.

Para Muslimah berjilbab juga akan merasa lebih

nyaman jika tidak tercampur dengan laki-laki saat

melakukan perawatan diri di salon,” ujar Yulia yang

 

selalu tampil chic ini.

Usai lulus kuliah dari Fakultas Sastra Universitas

Indonesia pada Januari 2000, Yulia langsung

diterima bekerja di sebuah perusahaan manufaktur

asal Jepang. Pada bulan itu juga dia menikah

dengan seorang pria asal Solo yang berprofesi

sebagai akuntan. Saat sedang

semangat-semangatnya meniti karier, Yulia

melahirkan anak pertamanya pada November 2000.

Dia pun sangat menikmati peran barunya sebagai

seorang ibu, selain sebagai profesional.

Dua peran tersebut mau tidak mau menuntut

Yulia untuk bisa menjalankan keduanya dengan baik

dan seimbang. Pekerjaan di kantor menuntut

perhatian, energi, dan sikap profesional. Sementara

peran sebagai ibu tidak kalah mulia, juga menuntut

perhatian ekstra. Seiring perjalanan waktu, akhirnya

naluri keibuan Yulia ternyata lebih mendominasi

dirinya.

“Saya lebih condong memilih peran sebagai ibu,”

jawab wanita cantik kelahiran 1976 ini ketika

ditanya mengenai prioritasnya.

“Seprofesional apa pun kita mengatur waktu dan

peran, kadang kita menghadapi dilema. Ada saja

bentrokan yang terjadi. Misalnya ketika bersiap

pulang kerja pada jam enam sore, sering kali

tiba-tiba atasan memberi pekerjaan. Padahal, anak

saya di rumah sudah menunggu seharian untuk

mendapatkan kasih sayang,” kata Yulia mengenang.

Mulai saat itu muncul keinginannya untuk menjadi

 

pengusaha. Yang ada dalam pikirannya waktu

 

itu, menjadi pengusaha itu enak. Lebih bebas

mengatur waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan

pekerjaan. Bahkan, bisa ikut mengatur orang lain.

Sayangnya, dia belum mempunyai keberanian untuk

segera memulai.

Sampai akhirnya Yulia membaca Rich Dad Poor

Dad karya Robert T. Kiyosaki. Merasa mendapatkan

pencerahan baru, Yulia pun langsung

mempraktikkannya dengan mencoba terjun sebagai

investor. Tidak tanggung-tanggung, dia

berinvestasi pada sektor agrobisnis, walaupun

sebetulnya dia masih “buta” dengan dunia itu.

“Jangankan untuk beragrobisnis ria, berkebun saja

sebetulnya saya tidak terlalu tertarik,” ujar nyonya

Ari Nugroho ini.

Keputusan Yulia yang tampak tergesa-gesa

tersebut membuatnya harus mau menelan “pil pahit”.

 

Hanya perlu tiga bulan untuk memastikan

bahwa uangnya akhirnya lenyap tak berbekas.

Padahal, nilai investasi yang dia tanamkan besar

untuk ukuran dia saat itu.

Pengalaman pahit sebagai investor tersebut

menginspirasi Yulia untuk mencoba berbisnis sendiri.

Dia ingin mengelola modalnya sendiri, bukan hanya

sebagai investor lagi. Keputusan dalam memilih

usaha pun diambilnya dengan sangat hati-hati. Dia

tidak ingin membuat keputusan gegabah yang

berujung pada kegagalan seperti pengalaman

sebelumnya.

Yulia pun mencoba untuk terus menggali potensi

 

yang ada dalam dirinya. Dia melakukan

inventarisasi berbagai kegemarannya. Dari hasil

eksplorasi diri tersebut, Yulia menyadari kalau dari

dulu dia suka dengan aktivitas yang berhubungan

dengan perawatan diri. Sejak SMP dia sudah

senang dengan maskeran wajah, senang dipijat,

dan luluran. Yulia mengaku merasa enjoy dengan

perasaan nyaman setelah melakukan perawatan diri

di salon. Dia juga merasa nyaman saat menyentuh

kulit yang halus dan bersih. Bahkan untuk

memuaskan kegemarannya, Yulia senang meracik

berbagai ramuan kesehatan untuk dipakai sendiri.

Akhirnya, Yulia mendapatkan sebuah ide bisnis

yang prospektif. Dia mulai berpikir kenapa tidak

memulai bisnis dari yang apa dia sukai saja.

Walaupun bukan termasuk orang yang maniak

salon, tapi dia amat suka dengan aktivitas yang

berbau perawatan diri. Apalagi selama ini, dia sering

mengalami kesulitan mencari salon yang dijamin

tidak ada laki-laki di dalamnya. Hal itulah yang

mendasani dia ingin mempunyai usaha salon Muslimah.

Hambatan pertama saat akan memulai usaha

salon tersebut langsung menghadang. Yulia tidak

punya cukup modal karena tabungannya telah

terkuras habis saat gagal dalam bisnis sebelumnya.

Namun, Yulia tidak menyerah begitu saja. Dia pun

mencarii jalan keluar dengan mengajak

teman-temannya untuk bergabung sebagai mitra.

Setelah mendapatkan mitra, Yulia pun mulai

melakukan persiapan teknis pembukaan salon

pertamanya. Dia mulai hunting ke beberapa pusat

 

 

grosir, membeli handuk di ITC Mangga Dua, beli

kosmetik di Pasar Baru, cari gorden di Tanah

Abang, dan pesan furniture di Klender,

sampai menawar AC ke Glodok, meskipun pada

akhirya dia tahu, beli AC di Depok ternyata

ada yang lebih murah. Kehujanan saat

membagikan brosur dan dikejar-kejar satpam

gara-gara nekat membagikan brosur di

mal juga turut mewarnai persiapan membuka salon.

 

“Yang pasti, semua itu merupakan pengalaman

 

yang sangat seru bagi saya,” ungkap mama Caca ini.

Semua persiapan tersebut dikerjakan sendiri

oleh Yulia sambil terus bekerja. Bayangkan saja,

dia tinggal di Tanjung Priok, tiap hari berangkat

bekerja ke Cengkareng, dan kini merintis usaha di

daerah Depok.

Walaupun dia sudah mempersiapkan dengan

baik, tidak semuanya berjalan mulus. Kendala yang

muncul selalu ada. Masalah datang silih berganti.

Namun, dia tidak mau terlalu fokus pada masalah

yang timbul. Dia memilih untuk fokus dan teguh

pada impiannya. Yulia mengaku, berkat

 

kesungguhannya, banyak pihak yang mau

membantu. Sering kali dia memperoleh kemudahan

yang muncul dengan tiba-tiba.

Singkat cerita, salon yang diberi nama MOZ5

(baca: moslima) tersebut berhasil dibuka pada 9

Mei 2002. MOZ5 itu sebenarnya dari kata

Muslimah. Biar terdengar funky dan mudah diingat

orang, Mus saya ubah jadi Moz, dan 5 untuk kata

limah. Ciri khusus salon ini adalah hanya melayani

perawatan khusus bagi para Muslimah,” ujar anak

pertama dari pasangan Jusuf A. Haras dan Syamsiah ini.

Keputusan Yulia untuk membuka Salon MOZS di

Jalan Margonda Raya No. 455 Depok ini, tentu

dengan pertimbangan yang mendalam. Kawasan

Margonda merupakan daerah yang sangat strategis,

beberapa kampus universitas ternama berada di

sekitarnya. Banyak mahasiswa dan pekerja yang

bermukim di Depok sehingga potensi pasar di daerah

ini sangat luar biasa.

Bersama tiga orang karyawan, Yulia siap menerima

 

tamu pertama. Perasaannya waktu itu

campur aduk jadi satu. Saat tamu pertama datang,

dia dan para karyawannya pun sempat gugup.

Namun, semua itu berhasil diatasinya dengan

memberikan pelayanan yang ramah dan

menyenangkan. Setelah tamu pertama, tamu

berikutnya datang menyusul silih berganti. Hari

pertama langsung berhasil “pecah telor”.

Kesibukan yang bertambah setelah mempunyai

usaha sampingan membuat Yulia terus belajar

 

memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jika

sebelumnya jam istirahat kantor biasa dipakai untuk

tidur siang, kini digunakannya untuk memantau

perkembangan salon.

Selain sibuk menelepon, waktu istirahatnya

juga sering dimanfaatkan untuk membuat rencana

pengembangan bisnis dan laporan. Dampaknya,

kejenuhan yang dulu sering menghinggap, kini

berangsur mulai hilang. Begitu ada waktu luang, dia

langsung memanfaatkannya untuk melakukan

berbagai aktivitas yang menunjang kemajuan

salonnya. Mulai bikin resep kosmetik dan

bahan-bahan tradisional, sampai bikin draft

newsletter untuk promosi.

Seiring berjalannya waktu, euforia memulai bisnis

 

sendiri mulai hilang. Kualitas masalah yang

dihadapi juga terus meningkat mengikuti

pertumbuhan bisnisnya. Yulia tidak lagi terlalu

dipusingkan oleh berbagai masalah teknis

sehari-hari. Dia mulai berlatih membuat prioritas. Dia

mulai memusatkan perhatiannya pada seputar

masalah karyawan, kepuasan pelanggan,

peningkatan kualitas pelayanan, dan sebagainya.

Hal ini membuat cara berpikirnya jauh lebih maju

dari sebelumnya.

Yulia juga selalu memikirkan nasib para karyawan.

 

Bagaimanapun keluarga mereka

menggantungkan hidup dari usaha salonnya.

Pekerjaan inilah yang paling menantang sekaligus

paling menyentuh sisi kemanusiaannya. Hubungan

baik yang dibangunnya tidak sekadar hubungan

 

antara bos dan karyawan, atau hubungan antara

salon dengan pelanggan. Namun, lebih kepada

hubungan sebagai mitra, hubungan sesama manusia

sebagai seorang pribadi yang unik dan spesial.

Sebagai pemimpin, Yulia berusaha memberi

contoh yang baik bagi para anggota tim salon

MOZ5. Dia menyadari, cara dia berinteraksi akan

memengaruhi bagaimana para karyawan bersikap

dengan para pelanggan. Apalagi membina hubungan

dengan para pelanggan sangat memengaruhi

kelangsungan bisnis ini. Para pelanggan adalah urat

nadi dalam setiap bisnis, terutama dalam bisnis jasa

seperti salonnya.

Perlahan tapi pasti, Yulia mulai membangun

sistem yang lebih baik. Sistem tersebut sangat

berbeda dengan pola yang dibangunnya saat

pertama memulai bisnis. Saat pertama kali memulai

bisnis, dia merasa sangat sibuk. Tenaga dan

pikirannya terkuras habis. Bahkan, dia pun sempat

bertanya-tanya, beginikah rasanya jadi pengusaha?

Mengapa tidak seindah yang dibayangkan

sebelumnya? Hidupnya seperti dikejar-kejar. Pada

awal berbisnis, kesibukan yang menggunung antara

membangun bisnis, bekerja, dan keluarga, membuat

kualitas hidupnya serasa menurun.

Berkat pembelajaran yang tiada henti, sistem

yang dibangunnya sudah mulai berjalan dengan

baik. Saat ini, dia tidak harus datang ke salon

setiap waktu. Semua pekerjaan sudah bisa

didelegasikan kepada para karyawan. Dengan

begitu Yulia bisa lebih berkonsentrasi untuk

 

memikirkan hal-hal yang lebih bersifat strategis.

Untuk mencapai tahap tersebut, Yulia tidak

segan-segan belajar manajemen salon

kepada orang yang lebih profesional. Walaupun

untuk itu dia harus merogoh kocek sekitar

Rp300 ribu untuk setiap jam konsultasi.

 

Baginya investasi yang telah

dikeluarkannya tersebut sangat worth it. Hal itu

lebih baik daripada dia harus trial and error sendiri

yang justru bisa mengakibatkan biaya kegagalan

yang jauh lebih mahal.

Dengan terus belajar dari berbagai pengalaman, buku,

 

seminar, sharing, dan bergaul

dengan orang-orang sukses, kemampuan bisnis

Yulia semakin terasah. Yulia juga selalu

mendisiplinkan diri untuk teachable dan rendah hati.

Hasilnya dia mulai tahu, apa yang harus dia

lakukan. “I can see the whole picture. Business is

just a game,° tandas wanita yang gemar makan cakes ini.

Pada 2004 Yulia mengundurkan diri dari statusnya

 

sebagai karyawan dan memutuskan untuk

terjun sepenuhnya sebagai pengusaha. Salah satu

hal yang menjadi pertimbangannya, perusahaan itu

bisa mendapatkan banyak penggantinya dalam

waktu singkat. Tapi kalau salon MOZ5, siapa yang

 

bisa menggantikannya? Siapa yang bisa mengambil

alih dreams, passion, dan harapannya? Bagaimana

dengan nasib beberapa karyawan yang masa

depannya bergantung pada salon MOZ5?

Pertimbangan itulah yang menguatkan tekadnya

untuk secara full time mengelola dan mengembangkan

 

salon MOZS. Namun, Yulia tetap menghargai setiap waktu

yang dia habiskan pada pekerjaannya dulu. Begitu

banyak pelajaran yang dia dapatkan, yang mungkin

tidak akan didapatkan di luar. Membina hubungan

dengan atasan dan bawahan serta antar-sesama

karyawan. Belajar Strategic Management, Production

 

Management, Human Resources Management,

Planning, TQM, ISO, visi, dan misi perusahaan.

Tentu saja semua itu akan sangat bermanfaat jika

diaplikasikan ke bisnis sendiri. Dia menganggap saat

bekerja tersebut serasa mengambil kuliah di sekolah

management secara gratis, bahkan digaji.

Perkembangan salon MOZ5 di Depok yang sangat

 

bagus, membuat Yulia berpikir untuk

mengembangkan salonnya di wilayah lain.

Berhubung rumahnya cukup jauh dari Margonda,

pada awal 2006, dia memutuskan untuk mendirikan

cabang di kawasan Plumpang, Jakarta Utara. Lokasi

yang dipilih Yulia persis di Jalan Plumpang Raya

nomor 19 A. Selain strategis karena dekat jalan

raya, tempatnya juga bersih dan nyaman bagi pengunjung.

Menghadapi persaingan dalam bisnis salon ini,

Yulia mengaku cukup percaya diri dan optimistis.

 

Dia yakin bahwa setiap orang mempunyai rezeki

masing-masing. Yang penting baginya, selain

memberikan pelayanan yang istimewa, bagaimana

selalu menciptakan produk, atau pelayanan terbaru

untuk memanjakan para pelanggan.

Menurut wanita yang pernah memperoleh

beasiswa sekolah ke Jepang ini, segala usaha yang

telah dilakukannya tidak lepas dari dukungan

orangtua, suami, dan anak-anaknya. Apalagi usaha

yang digelutinya, ada hubungannya dengan masa

kecilnya.

Pada waktu itu, ibunya hanya memberi uang

jajan yang sedikit sekali. Bahkan, waktu sekolah

dasar pun ia tidak pernah dikasih uang jajan. Saat

itu timbul dalam benak Yulia, bagaimana caranya

mendapatkan uang sendiri. Dia pun mencoba

berjualan stiker atau gambar tempel, kartu, dan

menyewakan komik. Uang dari berjualan itu akhirnya

bisa buat jajan sendiri, tanpa harus minta dari

orangtua.

Begitu pun sewaktu SMP, Yulia berjualan makanan kecil,

 

donat dan buku. Hasilnya buat jajan

dan nonton bersama teman-temannya. Dia sempat

merasakan bahwa ternyata enak juga bisa

menghasilkan uang sendiri.

Dengan berbisnis, Yulia kini bisa lebih menikmati

hidupnya. Dia menyadari sepenuhnya apa yang dia

jalani, bukan sekadar menjalani layaknya air

mengalir. “Everyday is my journey of learning,

learning of life itself,” ungkapnya dalam bahasa

Inggris yang fasih. Setiap hari, dia merasa sedang

 

kuliah di universitas kehidupan. Dia semakin

mengenal dirinya sendiri.

Yulia menyadari apa yang dia lakukan, tidak

cuma akan memengaruhi keadaannya sendiri, tapi

juga memengaruhi banyak orang. Dia menyadari

bahwa dia akan mendapatkan karyawan, partner

bisnis, dan customer yang baik jika dia juga mampu

menunjukkan sikap yang baik. Untuk itulah dia

selalu meningkatkan kualitas diri.

Walaupun sekarang Yulia memang belum mendapatkan

 

semua yang dia inginkan, setidaknya apa

yang dia jalankan adalah pilihannya sendiri. “Saat

kita melakukan sesuatu atas pilihan kita sendiri,

maka semuanya menjadi sangat indah,” tegasnya.

Dalam bisnis dia juga belajar bersabar, ikhlas,

dan legowo. Sering kali segala sesuatu berjalan

tidak sesuai dengan harapan, bahkan jauh dari

harapan. Justru di situlah dia belajar berbagai hal.

“Di saat kita tidak mendapatkan apa yang kita

inginkan, kadang justru kita mendapatkan sebuah

pembelajaran yang luar biasa,” ungkapnya bijaksana.

Yulia mengajak para karyawan untuk mempunyai

mimpi yang besar. Seberapa kuat mimpi tersebut

akan terlihat dari seberapa besar hasrat untuk

mewujudkannya. Yulia menyadari betapa

keberhasilan yang diraihnya tidak lepas dari dream,

atau mimpi yang dibangunnya. Dream yang kuat

dan dipadukan dengan knowledge dan skill yang

tinggi akan menghasilkan kebiasaan bagus yang

mengantarkan kepada sebuah kesuksesan.

“Knowledge atau pengetahuan bisa didapat dari

 

seminar, buku, film, cd, kaset, dan sharing dengan

orang-orang sukses. Kuncinya ada pada sikap

open mind. Selalu mau belajar dari kesuksesan orang

 

lain. Pakai saja prinsip ATM (Amati Tiru Modifikasi),”

papar Yulia membagikan tips sukses.

Bagi mereka yang ingin berbisnis, Yulia

menganjurkan untuk memulai dari sesuatu yang

benar-benar disukai. Tidak sekadar mengikuti tren

yang bermunculan di masyarakat. Bisnis yang

berawal dari hobi akan menghasilkan ketekunan dan

lebih tegar diterjang badai. Walaupun kadang

mungkin merugi, pebisnis yang berawal dari hobi,

biasanya tetap senang menjalankan bisnisnya

karena pada dasarnya dia memang hobi dalam

bidang tersebut. “Dengan ketekunan dan kesabaran

yang terus dibangun, suatu saat bisnis tersebut

pasti akan berhasil juga,” ujar Yulia meyakinkan.

Pertengahan 2007, Yulia kembali mengembangkan

 

usaha salonnya dengan membuka cabang

ketiga di kawasan Harapan Indah Bekasi. Salon

yang ketiga ini menjadi pilot project untuk sistem

franchise yang akan dikembangkannya. Yulia

berharap dengan mewaralabakan MOZ5,

keinginannya untuk membuka cabang MOZ5 di

berbagai daerah akan lebih cepat terwujud.

Yulia bangga menjadi seorang pengusaha.

Ternyata, uang hanya salah satu risiko yang dia

 

dapatkan dalam berbisnis. Yulia mulai memasuki

tahap di mana baginya, bisnis bukan lagi sekadar

money machine saja. Selebihnya banyak perubahan

diri dan pelajaran hidup yang didapatnya. Yulia

bersyukur bisa memberikan manfaat dan menjadi

saluran rezeki bagi orang lain.

Di satu sisi, Yulia tetaplah seorang ibu, istri,

anak, sahabat, dan seorang Yulia bagi dirinya

sendiri. Banyak aspek lain yang juga sangat penting

dalam hidupnya. Bagi Yulia, bisnis hanyalah

jembatan menuju impian-impiannya. Bisnis hanyalah

salah satu penggembira dalam hidupnya. Karena

perannya sebagai ibu, istri, anak, sahabat, dan bagi

dirinya sendiri, jauh lebih penting dan berharga.

“Apa pun peran kita, semuanya tetap saja

menuntut nilai-nilai yang sama. Karena itu,

semuanya bisa berjalan berbarengan dan saling

beriringan,” papar Yulia dengan mantap.

 

Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

Rizky Pohan, Sejak Masih SMA Sudah Merintis Usaha, Kini Berkibar Lewat Bisnis Rental Audio System ‘Pe Plus’

Rizky Pohan adalah seorang pria sukses yang

terjun bebas ke dunia rental audio system. Ia

pemilik Pe Plus Audio System Rental dan memiliki

studio rekaman yang sedang menggarap album

Ballads of The Cliché.

Cerita sukses Rizky Pohan dimulai sejak ia masih

 

duduk di bangku SMA, saat itu, dengan

bermodalkan peralatan home theatre milik

temannya dan sepasang lampu disko yang terkenal

pada zamannya, ia mulai menggeluti dunia

penyewaan audio system. Dengan peralatan minim

 

itu, la mencoba menawarkan jasa penyewaan

kepada remaja-remaja putri SMA Jakarta yang

menggandrungi dance. Pada saat itu, orderan

memang tidak banyak, tapi hasilnya lumayan, dari

mulut ke mulut akhirnya lumayan dikenal di

SMA-SMA daerah Jakarta Selatan.

Dari awalnya hanya sekadar have fun, namun

melihat adanya peluang bisnis yang menggiurkan,

Rizky mulai berpikir untuk serius menekuni bidang

ini. Maka semenjak kuliah, ia dan temannya, mulal

mengabdikan diri pada pekerjaan ini. Dengan modal

yang didapat dari investor, maka mulal dirintislah

usaha rental audio system itu. Ia juga melihat,

pada waktu ia memulal empat tahun yang lalu,

belum banyak rental audio system yang

bermunculan di Indonesia.

Menjalankan bisnis sambil kuliah jelas tidak

mudah, itu juga dialami Rizky pada awalnya.

Pengorbanan paling besar adalah waktu, karena

bisnis ini sangat menuntut waktu untuk menyiapkan

segalanya, “Weekend yang seharusnya bisa

jalan-jalan, gue keja. Pulang kuliah juga nggak bisa

kemana-mana, langsung kerja, waktunya orang

tidur kita kerja, waktunya orang kerja, kita kerja

juga ... hahaha,” kelakarnya menjelaskan mengenal

pengorbanan dia yang paling besar.

Selain masalah waktu, orangtua juga sempat

tidak setuju dengan pekerjaan yang dipilih Rizky,

karena masalah waktu kerja yang tidak jelas.

“Waktu kerja gue kan, kebanyakan malem, dan gue

masih kuliah waktu itu. Orangtua gue sempet

 

mempertanyakan aja, sebenernya gue tuh lagi

ngerjain apa. Tapi lama-lama, pria lulusan

Interstudi ini berhasil meyakinkan kedua

orangtuanya dengan keberhasilan di bisnis yang

sedang ia jalankan seiring dengan kuliah yang

berjalan mulus. “Gue harus nunjukin bahwa gue

ngelakuin yang bener, dan sekarang gue buktiin

bahwa gue bisa sukses.”

Sekarang bisnis rental audio system yang fokus

 

untuk kegiatan indoor milik Rizky ini sudah

berkembang pesat, berbagai Event Organizer (EO)

besar sudah memercayakan pekerjaan kepadanya.

Beberapa EO besar dan ternama rutin bekerjasama

dengan rental audio system miliknya. Diakui Rizky,

kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama,

“Pokoknya kita usahain semua permintaan klien bisa

terpenuhi. Kalaupun ada yang barangnya kita nggak

punya, kita kasih alternatif lain yang nggak kalah

bagusnya. Semuanya harus dilakukan dengan

komunikasi yang baik,” ujarnya mantap.

Dengan bermodalkan kemauan yang keras,

tanggung jawab, dan konsisten terhadap bidang

yang ditekuninya, pria berusia 26 tahun ini sekarang

dapat menikmati hasilnya. Pendapatan yang

mencapai angka miliaran rupiah dan terus naik

persentasinya dari tahun ke tahun, jelas

pengorbanan Rizky selama ini tidak sia-sia. “Bisa

mencukupi diri sendiri, rumah, mobil juga sekarang

bisa kebeli, kecil-kecilanlah. Sekarang gue juga bisa

renovasi rumah orangtua gue,” ujarnya malu-malu.

Namun selain materi, pengakuan dan penghargaan

 

atas hasil jerih payahnya juga punya

kebanggaan yang tidak bisa dihitung nilainya.

Bekerjasama dengan Twilite Orchestra dan band

groovy jazz Maliq and D’essential menjadi

kebanggaan tersendiri dalam perjalanan kariernya.

“Bisa kerjasama dengan Twilite Orchestra dan Maliq

punya kebanggaan tersendiri buat gue, berarti kerja

gue selama ini dihargai orang lain.”

Walau sudah sukses, Rizky tidak mau statis

dan terbuai, ia masih terus mengembangkan

bisnisnya ke sektor-sektor lain yang masih dalam

lingkup pekerjaannya sekarang. Pe Plus Sendiri

pernah mendapat penghargaan dari Telex, sebuah

perusahaan communication device yang memegang

lisensi distributor untuk merek Bosch, Midas, dan

Electro Voice, sebagai bisnis rental terbaik dengan

menggunakan produk-produk mereka di tahun 2004

silam.

 

Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

Ikhwan Sopa, Mantan Akuntan yang Sukses Lewat Bisnis Sekolah Komunikasi QA Communication

Ketertarikan pada suatu bidang sering kali

membuat seseorang membuat keputusan yang

amat berani. Hal inilah yang terjadi dengan Ikhwan

Sopa. Terdidik sebagai akuntan, dan sekian lama

berprofesi sebagai konsultan pajak, tidak

menyurutkan langkah Sopa, begitu dia akrab

dipanggil, untuk merintis sebuah dunia baru.

Ketertarikannya pada dunia public speaking dan

pengembangan diri, membuatnya nekad mendirikan

QA Communication. Sebuah sekolah komunikasi

yang berbasis motivasi di Jakarta. Selain itu, dia

 

juga mendirikan milis bicara dan rajin menulis, yaitu

tips seputar motivasi dan pengembangan diri yang

dimuat dalam blog-nya www.milis-bicara.blogspot.com.

Melalui QA Communication, Ikhwan Sopa telah

melahirkan sebuah konsep brilian yang kini terbukti

telah mengubah kehidupan banyak orang. Konsep

tersebut lahir sebagai hasil dari penelitian dan

pembelajaran yang dilakukannya secara otodidak.

Konsep yang dirasakannya cukup unik, setelah

diolah cukup matang, dan dikemas dalam sebuah

sistem pelatihan, akhirnya siap diluncurkan ke

masyarakat.

Ketika pertama kali memulai memasyarakatkan

konsep ini, Sopa mendirikan event organizer sendiri

untuk menangani berbagai training yang

diadakannya. Akhirnya, lahirlah Power Workshop

EDAN yang semakin melambungkan namanya,

seiring dengan semakin meningkatnya permintaan

masyarakat untuk mengikuti workshop ini.

Sopa kini berkolaborasi dengan lebih dari 35

Event Organizer dari seluruh Indonesia untuk

menyelengganakan workshop-nya. “Saya pilih istilah

EDAN semata-mata karena unik dan membuat orang

Penasaran” ujar Sopa ketika ditanya mengenai ide

awal nama workshop tersebut.

EDAN merupakan sebuah metode pengembangan diri

 

yang action oriented, dengan fenomena

komunikasi sebagai modeling template-nya. Metode

EDAN akan mentransformasi realitas seseorang

menjadi lebih nyaman, approachable, dan

 

achievable. Dengan metode EDAN, seseorang akan

melihat, mendengar, dan merasakan dunia,

cita-cita, impian, dan harapannya dengan lebih

jelas dan dekat. EDAN adalah singkatan dari

Energy, Dignity, Anticipation, dan Nothing to Lose,

papar pria kelahiran Yogyakarta ini.

Sopa memakai fenomena public speaking sebagai

 

modelling template, karena menurutnya

karakter, kepribadian, dan tingkat percaya diri

seseorang dalam keseluruhan hidupnya, secara

tegas dan jelas tercermin pada rasa percaya dirinya

saat berbicara dan public speaking.

Workshop EDAN akan mentransformasi diri

seseorang menjadi orang yang Iebih percaya diri.

Bahkan, jika sekarang seseorang sudah merasa

percaya diri sekalipun, dia bisa menaikkannya ke

tingkat yang Iebih tinggi. Workshop EDAN adalah

sebuah workshop yang akan menjadikan seseorang

semakin dekat dengan sukses dan cita-citanya.

Setiap kesuksesan akan meningkatkan rasa

percaya diri. Makin kaya, makin berkuasa, makin

tinggi jabatan atau posisi, makin berkembang karier

dan profesi, makin berhasil di dalam bisnis, akan

membuat seseorang makin percaya diri. Maka,

orang yang telah sukses berada di puncak, akan

sangat tinggi rasa percaya dirinya.

Sejalan dengan naiknya prestasi dan pencapaian,

 

berbagai tantangan dan hambatan juga

akan makin besar dan makin berat. Maka sudah

sewajarnya, diperlukan rasa percaya diri yang juga

terus tumbuh, makin kuat, setara dengan berbagai

 

tantangan dan hambatan itu. Oleh karena itu,

diperlukan pemahaman dan keahlian tentang rasa

percaya diri.

Sopa menjelaskan bahwa penguasaan atas dua

kemampuan itulah yang membuat mereka lebih

dekat kepada kesuksesan dan cita-cita mereka,

sehingga mereka makin cepat mencapainya.Lebih

jauh lagi, orang yang sukses dan berhasil adalah

orang yang memahami bahwa kedua ramuan ajaib

tersebut, dapat dikembangkan sekaligus dengan

starting point menjadi lebih percaya diri saat

berbicara di depan orang banyak.

jika berhasil dengan baik dalam mempertahankan

 

dan meningkatkan rasa percaya diri Anda saat

benbicara di hadapan publik, Anda telah menguasai

dua keahlian di atas sekaligus. Anda menjadi lebih

pencaya diri dalam benbicara kepada onang lain dan

Anda lebih pencaya diri benbicara kepada diri

sendiri,” jelas pria yang pernah menjadi konsultan

pajak ini.

Sopa mengajak kita untuk mengingat sejenak

situasi, mood, dan perasaan kita, saat harus

benbicara di depan banyak onang. Kita akan

menemukan bahwa kelemahan kita terletak pada

berbagai fenomena yang benkaitan dengan orang

lain dan diri sendiri.

Dengan menjadi lebih pencaya diri saat berbicara

 

di depan orang banyak, dengan cara, teknik,

metode, dan mindset yang benar, Anda akan lebih

berhasil dalam memimpin, menjual, dan dalam

presentasi. Plus, Anda juga akan lebih benhasil

 

dalam mengelola dan mengoptimalkan potensi diri

Anda, papar Akuntan lulusan STAN 1996 ini.

Sopa kembali menekankan bahwa dengan menjadi

 

lebih percaya diri berbicara di depan orang

banyak, maka seseorang akan menjadi lebih

percaya diri berhubungan dengan orang lain, dan

lebih percaya diri mengelola diri sendiri. Workshop

EDAN dapat membantu seseorang dengan

melatihnya melalui media public speaking. Hal ini

dikarenakan public speaking mempunyai beberapa

kelebihan. Di antaranya lebih mudah daripada

metode lainnya, lebih mencerminkan dunia nyata,

lebih urgent, dan langsung berdampak pada

kesuksesan seseorang.

Kalau seseorang lebih percaya diri dalam

berbicara, dia lebih percaya diri dalam mencapai

kesuksesan. Jika anggota tim kita lebih percaya diri

dalam berbicara, tim kita memiliki peluang lebih

besar untuk mencapai kesuksesan. Jika orang-orang

di dalam perusahaan kita Iebih percaya diri dalam

berkomunikasi, perusahaan kita makin mendekati

kesuksesan.

Berkat kegigihan Sopa untuk terus belajar dan

meningkatkan keahliannya, dia kini sering diminta

menjadi pembicara untuk topik motivasi dan

pengembangan diri. Produk yang dijual dan laris di

pasaran kini, tidak hanya workshop EDAN, namun

juga berbagai produk yang disesuaikan dengan

kebutuhan pelanggan. Tema yang ditawarkan juga

semakin berkembang dari waktu ke waktu. Hasilnya

saat ini, Sopa telah masuk dalam jajaran motivator

dan pembicara publik terkemuka di Indonesia.

 

Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

Ade Hidayat, Berani Memulai Usaha Langkah Awal Kesuksesan Bisnis Pulsa Selulernya

Banyak orang yang menginginkan punya bisnis

sendiri, tetapi hanya sedikit saja yang berani

mewujudkannya. Keberanian di sini tentu

mempunyai arti yang lebih luas. Termasuk di

dalamnya keberanian berpikir di luar jalur pemikiran

orang kebanyakan, berani memikirkan hal-hal yang

tidak pernah dipikirkan oleh orang lain, berani

berpikir ke luar dari jalur berpikir logika rasional,

berani dicemooh, atau diremehkan orang lain.

Memulai berbisnis memang terbukti tidak harus

dengan modal sendiri. Dengan modal keyakinan dan

 

tekad yang kuat, kendala modal selalu bisa diatasi.

Hal itulah yang dilakukan oleh Ade Hidayat, pemuda

yang tinggal di daerah Banten. Tepat pada 13

Februari 2007, Ade berhasil mengambil alih sebuah

counter usaha seluler di daerah Serang, Banten.

Walaupun saat itu modalnya belum cukup, namun

berkat keinginannya yang kuat dan presentasi yang

meyakinkan, Ade berhasil mengajak temannya untuk

meminjamkan sejumlah uang sebagai modal. Dia pun

kini sudah mempunyai bisnis seluler sebagai hasil

take over dan diberi nama Pandu Seluler.

Bisnis penjualan pulsa dan aksesori handphone

memang sudah merebak di mana-mana. Untuk itu,

Ade berusaha keras untuk memberikan sentuhan

yang berbeda. Pelayanan kepada pelanggan selalu

ditingkatkan agar mereka menjadi pelanggan yang

loyal. Dampaknya, bisnis yang dirintisnya kini

menunjukkan perkembangan yang positif. Omzet

terus meningkat dari bulan ke bulan. Dengan

peningkatan omzet yang signifikan ini, gaji

karyawan pun meningkat karena Ade memberikan

insentif penjualan untuk memotivasi mereka.

Margin keuntungan pada bisnis seluler memang

tidak sebesar bisnis lainnya. Untuk itu, Ade selalu

menekankan pada tingginya volume penjualan. Saat

ini, Ade bisa menikmati keuntungan kotor sekitar

8% dan omzet, sementara keuntungan bersihnya

sekitar 4%. Namun, seiring dengan meningkatnya

keterampilan dan pengetahuan supplier, maka

margin keuntungannya semakin lama semakin besar.

Hasil yang didapat Ade langsung diputar lagi

 

untuk membesarkan volume usaha. Dia bertekad

tidak mengambil keuntungan untuk keperluan

pribadinya dulu sebelum usahanya berjalan dengan

baik. Suatu saat jika bisnis saya sudah

berkembang di banyak tempat, barulah saya akan

memetik hasilnya. Saya ingin menjadi bos di

perusahaan saya sendiri, ujar Ade Hidayat dengan

nada optimis.

Setelah menjalankan outlet Pandu Seluler selama

 

enam bulan, Ade semakin yakin dengan

prospek pada bisnis ini. Dia pun membuka cabang

Pandu Seluler 2 pada 4 Agustus 2007. Outlet Pandu

Seluler yang ke-2 ini kondisinya lebih luas dan

permanen. Lokasinya yang terletak di Jalan Raya

Cilegon Km 2 Kepandean Serang ini, boleh dibilang

cukup strategis. Terbukti, belum lama dibuka, tapi

omzet penjualannya terus menunjukkan

peningkatan yang positif. Omzet tersebut didukung

oleh jumlah transaksi per hari yang bisa mencapai

90 transaksi. Sementara kalau sedang sepi, sehari

minimal terjadi 50 kali transaksi.

Ade Hidayat kini telah menjadi sub dealer Dompet Pulsa XL.

 

Saat ini setidaknya sudah ada 6 Chip

DPXL yang dipakai di counter-counter. Setiap 2-3

hari sekali Ade mengunjungi counter-counter untuk

menagih setoran. Yang mereka bayar hanya yang

sudah terjual. Keuntungannya memang tidak terlalu

banyak, karena yang dia dapat hanya potongan

harga dari dealer. Tapi dengan pengisian yang

kontinyu, dia berharap hasilnya akan semakin meningkat.

 

Walaupun kios yang disewanya cukup sederhana

 

dan tidak terlalu besar, ternyata bisa

membukukan omzet yang cukup besar. Ade tidak

pernah gentar setiap kali ada pesaing baru yang

masuk. Dia yakin rezeki tiap orang sudah diatur oleh

Allah, yang tetap konsisten dengan kemurahan

Allah-lah yang akan mendapatkan banyak.

Salah satu kiatnya yang diterapkan adalah

dengan menyediakan stok secara lengkap. item

yang terjual lambat (slow moving) dan untungnya

kecil pun tetap disediakannya karena kelengkapan

sangat disukai pembeli. Ade hanya perlu mengatur

agar stok yang lambat tersebut tidak terlalu banyak

volumenya.

Salah satu misi sosial Ade dalam berbisnis adalah

 

berupaya menyejahterakan para karyawan agar

mendapatkan penghasilan yang layak. Sementara

misi spiritualnya menjemput rezeki yang Allah

tebarkan di muka bumi, dan menebarkannya kembali

kepada orang yang berhak menerimanya. Untuk

itulah dia selalu optimis karena Allah tidak akan

menyianyiakan usaha hamba-Nya.

Dalam rangka menyejahterakan karyawan, Ade

juga memberikan insentif dari hasil penjualan, selain

gaji tetap tentunya. Otomatis semakin maju dan

tinggi angka penjualan, maka karyawan juga akan

semakin sejahtera. Dia yakin karyawan yang

sejahtera akan bekerja dengan baik dan loyal pada

pekerjaannya. lnsya Allah saya akan terus

menaikkan upah karyawan yang disesuaikan dengan

omzet penjualan, papar ayah dua anak ini.

 

Selain mempunyai misi utama untuk memberikan

 

kesejahteraan pada karyawan, Ade juga

bermimpi suatu saat nanti bisnis ini akan menjadi

penopang utama ekonomi keluarga. ‘Saya berharap,

ini adalah kontribusi saya buat warga Cilegon dan

Serang agar terbangun dari tidurnya. Janganlah

hanya berharap bisa bekerja pada orang lain, tapi

ciptakanlah lapangan kerja baru. Alhamdulillah,

dengan 2 counter seluler tersebut, saya sudah

mempekerjakan 2 orang karyawan. Tahun depan

insya Allah minimal 5 karyawan yang bergabung

dengan perusahaan saya, ungkap Ade dengan optimis.

Perjalanan hidup Ade Hidayat sendiri mengisyaratkan

 

sebuah perjuangan yang tidak kenal

lelah. Tercatat sudah lebih dari 11 tahun dia

bekerja. Beberapa perusahaan telah dia singgahi.

Ade bahkan pernah mengajar di beberapa SMA dan

bimbingan belajar. Setelah malang melintang

sebagai karyawan, impiannya saat ini adalah

bekerja di perusahaan sendiri sebagai entrepreneur.

Langkah mewujudkan impian tersebut telah

dimulai pada Januari 2006. Ade mulai merancang

apa yang akan dia kerjakan di masa mendatang.

Target 10 tahun ke depan sudah dia buat. Dia pun

fokus pada target tersebut. Saat ini, target usaha

yang saya canangkan telah tercapai, bahkan

beberapa poin melampaui target yang sudah dia

buat pada bulan Januari 2006.

Ade percaya dengan prinsip “like attracts like”.

Apa yang ingin dia capai akan tercapai, alam

 

semesta akan mendukung apa yang diupayakan.

Walaupun saat ini masih bekerja sebagai karyawan,

namun suatu saat nanti, beberapa tahun lagi bisnis

yang dirintisnya akan menjadi pekerjaan utama. Dan

seragam kekaryawanan ini akan dia lepaskan

dengan bangga tanpa mengharap pesangon. Dalam

berbisnis, dia menemukan kepuasan batin yang

selama ini dia dambakan.

Langkah pertama telah dilakukan, tinggal

menunggu langkah-langkah selanjutnya yang

membutuhkan komitmen, kesabaran, ketabahan,

dan rasa syukur. hambatan, rintangan, dan

kegagalan justru akan membuat kita lebih kreatif

untuk mencari cara lain, strategi jitu, dan inovasi,

kata Ade dengan nada yang meyakinkan.

Dalam perjalanan bisnisnya, Ade Hidayat menarik

 

beberapa benang merah bahwa dalam

berbisnis diperlukan beberapa hal di antaranya

adalah kesetiaan terhadap partner bisnis,

memberikan manfaat sebesar-besarnya pada

customer, mendidik karyawan secara baik dan

benar, fokuskan pada keahlian, jalin silaturahmi

dengan semua pihak, dan selalu menepati janji. Dia

juga menegaskan pentingnya fokus pada bisnis

tertentu dan perlunya mempelajari strategi bisnis

orang-orang yang telah sukses.

Dalam menjalani kehidupannya, Ade Hidayat

begitu terinspirasi dengan sebuah kisah seorang Pak Tani.

Alkisah, zaman dahulu kala ada seorang

petani miskin yang hidup dengan seorang

 

anaknya. Mereka hanya memiliki seekor kuda

kurus yang sehan-hari membantu mereka

 

menggarap ladang yang tidak seberapa

luasnya. Pada suatu hari, kuda Pak Tani

satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu

saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar

berita itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh

malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,

Malang atau beruntung, aku tidak tahu.

Keesokan harinya, ternyata kuda Pak Tani

tersebut kembali ke kandangnya, dengan

membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera

saja ladang Pak Tani yang tidak seberapa luas

dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah

perkasa. Orang-orang dari kampung

berbondong datang dan segera mengerumuni

koleksi kuda-kuda yang berharga mahal

tersebut dengan kagum. Para pedagang kuda

segera menawar kuda-kuda tersebut dengan

harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak

Tani pun menerima uang dalam jumlah

banyak, dan hanya menyisakan satu kuda liar

untuk berkebun membantu kuda tuanya.

Orang-orang kampung yang melihat peristiwa

 

itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh

beruntung nasibmu. Pak Tani hanya

menjawab, Malang atau beruntung, aku tidak

tahu ...

Keesokan hariinya, anak Pak Tani pun dengan

 

penuh semangat berusaha menjinakkan

 

kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut

terlalu kuat sehingga pemuda itu jatuh dan

patah kakinya.

Orang-orang kampung yang melihat peristiwa

 

itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh

malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,

Malang atau beruntung, aku tidak tahu ...

Pemuda itu pun terbaring dengan kaki

terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya.

Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah

bisa pulih kembali. Keesokan harinya,

datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu.

Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk

bergabung menjadi pasukan raja bertempur

melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh

pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang

sakit dan cacat. Anak Pak Tani pun tidak harus

berperang karena dia cacat.

Orang-orang kampung berurai air mata

melepas putra-putranya bertempur, dan

berkata, Wahai Pak Tani, sungguh beruntung

nasibmu. Pak Tani hanya menjawab, malang

atau beruntung, aku tidak tahu ....

Ade sangat terinspirasi dengan sikap Pak Tani

yang sering disebut, non-judgement. Sebagai

manusia, kita memiliki keterbatasan untuk

memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan

Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari

ini sebagai kesialan, barangkali di masa depan

baru ketahuan adalah jalan menuju

keberuntungan, kata Ade menjelaskan.

 

Maka, orang-orang seperti Pak Tani di atas,

berhenti untuk menghakimi kejadian dengan label

beruntung, sial dan sebagainya. Karena,

siapalah kita ini menghakimi kejadian yang

kita sungguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya

nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaannya,

 

bisa jadi bukan suatu kesialan, manakala

ternyata status jobless-nya telah memecut dan

membuka jalan bagi dirinya untuk menjadi bos besar

di perusahaan lain.

 

Hadapi badai kehidupan sebesar apa pun.

Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal

hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di

dermaga saja, kata Ade memperkuat pemahamannya.

Memulal bisnis ibarat membuat sebuah bola

salju, kemudian kita mencoba menggelindingkannya.

Mungkin di awal-awal masih belum begitu terlihat

mencolok perubahannya, tapi ketika bola salju terus

digelindingkan, semakin lama akan membesar dan

terus membesar. Itulah salah satu hukum bisnis.

Kalau kita tekun menjalankannya, akan semakin

 

besar pula bisnis yang kita jalankan. Ketekunan

dalam menggelindingkan atau menjalankan roda

bisnis inilah yang akan menjadikan bisnis semakin

besar. Jadi kuncinya, segeralah memulai berbisnis

dan jangan ragu-ragu. Kemudian tekunlah dalam

menjalankannya sehingga bisnis kita akan semakin

besar dan semakin kuat.

 

Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

Triwoko, Sukses Membangun Kerajaan Bisnis dengan Berpegang pada Falsafah Memberi dan Melayani

Berbekal pengalaman bekerja di berbagai

perusahaan, Bambang Triwoko memantapkan diri

terjun dalam dunia entrepreneurship. Walaupun

saat mengundurkan diri pada pertengahan 2002,

bisa dibilang jabatan dan penghasilannya sebagai

karyawan cukup tinggi, namun panggilan jiwanya

untuk menjadi entrepreneur tidak tertahankan lagi.

Setelah lima tahun berbisnis, saat ini Bambang

berhasil mengembangkan kerajaan bisnisnya menjadi

beberapa jenis usaha. Di antaranya adalah Betiga

Klaten, Asrama Putri Betiga, Classy Tent, Refillo

 

Jakarta, Transtek Trimitra, dan Taman Gondosuli.

Betiga Klaten merupakan sub distributor semua

produk AQUA, Danone, dan sub agen LPG kemasan

12 kg dan Pertamina, dengan wilayah pemasaran

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Betiga Klaten

melayani pembelian grosir maupun eceran dengan

harga yang kompetitif. Semua pembelian produk

diantar sampai lokasi pembeli di seluruh wilayah

Kabupaten Klaten tanpa biaya tambahan alias gratis.

Sementara itu, Asrama Putri Betiga menyediakan

 

jasa pemondokan khusus putri dengan

kapasitas 43 kamar di 3 lokasi yang saling

berdekatan di daerah Pringwulung, Condong Catur,

Yogyakarta. Lokasi pondokan tersebut cukup

strategis, berjarak cukup dekat dengan Universitas

Atmajaya, Sanata Dharma, UNY, UPN, AKS

Tarakanita, AMPTA, dan perguruan tinggi lainnya.

Setiap kamar sudah dilengkapi dengan tempat tidur,

lemari pakaian, dan meja belajar. Tersedia fasilitas

dapur, ruang tamu, garasi sepeda motor, dan taman.

Sedangkan Classy Tents bergerak di bidang

jasa penyewaan tenda dekorasi di wilayah

Jabodetabek. Jenis-jenis tenda yang tersedia

antara lain tenda flat, tenda canopy, tenda

kerucut, dan tenda hall. Classy Tent juga

menyewakan alas papan, panggung, rigging stage,

air conditioning, sound system, lighting set, florist,

dan mini garden, dan segala keperluan dekorasi

ruangan. Classy Tent didirikan pada 1 April 2003,

dua bulan lebih awal dari Betiga Klaten yang berdiri

 

pada 2 Juni 2003.

Ownership Classy Tent merupakan gabungan

unik persahabatan di antara partner yang terdiri

dari delapan orang. Setting awal bisnis ini adalah

sebagai wadah mitra bisnis, atau partner agar

selalu dapat bersilaturahmi di masa pensiun,

korporasi ini lebih menitikberatkan pada aspek

ikatan kekelurgaan di antara partner.

Mayoritas partner masih aktif berkarya sebagai

karyawan di perusahaan, dan menduduki jabatan

manajerial sehingga praktis waktu untuk mengelola

bisnis Classy Tent terbatas. Amanah pengelolaan

bisnis diberikan kepada dua orang partner, salah

satunya adalah Bambang.

Laju tumbuh bisnis penyewaan tenda ini cukup

bagus. Perusahaan sudah bisa menghasilkan

keuntungan sejak awal berdiri. Hal ini didukung

faktor tingkat persaingan yang belum begitu tajam.

Ada beberapa hambatan yang dihadapi Bambang

 

dalam menjalankan bisnis ini. Hambatan

tersebut di antaranya pengambilan keputusan

kebijakan strategis yang kurang cepat, karena

harus mempertahankan aspek persetujuan dan

partner yang lain. Terlebih apabila harus mengambil

keputusan kategori investasi, dampak yang

dirasakan adalah banyaknya peluang yang terlewatkan.

Keterbatasan waktu adalah faktor yang kurang

menguntungkan berikutnya dalam usaha

pengembangan perusahaan. Di samping itu, ada

juga perbedaan corporate culture dan mindset dari

 

pengelola bisnis.

Meskipun banyak hambatan yang dihadapi, laju

tumbuh Classy Tent boleh dibilang cukup

spektakuler. Total aset menjadi empat kali lipat bila

dibandingkan tahun pertama bisnis ini didirikan. Net

worth yang dihasilkan ternyata juga mengalami

kenaikan rata-rata 20% per tahun. Hebatnya lagi,

akumulasi laba yang dihasilkan selalu digunakan

untuk re-investasi perlengkapan tenda.

Bambang juga membuka bisnis Refillo Jakarta

yang melayani jasa isi ulang tinta printer laser, dan

inkjet di wilayah Jakarta Selatan. Bisnis dalam

bidang ini semuanya telah diserahkan kepada karyawan.

Melalui PT Transtek Trimitra, Bambang

mengepakkan sayap bisnisnya dalam bidang

konstruksi renovasi gedung, jalan dan jembatan,

elektrikal dan mekanikal, pelatihan SDM, dan

sertiflkasi spesialis welding.

Berkolaborasi dengan keluarga, Bambang juga

mendirikan bisnis Taman Gondosuli yang

menyediakan aneka tanaman hias berkualitas,

indoor maupun outdoor. Taman Gondosuli

menyajikan tanaman hias dengan kemasan yang

artistik dan unik yang berlokasi di daerah Klaten.

Setelah menggeluti beberapa bisnis sekaligus

dalam waktu 5 tahun terakhir, tampak benang

merah perbedaan fundamental bisnis yang

berdampak pada laju pertumbuhan korporasi.

Korporasi bisnis distribusi Betiga Klaten dan Real

Estat (asrama putri, rumah sewa) Betiga Yogya,

 

sebagai flag carrier bisnisnya, kini menunjukkan

laju tumbuh yang signifikan. Korporasi ini 100%

modalnya dimiliki keluarga serta dikelola sendiri

secara langsung, sehingga kecepatan dalam

mengambil keputusan penting dapat dilaksanakan setiap saat.

Terlebih Bambang telah menentukan falsafah

dan budaya bisnis yang pas. Hal ini berdampak pada

akselerasi laju tumbuh perusahaan sehingga roh

bisnis terasa sekali auranya. Setiap kali mengalami

problem bisnis yang serius dapat cepat ‘exit’

bahkan setiap problem tersebut nyaris selalu

menjadi pertanda leverage korporasi, ungkap

Bambang dengan semangat.

Bahkan, untuk menghindari comfort zone bisnis,

 

Bambang terkadang justru menciptakan

problem positif di perusahaan, misalnya menambah

investasi armada distribusi. Dengan bertambahnya

armada distribusi, otomatis adrenalin dipacu agar

armada tidak mengalami idle capacity.

Untuk Real Estate, problem positif yang diciptakan

 

berupa renovasi properti yang memerlukan

dana tidak sedikit sehingga kreativitas muncul

dalam mencari sumber pendanaan renovasi. Tentu

saja, Bambang tetap fokus terhadap kepuasan

stakeholders, dan kualitas pelayanan yang selalu

lebih baik. Sering kali kebijakan bisnis tersebut

melanggar kelaziman pakem berbisnis, baik dari sisi

marketing, teknis operasional, finance maupun SDM.

Kadangkala Bambang mengambil kebijakan yang

tidak lazim. Salah satu contohnya adalah

 

menghibahkan 40% saham perusahaan Betiga

Klaten kepada koperasi karyawan Betiga Klaten

pada 2010. Kebijakan lain yang keluar pakem,

setelah salah satu perusahaan yang akan dijadikan

andalan hidup ternyata bangkrut dan ditutup pada

2003. Bambang mendirikan Betiga Klaten dan

mengambil kebijakan untuk membagikan profit

setiap bulan kepada karyawan, dengan persentase

sama besar dengan persentasenya sebagai pemilik

perusahaan.

 

Sampai saat ini, Bambang selalu konsisten

dengan kebijakan tersebut, meskipun korporasi sudah

berkembang pesat. Satu hal yang selalu mewarnai

passion Bambang dalam berbisnis adalah selalu

berbisnis dengan hati, selalu bersyukur dan ikhlas

setiap saat. Justru dengan semangat tersebut,

aktivitas operasional bisnis bisa berjalan dengan

optimal. Sistem pendelegasian wewenang

bisa berjalan dengan mulus. Pembelajaran alih

pengelolaan perusahaan kepada karyawan sebagai

mitra kerja juga mulai menghasilkan sinergi bisnis yang bagus.

Bambang merasakan betapa dia mendapatkan

anugerah dan kenikmatan yang luar biasa ketika

menerapkan falsafah 2 M (Memberi dan Melayani).

Falsafah tersebut selalu diterapkannya, baik dalam

kehidupan bisnis, keluarga, maupun bermasyarakat.

Dia pun merasakan kenikmatan yang luar biasa dalam berkarya.

Penerapan falsafah memberi dan melayani

dalam berbisnis, dilakukan Bambang dengan

mengelola SDM yang bervisi entrepreneurship. Hal

ini diyakininya akan menjadikan bisnis semakin

mengkilap sepanjang waktu.

Bambang juga selalu berusaha menerapkan

positive feeling dalam setiap jengkal kehidupannya.

Fakta kehidupan pribadi yang Bambang rasakan

juga merupakan wujud positive feeling yang

dijalankan setiap saat, yakni menjadikan relasi

suami-istri dalam kondisi saling memberi dan

melayani, saling menghormati dan saling mendukung

dalam setiap karya pengabdian kepada masyarakat.

Dia menjelaskan bahwa sering kali hanya positive

feeling-lah yang mampu merasakan keindahan serta

keajaiban spirit memberi dan melayani ini.

Positive feeling juga menghasilkan relasi dengan

 

anak-anak tercinta selalu dalam kondisi yang

menakjubkan. Komunikasi yang terjalin akrab dan

mengalir seperti yang diharapkan menjadikan proses

belajar anak-anak di sekolah dan pembelajaran di

rumah berjalan dengan baik.

Bambang menyadari betapa pentingnya arti

 

sebuah perjalanan hidup. Bambang percaya bahwa

Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi

kemampuan hamba-Nya. Kesempatan untuk

menjadi manusia yang berguna selalu terbuka

lebar, yakni dengan selalu berdoa dan berusaha

menjadi balk. Sambil belajar mengatasi problem

kehidupan, Bambang justru mencoba merekrut

karyawan dengan berbagai latar belakang stigma

negatif masyarakat, ada pemabuk, penjudi, drop

out sekolah, dan sebagainya.

Ternyata, kinerja yang mereka hasilkan sungguh dahsyat.

 

Kuncinya dengan memberi mereka

kesempatan dan kepercayaan, serta diperlakukan

sebagal manusia yang bermartabat. Memang

terkadang masih terjadi hal-hal kecil yang menjadi

kebiasaan lama mereka, namun hebatnya justru

rekan sejawat mereka sendiri yang saling

mengingatkan agar kembali ke hal-hal yang balk.

Ada satu nasihat almarhum ayahnya yang

sampal kini masih selalu terngiang di telinga

Bambang “Sing podho rukun,” pesan ayahnya untuk

selalu menjaga kerukunan. Satu kalimat yang begitu

singkat bermakna cukup dalam. Ayahnya pun

memberi contoh tindakan konkret, antara lain

dengan membantu mengatasi masalah keuangan

yang dihadapi adik-adiknya, tulus, dan tanpa

pamrih sedikit pun. Menjadi orangtua asuh

keponakan yang kurang mampu agar dapat

bersekolah, dan mencarikan pekerjaan untuk anak

tetangga yang drop out sekolah dan sebagainya.

Yang membuat Bambang kagum dan terharu

 

adalah ayahnya bukanlah seorang miliarder. Ayah

Bambang berprofesi sebagai guru pegawai negeri,

yang tidak neko-neko dan jujur. Untuk biaya hidup

sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya pun

sering kali pinjam sana sini untuk menutupi negatif

cash flow-nya.

Ketika anak-anaknya meminta agar keperluan

keluarga sendiri diutamakan dan menunda dulu

urusan membantu orang lain (meskipun masih

keluarga), ayahnya menjawab, orang tersebut

lebih memerlukan dari pada kita, tidak ada salahnya

kita membantu orang lain, bapak juga tahu kita

sedang kesulitan finansial. Percayalah, setiap kali

kita membantu orang lain, Tuhan akan selalu

memberi kemudahan dalam karya-karya kita.

Jawaban dan falsafah hidup ayahnya tersebut

dipakai sebagai way of life Bambang hingga kini.

Falsafah tersebut begitu dahsyat merasuk dalam

sendi-sendi kehidupannya sehingga dalam setiap

langkah bisnis, dia selalu berprinsip memberi dan

melayani.

Saat ini, Bambang masih memiliki beberapa

impian. Di antaranya adalah menghibahkan 40%

saham perusahaan dan menyerahkan pengelolaan

Betiga Klaten kepada koperasi karyawan Betiga

pada 2010. Ketika pensiun pada 23 Desember 2010

nanti, dia menargetkan mempunyai pasif income

lima kali biaya hidup, mempunyai mobil baru Honda

Accord tahun produksi 2010, dan menikmati masa

pensiunnya dengan berwisata ke luar negeri

bersama sang istri tercinta.

 

Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

Wednesday, February 13, 2013

Stanly, Anak Petani yang Kini Jadi Bos Bengkel dan Onderdil Mobil Beromzet Milyaran

Memulai suatu usaha tidaklah
gampang, tapi juga tidak mustahil
untuk sukses. Asal ada tekad dan
kemauan kuat, pasti suatu saat akan
berhasil. Stanly Erungan (40 tahun),
seorang anak petani dari Manado
membuktikan hal itu.
Kini, Stanly sukses menjadi
pengusaha bengkel mobil dengan
omzet di atas Rp 1 miliar per bulan.
Tekad menjadi pengusaha sudah
muncul saat ia masih bekerja di
sejumlah perusahaan besar, seperti
Astra.
Stanly sudah bekerja di Astra sejak
lulus dari Universitas Padjajaran
(Unpad) Bandung tahun 1996. Di
Unpad, ia mengambil jurusan
komputer, khususnya bidang
informasi teknologi.
Lama bekerja di Astra, anak ketiga
dari empat bersaudara ini sudah
menduduki posisi penting di
perusahaan itu. Namun, tekadnya
yang kuat untuk menjadi
pengusaha, tidak menghalangi
niatnya untuk terjun ke dunia
bisnis.
"Sejak dulu, saya sudah
menargetkan bahwa pada usia
menjelang 40 tahun harus
mendirikan usaha sendiri," katanya.
Begitu keluar dari Astra pada 2001,
Stanly tidak langsung terjun ke
dunia bisnis dan mendirikan usaha
sendiri. Saat itu, ia sempat
bergabung dulu di salah satu
perusahaan oli di Jakarta.
Di perusahaan ini, ayah dua anak
ini semakin memiliki jaringan yang
kuat di dunia otomotif. Saat itu, ia
rutin memasok oli ke sejumlah
pengusaha truk, bus, dan kendaraan
lainnya. "Saya akhirnya memiliki
banyak kenalan," kata suami dari
Maria Natalia ini.
Bermodal jaringan itu, pada 2008,
Stanly lantas memilih keluar dari
perusahaan oli dan fokus mengelola
bengkel mobil di bawah bendera
usaha PT Mitra Jaya Agung Motor
yang bermarkas di Cikokol,
Tangerang, Banten.
Stanly mengembangkan usaha
bengkel ini dengan merek Mitra
Service Car (MSC). Bisnis bengkel
sebenarnya sudah dirintis sejak
tahun 2007, saat ia masih di
perusahaan oli. "Namun, saat itu
yang saya dirikan usaha bengkel
motor," ujarnya.
Setelah dua tahun berjalan, bengkel
motor itu kemudian dijualnya pada
2009. Setelah itu, ia fokus
membesarkan usaha bengkel mobil
miliknya. Selain bengkel, ia juga
menyediakan aneka onderdil mobil
dengan merek sendiri, yakni AQ
Genuine.
"Saya beri nama AQ yang artinya
kualitas nomor satu," ujarnya.
Onderdil yang dipasarkannya
kebanyakan khusus buat bus dan
truk. Di bisnis ini, ia juga
memberikan layanan perawatan
onderdil.
Dengan begitu, pelanggan tidak lagi
pusing jika butuh perawatan dan
penggantian onderdil
kendaraannya. Berkat usahanya ini,
Stanly bisa meraup omzet di atas Rp
1 miliar per bulan.
Selain menjual onderdil dengan
merek sendiri, Stanly juga
mengimpor onderdil kendaraan lain
yang umumnya berasal dari Eropa.
Setelah merasa mantap dengan
perkembangan usahanya, pada
tahun 2012, ia resmi membuka
peluang usaha waralaba. Saat ini, ia
telah memiliki enam gerai MSC, dan
lima di antaranya milik
terwaralaba.

Sebelum sukses membesarkan
usaha bengkel mobil dengan merek
Mitra Service Car, Stanly Erungan
pernah bekerja di sejumlah
perusahaan besar.
Salah satunya di Grup Astra. Di
perusahaan ini, Stanly pernah
menangani bagian penjualan. Lepas
dari Astra, ia kemudian bergabung
di sebuah perusahaan oli terkemuka
di Jakarta.
Di perusahaan oli ini, Stanly
menjabat sebagai manajer
pengembangan bisnis. Di posisi ini,
ia bertanggung jawab, mulai
rekrutmen karyawan baru sampai
presentasi kondisi perusahaan.
Bahkan, ia juga diserahi tugas
menarik pelanggan.
Ia pun kerap memasok oli ke
sejumlah perusahaan besar,
khususnya pengelola bus, travel,
dan truk. Dengan pekerjaan itu,
relasi yang dimiliknya di sektor
otomotif semakin kuat.
Pengalaman itu membuat wawasan
dunia pemasarannya semakin luas.
Kendati menempati posisi penting,
keinginan yang kuat untuk memiliki
usaha sendiri mendorong Stanly
untuk mengundurkan diri dari
perusahaan itu.
Pada 2008, Stanly mulai merintis
usaha bengkel dan onderdil mobil.
Berbekal pengalaman kerja di
perusahaan terkemuka, tekadnya
untuk membesarkan usaha sendiri
semakin kuat.
Bisnis bengkel mobil ini merupakan
kelanjutan dari bisnis bengkel
motor yang sudah dirintisnya sejak
2007. Namun, karena prospeknya
kurang bagus, pada 2009, ia
menjual bengkel motor itu. Sejak
itu, ia fokus membesarkan usaha
bengkel mobil. Kini, omzetnya
sudah lebih dari Rp 1 miliar per
bulan.
Saat awal merintis usaha, Stanly
langsung mendekati relasi-relasi
yang dimilikinya, seperti pengelola
bus, travel, dan truk untuk diajak
bekerjasama. Dengan pengalaman
dan latar belakang yang dimilikinya,
tak sulit bagi Stanly untuk
meyakinkan para relasinya itu.
Mirip dengan yang dilakukannya
saat masih bekerja di perusahaan
oli, Stanly pun memasok aneka
onderdil sekaligus jasa
perawatannya ke sejumlah pool bus,
travel, dan truk milik pelanggannya.
Ketika pelanggan membutuhkan
onderdil tertentu, ia tinggal
mengambil barang milik Stanly yang
sudah ditaruh di tempat mereka.
Cara ini termasuk efektif dan efisien
ketimbang baru menyediakan
onderdil ketika pelanggan
membutuhkannya.
Setiap bulan, konsumen tinggal
membayar pemakaian onderdil itu.
Stanly juga menyediakan jasa servis
di setiap pool milik pelanggan.
"Jadi, mulai proses penyediaan
onderdil sampai servis, kami
menyediakan semua," kata Stanly.
Stanly bilang, kunci sukses strategi
pemasaran ini terletak pada
kreativitas yang dikembangkan
terus menerus. Tanpa kreativitas
pemasaran, pelayanan prima, dan
didukung oleh produk berkualitas,
bisnis sulit berkembang.
Selain itu, untuk menjaga kepuasan
pelanggan, Stanly membuat sistem
layanan servis secara online di
setiap bengkelnya.
Dengan cara ini, ia bisa memantau
seluruh proses perawatan
kendaraan di setiap bengkel
miliknya, mulai pada proses
pengecekan  jumlah kendaraan yang
sedang diperbaiki, kinerja montir,
hingga harga yang harus dibayar
konsumen.

Kendati telah sukses membesut
usaha bengkel dan onderdil mobil
di bawah bendera Mitra Service Car
(MSC), insting dan naluri bisnis
Stanly Erungan tidak juga surut.
Terbukti, ia masih terus ekspansi
dengan merambah bisnis baru.
Tahun lalu, misalnya, Stanly
merintis usaha rental atau
penyewaan mobil. Bisnis rental
mobil ini memang masih skala kecil
karena ia baru mengoperasikan tiga
unit mobil.
Ke depan, Stanly bertekad terus
menambah armada mobilnya ini.
Kendati masih fokus membesarkan
bisnis rental mobil, dia mengaku
masih akan melanjutkan ekspansi
dengan merambah sektor-sektor
lain yang menjanjikan peluang dan
keuntungan.
Salah satu yang diliriknya adalah
bisnis jasa ekspedisi pengiriman
barang. Ia berencana mendirikan
usaha ekspedisi tahun ini juga.
Salah satu alasannya masuk bisnis
ini adalah keinginan untuk
melancarkan proses pengiriman
logistik dari perusahaan onderdil
miliknya.
Selama ini, ia kerap kesulitan
melakukan pengiriman barang,
terutama pada malam hari atau
pada saat musim liburan. Berangkat
dari kesulitan itu, ia melihat
peluang di bisnis ekspedisi.
Stanly menargetkan, perusahaan
ekspedisi tersebut sudah berdiri
paling lambat akhir tahun 2013.
Soal perkiraan biaya investasi, ia
mengaku masih menghitungnya.
"Tapi, kami perkirakan butuh modal
kurang lebih Rp 50 miliar untuk
membangun perusahaan logistik
ini," ujarnya. Lantaran butuh biaya
besar, Stanly tidak akan merintis
usaha ini sendirian.
Ia sudah menggandeng sebuah
perusahaan yang akan mendanai
seluruh kebutuhan pendirian
perusahaan tersebut. Stanly sendiri
bakal menjadi pengelola bisnis
tersebut. "Jadi, investor yang akan
masuk hanya menyertakan modal,"
ujarnya.
Stanly akan mengembangkan usaha
ini menjadi terintegrasi dengan
bisnis onderdil dan bengkel
miliknya. Dengan adanya
perusahaan ekspedisi, ia bisa
leluasa melayani pesanan pelanggan
dan mitranya di sejumlah wilayah.
Dalam mengelola usaha ini, Stanly
juga akan membuka layanan selama
24 jam penuh, bahkan tidak ada
hari libur dalam setahun.
Strategi ini diharapkan bisa
memuaskan seluruh pelanggannya,
baik pengguna jasa ekspedisi
maupun konsumen pengguna
onderdil dan bengkelnya. "Dengan
demikian, kami bisa memberikan
pelayanan lebih kepada pelanggan,"
ujarnya.
Stanly optimistis, seluruh unit
usahanya ini kelak akan menjadi
besar dan saling terintegrasi satu
sama lain. Kendati berencana
merambah bisnis lain, Stanly tetap
berambisi membesarkan bisnis
bengkel dan onderdil mobilnya.

Di bisnis ini, ia berharap jaringan
bengkel MSC bisa merambah
pelbagai kota di Indonesia. Selain
lewat jalur waralaba atau
kemitraan, ia juga bakal
mengembangkan usaha bengkelnya
dengan menggandeng pemerintah
daerah.
"Kami akan menawarkan jasa
perawatan dan penjualan onderdil
untuk kebutuhan kendaraan dinas di
daerah -daerah," bebernya.
Lewat kerjasama itu, Stanly
menjamin banyak manfaat yang
didapat pemerintah. Salah satunya
dapat menekan anggaran biaya
pemeliharaan mobil dinas.
Dengan sistem online yang
dikembangkannya, setiap
pemerintah daerah yang
menggunakan jasa bengkelnya bisa
memantau seluruh proses
perawatan kendaraan dinas.
Dengan begitu, setiap bagian
administrasi daerah bisa
mengetahui berapa jumlah
anggaran dan pengeluaran bulanan
buat perawatan kendaraan dinas,
sekaligus mengendalikannya.
(Noverius Laoli)

sumber: http://mobile.kontan.co.id/news/setelah-bengkel-stanly-garap-bisnis-ekspedisi-3/2013/01/16

Tuesday, September 18, 2012

Aryanto, Dulu Loper Koran Kini Bos Rental Mobil Mewah

Kerasnya hidup sering menjadi motor
penggerak seseorang untuk mencapai
keberhasilan atau kehidupan yang
lebih baik. Seperti yang dialami
Aryanto Mangundiharjo. Kerasnya
kehidupan di jalanan membawanya
menuai keberhasilan.

Lahir dari keluarga berada tak
menjamin orang bisa sukses. Tapi,
Aryanto Mangundiharjo membuktikan
bahwa kerja keras dan pengalaman
jatuh bangun merupakan faktor yang
membuatnya sukses walau berasal
dari keluarga berada. Berkat keuletan
dan belajar dari kegagalan,
ia sukses menjadi pemain rental mobil
mewah dengan bendera The Jakarta
Limousine.

Saat ini The Jakarta Limousine mampu
menghasilkan omzet Rp 300 juta
hingga Rp 400 juta per bulan. Selain
beberapa hotel bintang lima, Jakarta
Limousine juga menjadi rekanan
beberapa kedutaan besar seperti
Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan
China. Ada juga kerja sama dengan
BRI dan Bank Indonesia.
Beberapa artis mancanegara seperti
Super Junior, Rihanna, dan Justine
Bieber pernah menggunakan jasa
perusahaan Aryanto. “Selain rental
langsung, saya memasok mobil ke
rental-rental mobil mewah ternama,”
katanya.

Saat ini, ia memang baru
memiliki 16 unit mobil mewah
bermerek Toyota Alphard, Fortuner,
dan Mercedes Benz E Class. Khusus
mobil limousine, biasanya dia
mendapat pinjaman dari orang kaya.

Lahir dari keluarga berada, ayah
Aryanto adalah pengusaha sewa-
menyewa alat berat. Adapun ibunya
seorang pemasok bahan kue di
beberapa pengusaha kue. Tapi, saat
kecil, ia lebih suka bermain dengan
anak-anak loper koran meski sering
dimarahi orang tuanya.
Ternyata pergaulan dengan loper
koran memberi makna lain dalam
kehidupan Aryanto. “Ada
permasalahan keluarga yang
membuat saya kabur dari rumah.
Saya hidup di jalanan dan menjadi
loper koran,” kenang lelaki kelahiran
Jakarta, 14 Mei 1976 ini.
Tak cuma itu, setelah sang ayah
meninggal, ekonomi keluarganya
guncang. Aryanto juga terpaksa
meninggalkan bangku sekolah. “Saat
itu saya sukses menjadi loper berkat
pager. Di antara lipatan koran, saya
selipkan nomor pager saya. Dari situ,
pelanggan bertambah banyak,”
kenangnya.

Dari jerih payahnya itu, Aryanto
berhasil menyewa rumah dan
mengikuti pendidikan kejar paket.
“Karena bosan, usaha loper saya
berikan ke adik. Saya memilih menjadi
satpam,” katanya. Di saat menjadi
satpam, dia belajar menyetir.
Akhirnya, dia berani bekerja sebagai
sopir di perusahaan air minum.
Selanjutnya, ia pindah ke perusahaan
Jepang. Karena kerusuhan tahun
1998, perusahaan Jepang itu bubar. Ia
menjadi sopir taksi di Blue Bird, lantas
hijrah ke Bali menjadi supir taksi
eksklusif.

Di Pulau Dewata, selain sebagai sopir
taksi eksklusif, Aryanto mendapat
tambahan penghasilan sebagai calo
mobil sewaan. Dari situ, dia belajar
soal bisnis penyewaan mobil.
Peristiwa Bom Bali tahun 2002
membuatnya keluar dari pekerjaan
dan kembali ke Jakarta dengan uang
pesangon sebesar Rp 3 juta. Pada saat
yang sama, usaha distributor koran
yang dikelola sang adik juga bangkrut.

Bermodal pesangon itu, Aryanto
memberanikan diri membuka usaha
rental mobil. “Saya tidak punya mobil,
cuma modal nomor telepon. Kalau
ada order, saya akan cari rental lain,”
katanya. Ia mendapat order dari
perusahaan obat nyamuk yang
menyewa 18 mobil untuk kegiatan di
10 kota selama 3 bulan. Dari order ini,
ia mampu membeli mobil Kijang.

Order besar datang lagi dari
perusahaan telepon seluler yang
meminta 40 unit mobil dengan
dibiayai oleh bank. “Saya tidak puas
begitu saja dengan bisnis rental ini.
Saya coba menjadi kontraktor,”
kenangnya. Sayang, baru menggarap
satu proyek di Belitung, Aryanto sudah
kena tipu sebesar Rp 1,4 miliar.

Sementara itu, karena ulah karyawan
yang nakal, 40 unit mobil sewaannya
digelapkan penyewa.
Bangkit dari bangkrut
Utang bank yang menumpuk hingga
menyebabkan rumah Aryanto disita.
Uang hasil penjualan tanah yang
dikelola sang istri lenyap karena kena
tipu penjual valas. Tahun 2004, ia
bangkrut dan terpaksa tinggal di
rumah mertua.

Setahun lebih, Aryanto terpuruk. Pada
pertengahan tahun 2006, dia
mendapat pinjaman Rp 25 juta dari
seorang teman. Bermodal itu, dia
merintis usaha penyewaan mobil lagi
tanpa kendaraan sendiri. Ia
memanfaatkan mobil dari jasa
penyewaan lain.
Suatu saat, dari pelanggannya yang
warga negara asing, Aryanto
mendengar keluhan soal susahnya
mencari rental mobil mewah di
Jakarta. Dari situ, ia tertarik menjajal
bisnis ini. Dia mencari kenalan yang
mau menyewakan mobil mewahnya.
“Banyak yang mau, sebab untuk kelas
Alphard saja, tarif sewa per 12 jam Rp
3 juta. Saya dapat komisi 50 persen,”
katanya. Aryanto lantas fokus
menggarap penyewaan mobil mewah
meski tanpa modal mobil sendiri.

Aryanto akhirnya mendapat order 16
unit mobil mewah dengan masa sewa
10 hari sekaligus. Dalam jangka waktu
itu, ia mengantongi untung Rp 270
juta. “Saya langsung beli rumah dan
mobil Alphard. Dari modal itu, usaha
saya terus bergulir dan kini saya
memiliki 16 mobil mewah,” katanya. (Fransiska Firlana/
Kontan)

sumber: http://m.kompas.com/news/read/2012/08/29/09291773/Aryanto.Dulu.Loper.Koran

Friday, July 6, 2012

Ni Ketut Susilawati, Pemilik Sondri Banten: Dari Bali Mengelola WarisanTradisi

Pulau dewata mewariskan banyak hal, dari seni, budaya, sampai alam yang indah. Tapi bukan hanya itu. Bali juga mewariskan bisnis banten (sesajen) yang menelurkan seorang wirausahawan mandiri yang mampu melepaskan diri dari kesulitan hidup



SELALU ADA HAL yang menarik dari Bali. Pemandangannya yang indah, ambiance-nya yang menawarkan penawar kejenuhan, dan kegiatan seni budayanya yang memikat. Aktivitas seni bisa dilihal dari adanya tari-tarian, patung, kain songket, dan yang tak kalah penting adalah kelihaian tangan untuk merangkai janur dalam proses pembuatan banten atau sesajen. Sesajen terdiri dari rangkaian janur, buah, kelapa, kue, dan bahan lainnya yang kemudian disusun sedemikian rupa sesuai makna filosofisnya. Setiap aspek kehidupan masyarakat Bali memang tidak terlepas dari aktivitas spiritual dan keagamaan.

Karena setiap keluarga harus menyediakan banten sebagai perangkat yang tak terpisahkan dari kehidupan upakara sehari-hari, maka tentunya dibutuhkan pula seseorang yang mampu memproduksi banten. Itulah yang dilakukan Ni Ketut Susilawati dan keluarganya terutama sang bunda untuk menambah penghasilan keluarga. "Salah satu tujuannya adalah mendukung kehidupan beragama sebagai penyeimbang arus modernisasi, selain tentu saja sebagai usaha mencari nafkah," Ni Ketut menjelaskan.

Bisnis rumahan yang dimulai oleh ibunya beberapa tahun lalu itu ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta tak berkembang seperti yang diharapkan. Inilah ciri khas sebagian besar UMKM kita, berusaha sekadar untuk hidup dan merasa wajar bila usaha sepi, asalkan cukup untuk makan sehari-hari. Tetapi bagi Ni Ketut, hal ini merupakan sebuah masalah. Ada sesuatu yang salah dalam strategi bisnis, kalau dari bisnis yang sepi itu Ni Ketut harus menanggung utang Rp50 juta dari usaha itu. Namun, dengan kegigihannya ia berhasil melunasi utang-utang itu, bahkan menuai untung puluhan juta rupiah setiap bulannya. Apa rahasianya?



Memilih bisnis yang sudah ia selami seja knowledge dan keahliannya cukup terasah.



BERAWAL DARI PERJUANGAN IBU

Sejarah bisnis banten keluarga Ni Ketut berawal dari impitan ekonomi keluarga yang cukup besar. Orangtuanya harus menanggung biaya lima orang anak yang semuanya membutuhkan dana yang besar. "Saat itu saya baru akan masuk perguruan tinggi. Karena anggaran terbatas, Ayah dan lbu meminjam uang dari rentenir yang bunganya sangat tinggi."

Sebagai orangtua bijak, ibu Ni Ketut ingin agar anak keempatnya itu bisa menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Dia merasa malu jika tidak seorang pun dari kelima anaknya mencicipi nikmatnya mencari ilmu di kampus. Tapi, "Jangankan untuk membiayai kuliah, menanggung beban hidup sehari-hari pun sulit dipenuhi orangtua saya," demikian awal penuturan Ni Ketut.

Demi kelanjutan pendidikan anak-anaknya itu, sang bunda merintis berbagai macam usaha, dari berdagang makanan, sandal, sembako, dan lain-lainnya. Tapi yang terjadi hanya kegagalan. Semua usaha yang sudah dicoba hanya mendatangkan utang yang semakin menumpuk karena sistem gali lubang dan tutup lubang. Usaha banten itu sendiri dimulai pada 2002, dengan modal awal Rp35 juta, yang dipinjamkan oleh salah seorang kerabat yang iba akan kesulitan hidup Ni Ketut dan keluarganya. Namun, lagi-lagi usaha itu kandas. Tahun 2008, ibu Ni Ketut jatuh sakit. Tidak terlalu lama sakit, stroke mengakhiri perjuangannya membesarkan anak-anak.

"Rasanya hampa karena beliaulah satu-satunya yang mendorong saya untuk terus kuliah. Saya tidak bisa berdiam diri karena ketika lbu sakit, usaha ini diteruskan seorang kakak dan Ayah. Namun keduanya tidak bisa dibilang sukses. Harusnya bisnis banten ini menguntungkan, kenyataannya tetap saja ekonomi keluarga tak terpenuhi," kenang Ni Ketut.

Dengan nekat, Ni Ketut yang masih kuliah mengambil alih usaha dengan peninggalan utang sebesar Rp50 juta. Modal untuk membangun kembali bisnis yang 'setengah hidup' itu, diperoleh–lagi-lagi–dari modal keluarga dan pinjaman dari kerabat-kerabat terdekat. Alhasil, setahun pertama keuntungan yang diperoleh mencapai Rp10 juta per bulan dan omzet yang dicapai sebesar Rp350 juta dari penjualan berbagai jenis banten. "Tahun berikutnya Saya melakukan kegiatan promosi yang lebih gencar seperti penyebaran kartu nama dan brosur ke kantor-kantor, pemesanan melalui surat elektronik, dan melakukan ready stock pada produk-produk tertentu. Terakhir tapi tidak kalah penting, yaitu memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumen," ujarnya.



BIODATA

NI KETUT SUSILAWATI

Denpasar, 30 Juni 1986

Pendidlikan

SI Sastra Inggris, Universitas Udayana, Denpasar

Nama Usaha

Sondri Banten (Industri Rumahan di Bidang Produksi Sarana Upacara)

Alamat: JI. Waturenggong No. 142, Denpasar, Bali

Penghargaan

2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri



Dari perombakan yang dilakukan Ni Ketut, omzet usaha ini melonjak drastis hingga Rp720 juta dengan keuntungan bersih mencapai Rp20 juta per bulan pada tahun 2009. Kendati senang, awalnya Ni Ketut sempat bingung dan kaget. Dia terkejut, mengapa profit yang dihasilkan ini bisa begitu besar. Mengapa dulu ibunya tak bisa meraih keuntungan seperti itu–bahkan terlilit utang yang cukup besar?



PERLU PROFESIONALISME

Ni Ketut lantas menganalisis apa yang telah terjadi. Dia mencoba menggali rekam jejak bisnis banten-nya dari segala arah. Setelah ditelusuri, akhirnya ia menemukan permasalahannya. Rupanya, keuntungan yang belum diperoleh oleh ibunya disebabkan beliau masih menjalankan masa promosi. "Promosinya sedemikian hebat, sampai-sampai selama 5 tahun harga yang diberikan adalah harga promosi atau harga diskon," ujar Ni Ketut. Walaupun terdengar menyimpang dari berbagai strategi bisnis yang pernah dibadanya, namun cara itu telah membentuk pelanggan yang loyal. "Sehingga, pada saat saya mewarisinya, usaha ini sudah siap digerakkan dan siap menghasilkan keuntungan yang begitu besar. Walaupun utang yang juga ditinggalkan begitu besar, tapi semua utang itu bisa ditutup hanya dalam waktu dua bulan."

Tentu saja, kata Ni Ketut, diperlukan pembenahan sistem manajemen pembagian tugas dan keuangan. Sebab, sebenarnya hal-hal lain sudah cukup mendukung. Misalnya, lokasi usaha—di A Waturenggong No. 142, Panjer,  Denpasar Selatan—cukup strategic, karena akses yang mudah dari kota Denpasar. Struktur organisasinya pun sudah ada—walau dulu belum berfungsi optimal. Ni Ketut menyempurnakannya dengan membentuk pimpinan usaha sebagai koordinator yang membawahi dua kepala bidang usaha, yaitu bidang usaha produksi dan distribusi. Kedua kepala bidang tersebut membawahi tenaga kerja di masing-masing bidangnya. pimpinan usaha bertugas mengontrol usaha secara umum, sedangkan kepala bidang bertugas mengontrol usaha sesuai bidangnya masing-masing.



Tidak segan melakukan analisis masalah, antara lain dengan menelusuri perbedaan profit bisnis ketika dipegang ibunya dan ketika ia kelola sendiri.



"Jumlah tenaga kerjanya sementara ini 4 orang; 3 orang untuk proses produksi, dan 1 orang untuk proses distribusi. Untuk waktu produksi, sangat bergantung dari jenis banten yang dibuat. Namun, dalam perjalanannya, kita dapat melakukan berbagai persiapan terlebih dulu untuk berbagai kelengkapan yang akan disusun menjadi banten. Paling lama waktu yang dibutuhkan kurang lebih 1 minggu. sedangkan untuk proses distribusi, barang dapat tersedia di agen penjual atau produsennya," Ni Ketut menjelaskan panjang lebar.

Bahan baku terpenting yang digunakan dalam proses produksi banten adalah janur, bunga, buah, serta semat. Menurut Ni Ketut, dalam perjalanannya usaha banten ini memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan, baik dari segi ekonomi, social maupun budaya. Sebab, di masa depan ia ingin dapat lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja lokal—terutama ibu-ibu rumah tangga.



PEMSELAJARAN PENTING

Keberhasilan Ni Ketut meneruskan usaha ibunya tidak terlepas dari kegigihan dan semangatnya dalam berupaya. Sejak remaja, ia sadar bahwa kondisi ekonomi keluarganya tergolong kekurangan. la pun terclorong untuk membantu mengatasi masalah financial tersebut. "Sejak kuliah, saya sudah banyak melakukan usaha kecil-kecilan. Salah satunya bergabung dalam bisnis produk kedantikan yang berbasis multi-level marketing. Sambil kuliah, saya selalu mencari prospek baru atau menawarkan produk kedantikan kepala teman-teman di kampus," kenangnya.



Setelah mernperoleh profit, ia juga melakukan inovasi, misalnya melakukan promosi dan memperkaya cara pemasaran



Walaupun belum purna-waktu, ketika kuliah pun Ni Ketut rajin membantu usaha ibunya. Dengan demikian ia memahami bahwa apa pun usaha itu, "Harus dibangun dengan proses, kerja keras, dan keberanian," katanya arif.

Ni Ketut juga belajar dari pengalaman keluarga mengelola usaha banten. Sebagai anggota keluarga, dia melihat bisnis ini pantang mengecewakan pelanggan. la menjelaskan, "pelanggan yang kecewa akan pergi, mungkin saja menyebarkan berita buruk tanpa sengaja tentang pelayanan kami yang buruk. Pengelolaan keuangan pun harus profesional. Harus jelas ke mana keluar masuknya, tidak boleh bercampur dengan keuangan pribadi."

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan keluarganya dulu menjadi pembelajaran yang mahal bagi Ni Ketut. Itulah yang membuatnya tekun membenahi segala masalah dalam keluarga dan usahanya. Semua potensi usaha dianalisis dengan akurat, termasuk warisan usaha, rumah, serta aset-aset lain yang ada. la juga kembali mempelajari secara detail proses produksi, pembelian barang, potensi pemasaran, hingga kebutuhan konsumen.

"Lantas, dengan modal semangat saya kembali menghubungi kenalan-kenalan ibu saya yang pernah menjadi pelanggan untuk dapat kembali menjadi konsumen kami. semangat ini akhirnya membuat saya bisa melewati bulan pertama dengan baik walaupun saya merasakan saat ini bagaimana kerasnya dunia bisnis bagi seorang perempuan seperti saya," tambahnya.

Berbagai inovasi pun dilakukan lulusan Sastra Inggris Universitas Udayana, Denpasar ini. la berpromosi melalui penyebaran brosur, kartu nama, pamflet, mengikuti pameran-pameran, hingga melalui jalur online. Daerah pemasaran ia perluas hingga mencakup hampir ke seluruh Denpasar. la juga melakukan terobosan bisnis dengan memberlakukan layanan pesan-antar. Di bawah bendera Sondri Banters, proses perekrutan tenaga baru yang berasal dari masyarakat setempat juga terus dia lakukan.

Ni Ketut merasa bersyukur karena bisa mengikuti berbagai seminar bisnis, yang diadakan oleh Bank Mandiri. "Saya bertekad mengembangkan lebih jauh lagi usaha ini. Impian saya ke depannya adalah membangun cabang-cabang baru dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal lebih banyak lagi. secara sosial, pembentukan usaha ini memiliki fungsi sebagai pencegah degradasi sosial dalam masyarakat," pungkas gadis kelahiran Denpasar, yang berharap dapat lebih banyak lagi memberdayakan kaum perempuan itu untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran.

Tertib dalam memisahkan keuangan pribadi maupun profesional, kendati usahanya masih berskala rumahan.



TESTIMONI

Q: Mengapa memilih bisnis ini?

A: Banten, sebagai satu perangkat yang tak terpisahkan dari kehidupan keagamaan yang dilakukan masyarakat Bali, merupakan bentuk transformasi Hindu sebagai ungkapan dari pemujaan terhadap Tuhan. Usaha ini tujuan pokoknya adalah untuk mendukung kehidupan beragarna dalam struktur masyarakat, yang bersifat sebagai penyeimbang dalam pesatnya arus modernisasi.



“Usaha keluarga yang dibangun ibu dan telah berkembang, akhirnya berganti manajemen mulai dari kakak hinga bapak saya, dan semuanya membuat saya kecewa karena mereka tak pernah memikirkan keluarga. Hasil usaha yang didapat hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja.”



Tips

HUKUM WIRAUSAHA #16

Keluar dari Belenggu Usaha Kecil



"Apa yang kita benar-benar pelajari, dari setiap keadaan, menentukan apakah kita menjadi semakin tidak berdaya atau lebih kuat. — Blaine Lee



MEMULAI SUATU USAHA memang boleh saja dari usaha kecil, sehingga setiap orang bisa dengan mudah memasuki dunia usaha dan menjadi wirausahawan. Namun untuk menjadi besar, seseorang harus menanamkan dalam pikirannya bahwa segala sesuatu yang dilakukan di awal tidak selalu menjadi akhir dari perjalanan bisnisnya. Karena usaha yang paling mudah ini biasanya sudah bisa memberikan kehidupan walaupun dengan skala ekonomi yang kecil banyak orang kemudian merasa sudah cukup. Akibatnya, mereka tetap tinggal dalam 'kekecilan' tersebut selamanya. Mereka terbelenggu dalam kegiatan ekonomi skala kecil yang dikelola secara konvensional, paguyuban, dan kekeluargaan. Yang penting bisa dipakai untuk hidup. Pada akhirnya, usaha semacam ini cenderung mengalami kemerosotan karena skala usahanya tetap sama, sedangkan anggota keluarga semakin hari semakin banyak. Demikian pula, tuntutan ekonomi suatu keluarga semakin hari semakin besar.

Sebagai contoh, ibunda Ni Ketut Susilawati semula mengelola usaha hanya untuk kepentingan keluarga kecilnya, yang terdiri dari orangtua dan lima orang anak. Namun, di era Ni Ketut Susilawati, dia tidak hanya harus membiayai ayah dan saudara-saudaranya, tetapi juga membiayai anggota keluarga mereka masing-masing. Jumlahnya kini bisa mencapai 3-4 kali lipat dari jumlah semula. Dan, anak-anak mereka mungkin sudah membutuhkan peralatan kehidupan modern yang jauh lebih mahal dari generasi-generasi sebelumnya, seperti ponsel, laptop, sepeca motor, dan sebagainya.

Kehidupan yang seimbang adalah kehidupan yang tumbuh bersama-sama, antara alam di sekitar kita dengan diri sendiri. Ketika alam berubah, sementara kita tetap berada pada kebiasaan yang sama, maka terjadilah ketimpangan-ketimpangan alamiah, seperti pengerdilan kehidupan atau kematian yang diakibatkan oleh hilangnya daya imunitas. Untuk dapat keluar dari perangkap awal yang rentan terhadap 'seragngan' perubahan alam itu, ikuti tips berikut ini:

  • Lakukanlah perubahan secara berkala. Ketika kita berada pada posisi sebagai pengikut, yang dapat kita lakukan hanyalah mengamati perubahan. Tetapi, ketika kita berada pada posisi memimpin, kita diberikan kekuatan untuk melakukan perubahan. Lakukanlah perubahan dengan penuh kesungguhan untuk menyempurnakan usaha Anda.

  • Bila dirasa perlu, jangan ragu untuk melakukan perubahan mendasar pada usaha yang sama. Beberapa caranya adalah menggunakan teknologi baru yang lebih tepat guna, merekrut orang-orang baru yang lebih bergairah, atau menerapkan metode-metode baru yang sebelumnya ticak pernah terpikirkan seperti misalnya misalnya relationship marketing.

  • Perubahan juga bisa dilakukan dengan mengubah atau menambah usaha-usaha baru, baik yang ada hubungannya dengan usaha lama maupun yang tidak berhubungan sama sekali. Berubah, berarti belajar kembali tentang hal-hal yang baru. Satu hal penting yang harus dipahami saat belajar adalah dibutuhkan kerelaan untuk menjadi 'bodoh' kembali, karena kita harus memulai lagi dari awal dengan kemungkinan menghadapi beragam risiko yang tidak terduga.

  • Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jangan merasa malu atau mudah putus asa. Segera bangkit dan pergilah ke luar. Anda perlu bertemu dengan orang-orang baru atau orang-orang lama yang sudah Anda kenal, dan mencari potensi-potensi yang memungkinkan Anda untuk bangkit kembali. Dari sang Anda akan menemukan inspirasi, kekuatan, jaringan, dan sebagainya yang tak pernah Anda duga.

  • Bila usaha baru ternyata memiliki masa depan yang lebih menarik, jangan ragu untuk mengerahkan semua kekuatan sumber daya yang Anda miliki pada usaha baru tersebut. Dan, tutuplah usaha lama yang sudah tidak sesuai dengan DNA Anda yang baru.

  • Jangan ragu untuk mendatangkan tenaga-tenaga profesional. Hal ini berarti Anda memperkuat struktur manajerial perusahaan dengan pelimpahan kekuasaan pada orang-orang yang memiliki kompetensi. Dengan demikian Anda tidak harus turun sendiri mengelola perusahaan Anda.

  • Lakukan terus adaptasi-adaptasi baru. Buka wawasan Anda seluas-luasnya dan gall pengalaman orang-orang yang telah sukses untuk mendapatkan sudut pandang baru terhadap bisnis Anda. Keluar sejenak dari rutinitas untuk dapa t'memandang' bisnis Anda dari posisi orang luar.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.